Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat pada hari Kamis (18/5) kembali meliris data Klaim Pengangguran untuk perhitungan yang berakhir hingga tanggal 13 Mei pekan lalu. Jobless Claims yang baru dipublikasikan malam ini sekaligus menjadi kali ke-3 secara beruntun dalam kondisi terus menurun, menunjukkan telah terjadi perbaikan pasar tenaga kerja di Negeri Paman Sam.
Jumlah warga AS yang mengajukan klaim atas kehilangan pekerjaan bertambah 232,000 sepanjang pekan lalu, mematahkan ekspektasi ekonom melalui jajak pendapat Reuters sebelumnya yang memprediksi Jobless Claims akan melonjak hingga 240,000. Sementara itu, data periode sebelumnya berada di angka 236,000.
Klaim Pengangguran terus stabil dibawah angka 300,000 yang menjadi batasan untuk mengukur kesehatan pasar tenaga kerja AS, dimana telah memasuki pekan ke-115 secara beruntun. Secara keseluruhan, jumlah warga AS yang masih menerima tunjangan pengangguran menurun 22,000 menjadi 1.9 juta orang pada pekan yang berakhir pada 6 Mei, yang merupakan angka terendah sejak November 1988 atau hampir tiga dekade lalu.
Aktivitas Manufaktur Philadelphia Melonjak
Dalam laporan yang terpisah, juga dirilis data Aktivitas Manufaktur Philadelphia yang dipublikasikan The Fed cabang Philadelphia, menunjukan terjadi lonjakan pada bulan ini hingga bertengger di angka 38.8. Jauh melampaui data bulan April yang kala itu berada diangka 22.0. Index Manufaktur kawasan Philadelphia mulai pulih setelah mengalami penurunan selama dua bulan sebelumnya.
Membaiknya Index Manufaktur Philadelphia disebabkan oleh karena tetap tinggi-nya order baru dan pengiriman, menunjukkan trend posisif selama 7 bulan beruntun. Lembaga terkait juga melaporkan adanya tambahan lapangan kerja untuk sektor Manufaktur di kawasan Mid Atlantic seiring dengan melonjaknya aktivitas di kawasan tersebut.
Pasca rilis data ekonomi AS, Greenback terpantau masih berada di level rendah versus berbagai major currency. Pada pukul 21:24 WIB malam ini, Dollar AS mencoba menguat terhadap Euro yang sebelumnya menghantam Greenback dalam beberapa hari terakhir. Namun terhadap Sterling, Greenback kembali melemah setelah rilis data Retail Sales Inggris yang melonjak tajam. Dollar AS tetap berada dalam tekanan jual mengingat belum stabil-nya kondisi politik domestik terkait skandal Trump.