Menu

Fundamental Minyak Masih Bearish, Tapi Sentimen Bergeser

Aisha

Para spekulator mengekspresikan pandangan super pesimis mereka pada paruh terakhir 2015 dengan menimbun posisi short pada komoditas minyak. Akan tetapi, kini mereka berada di persimpangan jalan.

Para spekulator mengekspresikan pandangan super pesimis mereka pada paruh terakhir 2015 dengan menimbun posisi short pada komoditas minyak, hingga mendorong jumlah posisi short netto ke puncak tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, kini mereka berada di persimpangan jalan.

 

Fundamental Bearish

Strategi OPEC menggelonggong pasar minyak belum mampu menekan produksi minyak Amerika. Total jumlah sumur minyak aktif (oil rig) di Amerika Utara per akhir Januari lalu kembali menurun. Kini, total oil rig tinggal 619, meski setahun sebelumnya mencapai 1,543. Akan tetapi, total produksi minyak mentah AS cenderung flat dalam setahun terakhir.

Sementara itu, menurut analis energi Hadaf Zubi, perkembangan terbaru di Jepang dan Iran bisa membendung reli harga minyak.

Jepang yang merupakan konsumen minyak terbesar ketiga dunia, kini mengurangi konsumsi minyaknya, sejalan dengan difungsikannya kembali berbagai reaktor nuklir dan ditingkatkannya penggunaan LNG dan batu bara di negeri tersebut. Pasca krisis Fukushima 2011, konsumsi minyak Jepang sempat menukik, tetapi telah surut lagi karena merosotnya populasi, lesunya produksi industri, dan penggunaan sumber energi alternatif. Dengan kata lain, konsumsi dari negeri Sakura kemungkinan takkan menopang permintaan akan minyak.

Padahal, Iran diduga menyimpan lebih dari 47 juta barel minyak di armada tanker "hantu" yang digunakan sebagai fasilitas penyimpanan minyak di teluk Persia. Artinya, pencabutan sanksi nuklir di pertengahan Januari akan membuat Iran menggelontorkan persediaan minyak tersebut ke pasar dunia dalam waktu dekat.

Situasi ini berpotensi membuat deadlock di pasar minyak berlanjut lebih lama. Padahal, produsen-produsen minyak sudah amat terpukul. Laporan pendapatan BP, plc, salah satu perusahaan minyak terbesar dunia, dilaporkan anjlok 91 persen pada kuartal 4/2015 dibanding setahun sebelumnya. Pendapatan ExxonMobil juga terpangkas setengahnya. Peringkat kredit Royal Dutch Shell pun sudah di-downgrade oleh Standard&Poor's.

 

Aksi Jual Sudah Kelewatan?

Dengan minyak merosot ke $30an dan bahkan lebih rendah dari itu, bertambahlah jumlah investor besar yang mempertanyakan kalau-kalau aksi jual ini sudah kelewatan. Memang pasar minyak masih mengalami kelebihan pasokan parah, tetapi dengan begitu banyaknya produsen di seluruh dunia yang merugi, maka harga tentunya akan kembali naik setelah mencapai suatu titik tertentu. Banyak yang berbeda pendapat tentang dimana titik balik itu berada, tetapi yang jelas diketahui adalah bahwa kini makin banyak spekulator membuka posisi long pada minyak.

Financial Times melaporkan bahwa spekulator telah mengakumulasikan posisi long pada Brent hingga mencapai rekor tinggi baru, setara dengan 360juta barel di awal Februari, meski harga masih melayang di level rendah pada periode tersebut. Selain itu, ada sinyal minat baru pada posisi long di WTI, meski posisi short masih merajai. Sebagaimana dilaporkan Bloomberg, US Oil Fund (ETF yang digunakan untuk melacak pergerakan WTI) mengalami inflow bulanan terbesar pada Januari.

Minat yang mengejutkan pada minyak tersebut sebagian disebabkan oleh rumor kerjasama OPEC-Rusia untuk memangkas produksi. Rumor itu belakangan dibantah mentah-mentah oleh sejumlah pejabat yang terkait dengan OPEC, tetapi sempat memicu reli tajam pada minyak. Saat itu, para spekulator mulai melikuidasi posisi short mereka dan berpindah ke long minyak. Hasilnya, menurut data Commitment of Traders yang dirilis CFTC per tanggal 26 Januari 2016, posisi long netto minyak melonjak 35 persen.

Reli tersebut kemungkinan tidak bisa dipertahankan, mengingat oversupply masih melanda pasar minyak. Kemungkinan kerjasama OPEC-Rusia pun amat kecil. Namun jelas bahwa pasar tengah meraba-raba untuk menebak dimana "bottom" harga minyak, dan meyakini bahwa hanya tertinggal sedikit ruang bagi komoditas emas hitam ini untuk turun lagi.

---------
Diadaptasi dengan perubahan dari beberapa artikel di OilPrice.com:
- "Oil Majors Report Bleak Earnings As Glut Persists" oleh Evan Kelly
- "Japan And Iran Could Keep A Lid On Oil Price Rally" oleh Hadaf Zubi
- "Fundamentals For Oil Still Bearish, But Sentiment Is Shifting" oleh Charles Kennedy






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE