Ranking daya saing Indonesia naik dari peringkat 38 ke peringkat 34 dari 144 negara, menurut laporan World Economic Forum 2014-2015 yang dirilis kemarin (3/9). Namun, laporan ini menggarisbawahi sejumlah permasalahan kritis di negara ini yang menghambat perkembangan dunia bisnis Indonesia.
Daya Saing Indonesia Meningkat
World Economic Forum (WEF) yang berkantor pusat di Jenewa menerbitkan sejumlah laporan setiap tahunnya. Salah satu laporan itu adalah laporan daya saing global (Global Competitiveness Report) yang meng-indeks dan meranking lebih dari 100 negara berdasarkan daya saing globalnya.
Tahun ini, WEF memuji Indonesia atas kemajuannya dalam ranking indeks daya saing Dunia dan pertumbuhan GDP yang melaju dengan kecepatan 5.8% per tahun sejak awal kepemimpinan baru di tahun 2004. Laporan tersebut menyebutkan adanya peningkatan infrastruktur dan konektivitas, juga perbaikan kualitas tata kelola sektor publik dan privat. Faktor-faktor tersebut mendorong peningkatan daya saing Indonesia di Dunia.
Namun demikian, Indonesia masih kalah dari sejumlah negara tetangga di Asia Tenggara. Singapura, Malaysia, dan Thailand, tercatat memiliki indeks daya saing yang lebih baik daripada Indonesia.
Negara-Negara Dalam Peringkat Empat Puluh Besar Indeks Daya Saing Global Versi WEF
Sementara itu, Swiss mempertahankan peringkat pertamanya enam tahun berturut-turut tahun ini, dan Singapura kembali menduduki peringkat kedua untuk keempat kalinya. Amerika Serikat naik dari peringkat lima tahun lalu ke peringkat tiga tahun ini, menandakan outlook ekonomi yang kian prima. Kursi berikutnya dalam sepuluh besar daya saing terbaik di Dunia berturut-turut ditempati oleh Finlandia, Jerman, Jepang, Hongkong, Belanda, Inggris, dan Swedia.
Performa Belum Seimbang
WEF menyebutkan dalam laporannya, "Performa Indonesia secara keseluruhan masih belum seimbang". Laporan yang sering diulas berbagai kalangan tersebut mempertanyakan keberlanjutan lingkungan alam dan sosial Indonesia. Dari lingkungan sosial, rapuhnya ketenagakerjaan dan sulitnya akses layanan kesehatan dan sanitasi menjadi perhatian khusus. Sedangkan kerusakan ekosistem dan kurangnya perlindungan lingkungan diisyaratkan berpotensi menghambat pertumbuhan Indonesia kedepan.
Survei WEF kepada komunitas-komunitas bisnis juga dilampirkan dalam laporan tersebut. Survei tersebut mengurutkan sejumlah faktor yang dianggap oleh para eksekutif sebagai masalah paling alot dalam menjalankan bisnis di Indonesia. Tahun ini, korupsi masih memimpin di urutan pertama, diikuti oleh akses pendanaan, inflasi, birokrasi yang tidak efisien, dan infrastruktur yang tidak memadai.
Faktor-Faktor Paling Problematik Dalam Menjalankan Bisnis Di Indonesia
Secara keseluruhan, laporan ini mengindikasikan bahwa Indonesia masih bergelut dengan isu-isu yang sama dari tahun ke tahun. Walaupun KPK telah bergerak agresif dalam upaya menyeret para koruptor ke pengadilan, korupsi masih menghantui Indonesia. Demikian pula, isu-isu lain dalam peringkat teratas di daftar tersebut merupakan masalah-masalah yang akrab di telinga masyarakat. Dalam kondisi seperti ini, tidak heran bila iklim bisnis Indonesia tidak stabil dan sering berkontraksi.