Menu

IPO BRI Syariah, Akankah Sukses?

Shanti Putri

Rata-rata IPO emiten BUMN kurang berhasil, tetapi bagaimana dengan prospek IPO BRI Syariah yang merupakan bank syariah terbesar keempat di Indonesia?

Kabar gembira bagi para pemegang saham yang berfokus pada kemaslahatan syariat agama, tetapi ingin memiliki saham emiten perbankan. Bank BRI Syariah berencana melakukan penasaran umum perdana (IPO) di awal bulan Mei dan kini sedang memasuki masa book building. Namun, rata-rata IPO emiten BUMN seringkali kurang berhasil dan cenderung menukik ke bawah di hari awal penawaran publik. Lalu, bagaimana dengan emiten bank syariah ini? Apakah IPO BRI Syariah akan digemari? Berikut adalah ulasan kinerja BRI Syariah.

 

 

 

Kinerja BRI Syariah

BRI Syariah merupakan salah satu pemain utama di industri perbankan syariah Indonesia. Per akhir 2017, BRI Syariah menempati posisi keempat terbesar dalam hal aset, pembiayaan, dan dana pihak ketiga; setelah Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, dan BNI Syariah. BRI Syariah berdasarkan modal intinya masuk ke dalam kategori bank BUKU 3.

 

 

Berdasarkan tabel di atas, kita mendapati aset (Jumlah Liabilitas, Dana Syirkah Temporer dan Ekuitas) BRI Syariah meningkat seiring dengan waktu. Peningkatan yang cukup baik, meskipun kurang konsisten. Sedangkan dari laba bersih, di tahun 2017 kami mendapati bahwa laba bersih turun 40,6% ke 101.091, sehingga menghasilkan rasio keuntungan yang kecil di tahun 2017. Secara profitabilitas, BRI Syariah kurang konsisten, tetapi masih cukup baik.

 

 

Dapat kita ketahui dari tabel Non Performing Financing (NPF) di atas, kredit macet meningkat di tahun 2017. NPF Gross BRI Syariah di 2017 mencapai 6,43%, atau lebih tinggi dibandingkan NPF Gross bank syariah secara nasional yang hanya 4,5% saja.

Normalnya, rasio kredit macet tidak lebih dari 5% saja dengan Net NPF. Maka, penulis nyatakan BRIS kurang sehat. Namun, hal ini adalah wajar karena industri perbankan secara umum terkena imbas dari faktor ekonomi makro yang mengalami stagnasi pertumbuhan hanya lima persen saja (perhitungan sampai September 2017) dan tertekannya sektor riil.

Tertekannya sektor riil biasanya langsung berdampak ke bank syariah. Lemahnya sektor riil dapat berimbas pada kemampuan nasabah membayar kewajibannya. Pada gilirannya, besarnya NPF akan berimbas pada perlambatan pertumbuhan pembiayaan yang akan berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan aset.

 

 

Sebagaimana yang kita lihat pada tabel rasio pertumbuhan bank di atas, pada tahun 2017 terjadi perlambatan pertumbuhan, bahkan cenderung turun. Per akhir 2017, NPF meningkat, diikuti oleh peningkatan biaya pencadangan sehingga BOPO naik, dan berkontribusi besar dalam penurunan laba usaha yang sebesar -41,69%.

Perbandingan aset, pembiayaan, dan dana pihak ketiga industri perbankan syariah terhadap industri perbankan nasional per 2017 hanya sebesar masing-masing 5,7%, 4,0%, dan 5,7%. Hal ini menunjukkan penetrasi pasar yang masih lemah. Meski demikian, mengingat mayoritas penduduk beragama Islam, maka penulis menilai potensi perbankan syariah masih besar di Indonesia.

Mengenai perlambatan pertumbuhan, wajar karena memang semua perbankan akan terkena imbas langsung apabila ekonomi secara makro di tanah air masih dalam kondisi yang kurang baik. Kondisi ekonomi kurang baik ini dapat dilihat dari kekuatan daya beli masyarakat secara umum yang mempengaruhi kemampuan nasabah membayar kewajiban kepada bank, juga situasi dan kondisi lainnya yang turut mempengaruhi ekonomi secara makro.

 

Simpulan Mengenai Kinerja dan IPO BRI Syariah

Penulis melihat bahwa aset meningkat, sedangkan laba bersih menurun. Ini artinya kinerja BRI Syariah secara kualitas masih baik, tetapi kesehatannya tidak begitu baik. Meski begitu, perihal kesehatan masih dalam kondisi wajar, karena industri perbankan memang sedang terkena imbas akan melemahnya ekonomi nasional. Hal ini dapat semakin parah apabila situasi politik memanas atau situasi ekonomi memburuk, karena berkaca dari masa lalu (2008 dan 1998), rata-rata bank dengan modal inti kecil tidak mampu bertahan di saat krisis, dan bank-bank besar cenderung harga sahamnya terdelusi antara 25-35%.

Untuk valuasi, harga IPO BRI Syariah sebesar Rp500 per lembar saham mencerminkan PBV sebesar 1,25-1,47x, atau relatif wajar saja dibandingkan rata-rata bank kecil atau BUKU II dan III.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE