Menu

Bisakah Bitcoin Kembali Menjadi Sistem Pembayaran?

Yodik Prastya

Popularitas meningkat, tetapi Bitcoin justru perlahan kehilangan fungsinya sebagai alat pembayaran pengganti uang tunai, karena biaya transaksi makin mahal.

Header pada Whitepaper Bitcoin mendefinisikan mata uang digital sebagai "Sistem Uang Elektronik Peer-to-Peer". Namun, pandangan yang lebih dalam tentang apa yang telah terjadi pada Bitcoin akhir-akhir ini menunjukkan gambaran yang sangat berbeda. Pengguna telah membanjiri pasar kripto, dan mayoritas melalui Bitcoin, sebagai kripto dengan nilai aset paling besar diantara ribuan kripto lain. Ironisnya, potensi Bitcoin untuk difungsikan sebagai sistem pembayaran yang sah dan diunggulkan sebagai pengganti uang tunai justru tertinggal.

Sebelum masalah maksimum blok yang dapat diciptakan (skalabilitas) pada Bitcoin muncul, koin ini masih sangat layak digunakan sebagai alat pembayaran mikro karena biaya transaksinya hanya sekitar Rp500-Rp3,000 per-transaksi. Namun, seiring masalah skalabilitas menjadi lebih parah, biaya transaksi membengkak hingga kisaran Rp350,000-Rp700,000 per-transaksi. Untuk sekedar membeli secangkir kopi saja rasanya sudah tidak memungkinkan.

Berbagai rencana untuk mencoba membawa Bitcoin kembali kepada tujuan awalnya telah dilakukan, tetapi sayangnya semuanya nihil. Jaringan Lightning Network yang diunggulkan dapat memotong biaya transaksi hingga ke batas maksimum, justru belum dapat diterapkan hingga saat ini.

Upgrade SegWit2x yang dijadwalkan pada bulan Desember 2017 lalu justru dibatalkan karena tidak terciptanya konsensus total dari para pemegang Bitcoin, pengembang, serta penambang. Masalah skalabilitas yang semakin parah menyebabkan Backlog dan Bottleneck yang membuat transaksi menjadi sangat lambat dan mahal. Hampir tidak ideal sama sekali untuk disebut sebagai mata uang.

Karena transaksinya harus bersaing dengan antrian lain, tentu saja seseorang yang melakukan pembayaran besar dapat dengan mudah membayar $20 pada transaksinya, tetapi berbeda halnya bagi orang yang membeli barang murah dengan Bitcoin. Inilah sebabnya kenapa Bitcoin masih berkembang untuk hal-hal spesifik seperti pembelian seni, mobil mewah, dan real estate. Biaya yang cukup sedikit dari transaksi berskala besar membuat Bitcoin menjadi pilihan utama, tetapi tidak untuk transaksi skala kecil. Elitisme dan ketidaksetaraan terjadi, padahal ini sangat bertentangan dengan tujuan awal kenapa Bitcoin dibuat.

Solusi yang paling memungkinkan agar Bitcoin menjadi sosok mata uang sebagai alat transaksi biaya rendah adalah dengan penerapan Lightning Network. Misalnya saja, perusahaan besar seperti Coinbase dapat menerapkannya agar transaksi secara lokal terjadi pada blockchain-nya sendiri, baru kemudian untuk beberapa rentang waktu seluruh transaksi akan dicatat pada blockchain inti (Bitcoin Core). Lightning Network dapat menjadi Game Changer bagi Bitcoin dan membuatnya mampu berperan sesuai tujuan awalnya, selain sebagai penyimpan nilai investasi.


Keren

namanya p2p ya gitu deh





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE