EUR/USD 1.064   |   USD/JPY 154.630   |   GBP/USD 1.243   |   AUD/USD 0.641   |   Gold 2,386.17/oz   |   Silver 28.53/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,091.41   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 4 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 4 jam lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 4 jam lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 4 jam lalu, #Saham AS

Nilai Tukar Sterling Harus Lebih Murah, Article 50 Akan Diaktifkan

Penulis

Pekan depan, PM Theresa May akan melakukan penandatangan untuk mengaktifkan pasal 50 perjanjian Lisbon.

Perdana Menteri Inggris, Theresa May, Rabu (29/03), pekan depan dijadwalkan akan melakukan penandatangan untuk mengaktifkan pasal 50 perjanjian Lisbon setelah hampir 40 tahun Inggris berada di Uni Eropa, dimana hal ini sudah dipastikan akan ikut mempengaruhi pasar.

Pekan Depan Steling Bisa Kembali

Sebagian analis lebih meyakini pelemahan Sterling akan terjadi kembali, sekalipun ada kemungkinan untuk rally. Sementara analis lainnya melihat setiap langkah maju dalam negosiasi Brexit akan membawa kejelasan yang pada akhirnya baik untuk Sterling. Hal ini didasarkan bahwa pasar telah paham dengan gagasan Inggris yang meninggalkan Uni Eropa.

Demikian pula dengan perdebataan di parlemen terkait dengan referendum kemerdekaan Skotlandia, serta serangan teroris London yang baru saja terjadi. Pasar menganggap hal ini hanya masalah kecil dan tidak akan menimbulkan dampak signifikan terhadap Sterling.

Hal ini terbukti dengan menguatnya Sterling selama hampir dua pekan. Dimana pasar melihat kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral untuk tahun ini sebagai dasar bagi penguatan Sterling.

Pasar melihat ada dua alasan utama mengapa Bank Sentral bisa terus bergerak. Pertama, inflasi Inggris naik menjadi 2.3% pada bulan Februari, di atas target Bank Sentral yang memproyeksikan di level 2.0%. Yang mana kenaikan ini termasuk pertama kalinya sejak akhir 2013. Kedua, tidak terbuktinya ramalan bahwa ekonomi Inggris akan menurun tajam jika masyarakat Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa.

Namun demikian, Deputi Gubernur Bank Sentral untuk kebijakan moneter, Ben Broadbent, mengatakan akibat Brexit sebagian pelaku pasar telah memutuskan konsekuensi negatif bagi Sterling. Mereka beralasan dengan keluarnya dari Uni Eropa akan membuat aktivitas ekspor terganggu. Agar hal itu tidak terjadi, nilai tukar Sterling harus lebih murah.

278227
Penulis

Mulai terjun di dunia trading akhir tahun 2009. Pertama kali belajar konsep Money Management dari seorang trader Jepang, kemudian berlanjut otodidak. Strategi trading berpatokan pada level Support dan Resistance (Supply and Demand), dengan dasar High Low yang pernah terjadi, ditunjang range market yang sedang berlangsung dan pembatasan risiko.