EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,329.23/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,086.22   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 10 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 17 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 17 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 17 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 17 jam lalu, #Saham AS

Alarm Bearish: Ketegangan Saudi-Iran Gagalkan Kesepakatan Pembekuan Output Minyak

Penulis

Perkembangan ini membangkitkan kembali ketakutan para pelaku pasar kalau negara-negara produsen minyak terdepan bakal kembali bergelut dalam "perang" rebutan pangsa pasar.

Perundingan tentang pembekuan output minyak oleh negara-negara produsen minyak terkemuka yang digelar di Doha, Qatar, hingga larut malam hari Ahad kemarin (4/18) berlangsung alot dan kemudian gagal total setelah Arab Saudi bersikeras Iran harus masuk dalam kesepakatan yang didiskusikan. Di sisi lain, Iran menegaskan akan terus menggenjot produksi, sembari mengikis kemungkinan kompromi seiring keduanya terus bertempur dalam proxy war di Yaman dan Syria.

Perkembangan ini membangkitkan kembali ketakutan para pelaku pasar kalau negara-negara produsen minyak terdepan bakal kembali bergelut dalam "perang" rebutan pangsa pasar; apalagi Saudi telah mengancam akan melesatkan level produksinya jika kesepakatan pembekuan output tak tercapai.

ilustrasi

Sekitar 18 negara penghasil minyak, meliputi negara-negara OPEC dan Rusia, bertemu di Doha dalam kesempatan yang sebelumnya diharapkan akan menjadi langkah awal stabilisasi output di tengah luapan surplus yang membanjiri pasar minyak. Output minyak awalnya diharapkan dibatasi pada level produksi bulan Januari 2016, yang mana biarpun tinggi tetapi setidaknya bisa memberikan batu pijakan bagi pasar untuk terstabilisasi.

Namun demikian, Saudi mengatakan pada para peserta pertemuan bahwa pihaknya menginginkan semua negara anggota OPEC untuk ambil bagian dalam kesepakatan pembekuan output minyak. Sikap Saudi tersebut dengan jelas menunjuk Iran, satu-satunya negara anggota OPEC yang telah menolak tegas dan bahkan tak hadir di lokasi. Negara yang beribukota di Teheran tersebut diketahui telah memancangkan komitmennya untuk terus menaikkan level produksi hingga menggapai kembali tingkat produksi lamanya pasca pencabutan sanksi internasional pada bulan Januari.

Sebagaimana diberitakan Reuters, setelah lima jam perdebatan sengit, para delegasi dan menteri yang hadir mengumumkan bahwa tak ada kesepakatan yang tercapai.

"Kami menyimpulkan bahwa kami membutuhkan waktu untuk berkonsultasi lebih jauh," kata Menteri Energi Qatar, Mohammed Al Sada.

Sumber orang dalam OPEC mengatakan bahwa jika Iran menyetujui pembekuan produksi dalam rapat OPEC berikutnya tanggal 2 Juni, maka diskusi dengan para negara produsen minyak Non-OPEC bisa dilanjutkan.

 

Hambat Pemulihan Harga Minyak

Meskipun sebelumnya telah banyak yang memperkirakan kesepakatan takkan tercapai, tetapi tingginya ekspektasi pasar menjelang pertemuan tersebut membuat para analis sekarang menilai, kegagalan hari Ahad tersebut bisa memukul kembali harga minyak yang baru-baru ini berupaya beranjak dari level rendah.

Analis perminyakan dari Natixis, Abhishek Deshpande, mengungkapkan, "Dengan tak adanya kesepakatan hari ini, kepercayaan pasar pada kemampuan OPEC untuk mencapai suatu langkah penyeimbang pasar yang masuk akal kemungkinan akan menyusut dan ini tentunya bearish bagi pasar minyak, dimana (latar belakang) harga telah reli (adalah) sebagiannya karena ekspektasi akan tercapainya kesepakatan". Ia melanjutkan, "Tanpa adanya kesepakatan, kemungkinan akan terseimbangkannya pasar kini terdorong mundur ke pertengahan tahun 2017. Kita akan melihat banyak spekulator keluar (menutup posisi long mereka) sepekan kedepan."

Amrita Sen dari Energy Aspects bahkan menyebutkan, harga minyak bisa terjun ke bahwa $40 di hari Senin ini akibat reaksi spontan pasar. Menurutnya, "Meskipun tiadanya suatu kesepakatan pembekuan (minyak) hari ini tak memiliki dampak negatif pada keseimbangan pasar -karena Iran adalah satu-satunya negara yang bisa menaikkan output secara substansial- (tetapi) ini memiliki dampak negatif besar terhadap sentimen, terutama karena kesepakatan telah digadang-gadang begitu besarnya."

Sedangkan Hamza Khan dari ING Bank memperkirakan minyak akan meluncur secepatnya ke $35.

Di sisi lain, Gary Ross dari lembaga konsultan PIRA menilai kegagalan ini memang negatif, tetapi takkan memiliki dampak panjang karena pada dasarnya pasar telah mulai mengalami penyeimbangan, sebagaimana terlihat dari penurunan produksi minyak Amerika Serikat dan tingginya risiko geopolitik terhadap supply.

263021
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.