EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.540   |   GBP/USD 1.245   |   AUD/USD 0.642   |   Gold 2,391.77/oz   |   Silver 28.68/oz   |   Wall Street 37,841.35   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,087.32   |   Bitcoin 63,843.57   |   Ethereum 3,059.28   |   Litecoin 80.91   |   XAU/USD bullish efek masih berlanjutnya tensi konflik Israel-Iran, 17 jam lalu, #Emas Fundamental   |   Pasar bergerak dalam mode risk-off di tengah berita utama mengenai serangan Israel ke Iran, 17 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Poundsterling menemukan area support, meskipun sentimen risk-off membuat bias penurunan tetap terjaga, 18 jam lalu, #Forex Fundamental   |   GBP/JPY bertahan di bawah level 192.00 setelah data penjualan ritel Inggris, 18 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 1 hari, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 1 hari, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 1 hari, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 1 hari, #Saham AS

Daya Saing Naik, Indonesia Masih Dibayangi Korupsi

Penulis

Ranking daya saing Indonesia naik dari peringkat 38 ke peringkat 34 dari 144 negara menurut laporan World Economic Forum 2014-2015 yang dirilis kemarin (3/9). Namun laporan ini menggarisbawahi sejumlah permasalahan kritis di negara ini yang menghambat perkembangan dunia bisnis Indonesia.

Ranking daya saing Indonesia naik dari peringkat 38 ke peringkat 34 dari 144 negara, menurut laporan World Economic Forum 2014-2015 yang dirilis kemarin (3/9). Namun, laporan ini menggarisbawahi sejumlah permasalahan kritis di negara ini yang menghambat perkembangan dunia bisnis Indonesia.

Daya Saing Indonesia Meningkat

World Economic Forum (WEF) yang berkantor pusat di Jenewa menerbitkan sejumlah laporan setiap tahunnya. Salah satu laporan itu adalah laporan daya saing global (Global Competitiveness Report) yang meng-indeks dan meranking lebih dari 100 negara berdasarkan daya saing globalnya.

Tahun ini, WEF memuji Indonesia atas kemajuannya dalam ranking indeks daya saing Dunia dan pertumbuhan GDP yang melaju dengan kecepatan 5.8% per tahun sejak awal kepemimpinan baru di tahun 2004. Laporan tersebut menyebutkan adanya peningkatan infrastruktur dan konektivitas, juga perbaikan kualitas tata kelola sektor publik dan privat. Faktor-faktor tersebut mendorong peningkatan daya saing Indonesia di Dunia.

Namun demikian, Indonesia masih kalah dari sejumlah negara tetangga di Asia Tenggara. Singapura, Malaysia, dan Thailand, tercatat memiliki indeks daya saing yang lebih baik daripada Indonesia.


Global Competitiveness Index 2014Negara-Negara Dalam Peringkat Empat Puluh Besar Indeks Daya Saing Global Versi WEF


Sementara itu, Swiss mempertahankan peringkat pertamanya enam tahun berturut-turut tahun ini, dan Singapura kembali menduduki peringkat kedua untuk keempat kalinya. Amerika Serikat naik dari peringkat lima tahun lalu ke peringkat tiga tahun ini, menandakan outlook ekonomi yang kian prima. Kursi berikutnya dalam sepuluh besar daya saing terbaik di Dunia berturut-turut ditempati oleh Finlandia, Jerman, Jepang, Hongkong, Belanda, Inggris, dan Swedia.

Performa Belum Seimbang

WEF menyebutkan dalam laporannya, "Performa Indonesia secara keseluruhan masih belum seimbang". Laporan yang sering diulas berbagai kalangan tersebut mempertanyakan keberlanjutan lingkungan alam dan sosial Indonesia. Dari lingkungan sosial, rapuhnya ketenagakerjaan dan sulitnya akses layanan kesehatan dan sanitasi menjadi perhatian khusus. Sedangkan kerusakan ekosistem dan kurangnya perlindungan lingkungan diisyaratkan berpotensi menghambat pertumbuhan Indonesia kedepan.

Survei WEF kepada komunitas-komunitas bisnis juga dilampirkan dalam laporan tersebut. Survei tersebut mengurutkan sejumlah faktor yang dianggap oleh para eksekutif sebagai masalah paling alot dalam menjalankan bisnis di Indonesia. Tahun ini, korupsi masih memimpin di urutan pertama, diikuti oleh akses pendanaan, inflasi, birokrasi yang tidak efisien, dan infrastruktur yang tidak memadai.


Indonesia Business ObstaclesFaktor-Faktor Paling Problematik Dalam Menjalankan Bisnis Di Indonesia


Secara keseluruhan, laporan ini mengindikasikan bahwa Indonesia masih bergelut dengan isu-isu yang sama dari tahun ke tahun. Walaupun KPK telah bergerak agresif dalam upaya menyeret para koruptor ke pengadilan, korupsi masih menghantui Indonesia. Demikian pula, isu-isu lain dalam peringkat teratas di daftar tersebut merupakan masalah-masalah yang akrab di telinga masyarakat. Dalam kondisi seperti ini, tidak heran bila iklim bisnis Indonesia tidak stabil dan sering berkontraksi.

Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.