Menu

ADRO: Bersiap Memanas Di Semester II-2018

Alia Tarmizi

Setelah produksi terkendala cuaca yang kurang mendukung pada semester I-2018, PT Adaro Energy Tbk akhirnya mampu mendongkrak produksi di kuartal III-2018.

Kenaikan produksi batu bara sejak semester II/2018 tersebut diyakini akan berdampak positif pada kinerja perseroan pada paruh kedua 2018. Sebagai catatan, pada semester I-2018, emiten berkode saham ADRO tersebut membukukan penurunan produksi sebesar 4% dibandingkan semester I-2017.

Pada semester I-2018, PT Adaro Energy Tbk membukukan laba bersih US$195.38 juta, lebih rendah 12.14% secara yoy. Penurunan tersebut disebabkan salah satunya oleh peningkatan beban biaya keuangan perusahaan sektor tambang degan market cap terbesar itu.

Secara produksi, perseran membukukan output batu bara sebesar 24 juta ton pada semester I-2018, turun 4% yoy. Pada saat yang sama, penjualan perseroan hanya 23.8 juta ton atau turun 6% yoy. Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh cuaca basah yang kurang mendukung aktivitas tambang.

Pada kuartal III-2018, perseroan melaporkan total produksi dan penjualan Adaro Energy masing-masing mencapai 14.93 juta ton dan 15.47 juta ton, atau meningkat 5% dan 9% yoy. Dibandingkan kuartal sebelumnya, produksi dan penjualan perseroan masing-masing meningkat 14% dan 20%.

Perseroan juga melaporkan nisbah kupas gabungan Adaro Energy untuk kuartal ini mencapai 5.45x dibandingkan 5.02x pada kurtal III/2017. Musim kering yang sedang terjadi mendukung aktivitas pengupasan lapisan penutup. Perseroan mempertahankan panduan nisbah kupas 2018 di level 4.9x.

 

Suplai Batu Bara Meningkat

Kuartal III-2018 ini, suplai batu bara kalori tinggi mengetat di pasar seaborn, karena produsen utama yaitu Australia sedang dilanda masalah cuaca yang mengganggu aktivitas produksi dan ketersediaan infrastruktur.

Padahal, di saat yang sama, permintaan Jepang, Korsel, dan Taiwan atas batu bara kalori tinggi melebihi perkiraan. Ditambah lagi permintaan Jerman dan Spanyol meningkat karena harga gas yang melambung tinggi.

Faktor-faktor tersebut berdampak pada peningkatan harga batubara 6000 NAR di pasar seaborne pada kuartal III-2018, termasuk harga batubara global Newscastle (GCN) yang secara rata-rata mencapai 117.59 Dolar/t, atau naik 12% dibandingkan kuartal II-2018.

Pasokan batubara thermal dari Indonesia diperkirakan akan meningkat karena kuartal III-2018 merupakan musim kemarau. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan bahwa produksi batubara Indonesia sampai September 2018 mencapai 319 juta ton. Angka ini belum termasuk produksi batubara dari pemegang IUP.

Pada kuartal ini, penjualan ke pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia, meliputi 38% dari total volume penjualan batubara selama Januari-September 2018.

Sementara itu, Asia Timur meliputi porsi 31%, diikuti India dan China yang masing-masing memiliki porsi 13%. Porsi India ini lebih tinggi dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu akibat peningkatan signifikan pada permintaan India terhadap batubara impor. Meski belum mengeluarkan laporan keuangan September 2018, faktor-faktor positif akan menggeluti kinerja ADRO di sisa tahun.

Merespon laporan eksplorasi perseroan, harga saham ADRO melonjak hingga Rp1.696 pada penutupan perdagangan sesi I hari ini (26/Oktober). Hingga akhir tahun, kalangan analis meramalkan harga saham yang dipunggawai Garibaldi Thohir tesebut dapat mencapai Rp2,500-Rp2,600.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE