Menu

IHSG Koreksi? Berikut Langkah Strategis Saat Market Crash

Shanti Putri

IHSG telah terkoreksi dari 6686 ke 6426, atau sekitar 38 persen pada 6 Februari 2018. Apa yang harus dilakukan saat Market Crash seperti ini?

Januari 2018 adalah bulan yang membahagiakan ketika saham-saham melesat hingga puluhan bahkan ratusan persen. Bukan hanya satu emiten saja, melainkan hampir semua terkerek naik.

Hal ini lumrah karena bulan Januari seringkali dipenuhi oleh aksi beli oleh para Fund Manager yang melakukan rebalancing portfolio yang mereka pegang untuk setahun ke depan. Hal ini merupakan perpanjangan pesta bagi para ritel setelah euforia Window Dressing di bulan Desember. Lihat saja di bawah ini, betapa luar biasa bulan Januari 2018.

 

 

Namun, kini nampaknya pesta telah usai, saatnya cuci-cuci piring (istilah untuk yang beli di pucuk), karena IHSG terbanting cukup dalam semenjak akhir Januari. Sebagaimana terlihat pada IHSG 5 Februari 2018 lalu yang nampak di grafik berikut ini.

 

 

Diawali di tanggal 30 Januari 2018, IHSG terjun 100 poin setelah membentuk pola candle Hammer di 29 Januari; awal drop sebelum drop lebih banyak. Lalu muncul sentimen negatif dari indeks Dow Jones yang mempengaruhi IHSG dan indeks-indeks saham lainnya di Asia. Akhirnya, indeks kita terkoreksi dari ATH-nya di 6686 ke 6426, atau sebesar 3.8%, di tanggal 6 Februari 2018.

Apakah pertanda krisis dimulai? Waktunya keluar market atau bagaimana? IHSG memang rally di 2017, sudah naik cukup tinggi, yaitu sekitar 33% atau sebesar 1659 poin, sehingga apabila terjadi koreksi maka wajar saja.

 

Hal yang Terjadi Ketika Market Crash

Kita tahu bahwa harga tidak akan turun terus dan naik terus. Harga terbentuk layaknya ombak, naik dan turun. Bahkan, ada satu fenomena yang dinamakan Dead Cat Bounce (DCB), atau naik sebentar untuk turun lebih dalam. DCB seringkali terjadi di market yang sedang bearish kuat.

 

Maka hal ini dapat kita manfaatkan untuk take profit pada saham-saham yang sudah ada dan bukannya untuk masuk posisi. Hari ini tanggal 6 Februari 2018, penulis menduga kenaikan sementara adalah DCB. Perhatikan berikut ini: IHSG menghijau, tapi volumenya merah. Ada yang janggal?

Saya menganggap ini adalah jebakan untuk para ritel yang menganggap bahwa kini sudah saatnya rebound. Sebenarnya ini adalah momen yang paling pas untuk mengamankan cuan yang ada, lalu menyisakan cash di rekening efek kita. Setelah itu duduk, mengamati dari jauh untuk menunggu saham-saham terdiskon.

 

Apa yang Harus Dilakukan Saat Market Crash?

Jawabannya adalah wait and see. Saat market crash adalah saat yang paling tepat untuk berburu saham-saham bagus dengan harga diskon besar-besaran. Prinsipnya masih sama dengan Warren Buffet yaitu "Be greedy when others fearful and be fearful when others greedy". Ingat, Lo Kheng Hong menjadi kaya raya dan membukukan keuntungan lebih dari 2.5 trilyun karena berbelanja di saat krisis tahun 1998.

Jadi, siapkan cash saja untuk berbelanja saat saham-saham sudah murah sekali. Persiapkan 75% dari portfolio untuk belanja besar-besaran di saat sudah murah.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menunggu?

Dapat dilihat, secara historis, rata-rata koreksi terjadi dalam 2 hingga 7 bulan. Jadi, menunggu waktu yang tepat tidak akan rugi. Mari manfaatkan momen ini untuk mendapatkan saham di harga murah dan menjualnya nanti saat harganya sudah tinggi.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE