Menu

Hubungan Krisis Turki Dengan IHSG

Shanti Putri

Kemerosotan IHSG gara-gara pengaruh krisis Turki semestinya tidak menimbulkan kepanikan, karena fundamental ekonomi Turki dan Indonesia berbeda.

IHSG kembali merosot. Kali ini, kemerosotan disebabkan oleh sentimen perang dagang global. Presiden Turki yaitu Recep Tayyip Erdogan menyerukan bahwa Turki akan memboikot produk-produk elektronik dan menggandakan tarif pada beberapa produk impor dari Amerika Serikat. Langkah itu diambil Erdogan sebagai balasan atas sanksi kenaikan tarif impor yang dijatuhkan Washington terhadap Turki pasca penahanan pastor AS. Selain itu, terus menguatnya Dollar AS terhadap Rupiah menyebabkan logam industri seperti tembaga turun tajam ke level terendah sejak awal tahun 2018. Pelemahan bursa juga ditandai kenaikan VIX Index lebih dari 20% ke level 16.02.

Pengaruh Turki ke Indonesia agaknya berlebihan, karena nilai perdagangan Indonesia-Turki adalah USD1.7 miliar (setara Rp24.69 triliun) atau sekitar 1% saja dari total perdagangan Indonesia. Total perdagangan Indonesia dengan semua mitranya adalah senilai USD168.83 miliar.

Apabila hubungan dagang kita hanya sedikit, mengapa indeks kita tertekan saat Turki tertekan? Hal ini disebabkan oleh psikologis para pelaku pasar yang terlalu sensitif. Itulah mengapa pasar modal dikatakan jauh lebih menarik untuk jangka panjang ketimbang jangka pendek; karena secara jangka panjang, pasar modal mengikuti fundamentalnya.

Jika kita meninjau ulang krisis Turki, perekonomian Turki memang bermasalah sejak 2010, dan mata uangnya sudah terdepresiasi lebih dari 100%. Di sisi lain, fundamental ekonomi Indonesia jauh lebih baik daripada Turki.

Jelas bahwa fundamental Indonesia jauh lebih baik daripada Turki, dan hubungan dagang kita dengan Turki hanya 1% dari total perdagangan Indonesia dengan semua mitranya. Emiten-emiten yang berhubungan dengan Turki juga hanya sedikit. Seharusnya, investor tidak perlu takut goncangan pada Turki akan berpengaruh pada indeks.

Kini rupiah melemah dikarenakan penguatan dollar AS, dan hal ini dialami oleh hampir semua negara yang banyak berhubungan dagang dengan AS. Namun, hubungan dagang kita dengan AS sejauh ini baik-baik saja. Setidaknya, AS tidak membunyikan genderang perang dagang dengan Indonesia. Masalah sawit Indonesia juga sedang tidak menjadi perhatian AS saat ini.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE