Menu

Harga Minyak Mentah Makin Lesu Seiring Menguatnya Dolar, Oversupply

Aisha

Dolar AS terus menguat, sehingga harga minyak mentah kembali tertekan. Akan dicabutnya sanksi atas Iran juga membuat proyeksi oversupply makin tinggi, apalagi produksi minyak OPEC mencatat rekor baru.

Hawkish-nya testimoni ketua FED Janet Yellen dan telah dibukanya lagi bank-bank di Athena membuka peluang bagi munculnya stabilitas baru di pasar komoditas dimana Dolar AS terus menguat dan harga-harga komoditas kembali tertekan. Tak terkecuali dalam hal ini adalah komoditas minyak mentah.




Prospek Kenaikan Suku Bunga The Fed

Kemarin (20/7), Dolar AS melejit ke puncak tertinggi dalam tiga bulan sebelum mundur sejengkal sebelum penutupan pasar. Menurut laporan Investing.com, Indeks Dolar AS yang mengukur kekuatan Dolar dibanding enam mata uang mayor lainnya sempat mencapai level tinggi intraday 98.30, level tertinggi yang berhasil dicapai sejak bulan April.


Data inflasi AS yang dilaporkan menguat dari 0% menjadi 0.1% (yoy) pada hari Jumat menjadi dukungan tambahan bagi prospek kenaikan suku bunga the Fed dalam tahun 2015 ini, setelah Yellen mengatakan pada hari Kamis bahwa FOMC bisa menaikkan jika kondisi ekonomi memungkinkan. Apalagi, secara month-to-month, inflasi AS dikabarkan mengalami peningkatan 0.3% dalam bulan Juni. Core CPI yang mengecualikan volatilitas harga makanan dan energi juga naik 0.2% (mtm) atau 1.8% (yoy) dalam periode yang sama.


Data Inflasi AS Juli 2014-Juni 2015

Pada hari Senin kemarin, presiden FED St. Louis, James Bullard, mengipasi sentimen pasar lebih lanjut dengan mengatakan ada kemungkinan 50% FOMC akan menaikkan suku bunga pada rapat bulan September. Laporan tersebut cukup lantang mengindikasikan prospek kenaikan suku bunga the Fed sudah nampak di horizon, sehingga memukul harga minyak lebih jauh lagi.


Harga minyak mentah WTI semakin mendekati ambang 50 USD per barel setelah perdagangan untuk pengiriman September di NYMEX kemarin ditutup pada harga 50.38. Harga Texas Long Sweet bahkan sudah menyentuh level rendah 50.16 USD per barel. Sedangkan di Intercontinental Exchange (ICE), patokan harga minyak mentah Brent untuk pengiriman September ditutup pada 56.60 di akhir sesi perdagangan.

Pencabutan Sanksi Nuklir Iran

Kian memperburuk situasi bagi minyak adalah telah tercapainya kesepakatan terkait sengketa nuklir antara Iran dan enam negara lainnya pada awal pekan lalu. Pada hari Senin, Dewan Keamanan PBB (United Nations Security Council) secara mufakat telah menyetujui kesepakatan tersebut. Padahal, kesepakatan itu dipandang sebagai potensi bearish yang sangat besar bagi pasar minyak dalam jangka panjang karena pencabutan sanksi berarti Iran akan bisa kembali menjual minyak-nya ke pasar yang telah mengalami kejenuhan akibat oversupply.


Menteri bidang Perminyakan Iran, Bijan Namdar Zanganeh memperkirakan Iran akan bisa meluncurkan 500,000 barel tambahan segera setelah sanksi dicabut. Indikasi saat ini menunjukkan Iran bisa memproduksi sekitar 500,000 barel perhari dan 1 juta barel per hari dalam satu tahun atau lebih. Namun telah dinyatakan juga bahwa Iran menargetkan ekspor minyak hingga 2.3 juta barel per hari.


Pertanyaannya sekarang, setelah kesepakatan tercapai, kapan tepatnya sanksi atas Iran akan dicabut?


Realitanya, masih akan dibutuhkan waktu hingga beberapa bulan lagi. Pertama, kesepakatan itu masih akan menjalani review 60-hari di Kongres AS, dan ratifikasinya bisa mengalami kemunduran. Kedua, karena sanksi atas Iran terkait dengan nuklir, maka sanksi masih akan berlanjut hingga the International Atomic Energy Agency mengkonfirmasi bahwa negeri tersebut telah memenuhi semua komitmen yang dinyatakannya dalam kesepakatan terbaru. Menurut catatan Evan Kelly dari OilPrice.com, hal itu bisa memakan waktu berbulan-bulan, dan tanggal kuncinya sepertinya berada pada 15 Desember 2015.

Produksi Minyak OPEC Melangit

Namun sementara tambahan supply dari minyak Iran belum tentu akan terealisasikan dalam waktu dekat, pasar minyak kian jenuh dengan giatnya negara-negara OPEC dalam berproduksi.


Laporan pasar minyak bulanan OPEC untuk bulan Juli menunjukkan bahwa Arab Saudi telah menembus rekor produksi minyak sebelumnya dengan mencapai level produksi tertinggi sepanjang waktu, menghasilkan nyaris 10.6 juta barel per hari di bulan Juni. Itu berarti ada kenaikan 230,000 barel per hari dibanding bulan Mei dan hampir 1 mbpd lebih tinggi dibanding produksi di kuartal keempat tahun 2014. Negara-negara OPEC lain juga tak mau kalah, dengan Qatar menaikkan produksi sebanyak 22,000 bpd, Nigeria menambah 75,000 bpd, dan Irak menambah 303,000 bpd di bulan yang sama.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE