Menu

Kinerja AALI Semakin Menarik Berkat Prospek Harga CPO

Aditya Putra

Apa yang menjadi katalis saham AALI ke depan? Apakah harga CPO bisa menembus level RM 6000/mt? Simak ulasannya di bawah ini.

Baru-baru ini, India dikabarkan memotong pajak impor minyak sawit mentah (CPO) dari 7.5 persen menjadi 5 persen. Hal ini berimplikasi pada naiknya gairah para investor untuk melakukan aksi beli CPO, mengingat bea impor yang semakin rendah bisa meningkatkan keuntungan yang didapatkan.

Sebagaimana diketahui, India merupakan salah satu negara dengan jumlah impor minyak kelapa sawit mentah terbesar di dunia dengan total 5.44 juta ton. Angka sebanyak itu sebagian besar berasal dari Indonesia. Sedangkan dari Malaysia hanya sebesar 1.98 juta ton. Momentum ini bisa saja membawa harga CPO ke level RM6,000/ton.

Baca juga: Harga Minyak Kelapa Sawit CPO Dan Apa Saja Yang Mempengaruhinya

 

Kinerja Harga CPO Diprediksi Stabil

Menurut Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), situasi stok yang ketat dan harga yang lebih tinggi akan terlihat di paruh pertama tahun 2022. Faktor utama yang harus diperhatikan adalah kecepatan di mana pekerja asing diizinkan untuk bekerja. Di Malaysia, dampak berkelanjutan banjir besar di banyak perkebunan kelapa sawit, biaya pupuk yang tinggi, dan varian Omicron COVID-19 dapat mengancam pemulihan produksi. Dengan demand yang meningkat dan supply yang masih belum optimal, maka harga diprediksi akan naik.

 

Pulihnya Ekonomi Membuat AALI Lebih Ekspansif

Sebagaimana yang kita ketahui, Astra Agro Lestari (AALI) merupakan salah satu emiten CPO yang tersohor di Indonesia. Bagaimana prospek kenaikan harga CPO akan berpengaruh ke harga saham AALI?

Berdasarkan hasil public expose yang telah dipaparkan oleh perseoran pada tahun 2020, memang benar terlihat ada korelasi sangat positif antara kenaikan harga CPO dengan tingkat pendapatan dan laba bersih yang diperoleh. Jumlah produksi CPO yang dilaporkan oleh perseroan turun -13.6 persen dari 1.65 juta ton menjadi 1.43 juta ton (2020 vs 2019), dan permintaan belum diproyeksikan pulih di tahun 2020 karena efek pandemi. Namun akhir 2021 dan 2022 ternyata menyimpan cerita berbeda.

Faktanya, International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi global akan tumbuh 5.9 persen di 2021 dan 4.9 persen di 2022. Positifnya ekonomi akan didorong oleh China dan India yang merupakan importir terbesar CPO di dunia. Konsumsi minyak sawit China diperkirakan meningkat karena pasokan minyak rapeseed dan minyak kedelai yang lebih rendah. China juga terlihat membeli lebih banyak produk sawit untuk hewannya dalam memberi makan.

Merespon optimisme tersebut, capital expenditure (capex) yang disediakan oleh AALI mencapai Rp1 triliun-Rp1.5 triliun pada tahun ini. Capex tahun 2022 akan digunakan untuk peremajaan beberapa peralatan operasional milik perusahaan.

Target Price AALI Secara Fundamental

 

Teknikal AALI

Pergerakan saham AALI sudah terlihat bullish dan uptrend sejak 23 Maret 2020. Kemudian jika diperhatikan dari sisi volume, harga selalu di atas rata-rata di awal 2022, sehingga menunjukkan minat dan demand yang cukup besar dari investor. Potensi untuk mendaki menuju area 13,000 (upside +19.3 persen dari harga per 16 Februari di level 11000) cukup terbuka di 2022 jika tidak ada berita negatif yang cukup signifikan.

 


Disclaimer: Semua informasi dan data yang dipakai dalam analisa ini, bukanlah merupakan anjuran/rekomendasi untuk membeli/menjual di pasar modal. Setiap keputusan investasi dan trading haruslah merupakan keputusan individu, sehingga tanggung jawabnya ada pada masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE