Menu

Kinerja Emiten BIRD: Menunggu Burung Biru Mengangkasa

Alia Tarmizi

Seiring dengan upaya perbaikan kinerja emiten BIRD, nampak adanya tanda-tanda pemulihan. Harga sahamnya pun diharapkan menanjak.

Kita tidak dapat melupakan kondisi 3-4 tahun lalu ketika emiten perusahaan taksi kompak membukukan kinerja merah. Alasannya tak lain adalah kemunculan perusahaan-perusahaan transportasi dan logistik berbasis aplikasi.

Kala itu, kinerja emiten taksi reguler seperti PT Blue Bird Tbk dan PT Express Transindo Utama Tbk terluka parah. Keduanya "terkejut" dengan masuknya perusahaan-perusahaan teknologi seperti Go-Jek, Grab, dan Uber, sebelum sempat mempersiapkan diri.

Tiga tahun berselang, BIRD dan TAXI masih terus mencari titik keseimbangan baru untuk membuat mereka tetap eksis di sektor transportasi. Bagaimana tidak, dengan gunungan aset kendaraan, mundur dari peta persaingan tentu bukan merupakan pilihan.
Kondisi terus menguji ketangguhan emiten taksi reguler untuk dapat berlari kencang. Pada 2018 ini, TAXI masih tertatih-tatih dengan ketidakmampuan perseroan membayar bunga obligasi, sedangkan BIRD sudah beberapa langkah lebih maju.

Dalam beberapa tahun terakhir, BIRD gencar menempuh berbagai upaya marketing yang terbukti sukses. Salah satu yang tidak boleh lupa dari catatan kita adalah saat perseroan menjalin kerja sama dengan Go-Jek. Di aplikasi buatan Nadiem Makarim tersebut, bahkan ada tombol khusus untuk pemesanan armada BIRD yaitu Go-Bluebird.

Perjalanan emiten BIRD tidak berhenti di situ. Baru-baru ini, BIRD menggandeng T-Cash, sistem pembayaran milik raksasa telekomunikasi Indonesia yaitu Telkom, untuk dapat menghadirkan layanan pembayaran melalui aplikasi My Blue Bird.

Belakangan yang paling mutakhir yaitu keterlibatan BIRD sebagai penyedia armada pada event internasional Asian Games di Jakarta dan Palembang. Dalam waktu dekat, BIRD juga akan menjadi penyedia armada pada perhelatan internasional di Bali, yaitu pertemuan IMF-World Bank.

Berdasarkan catatan Sinarmas Sekuritas, partisipasi BIRD pada event-event tersebut mampu mengerek utilisasi armada perseroan. Artinya, dengan jumlah armada yang sama, jumlah kendaraan perseroan yang tergunakan lebih tinggi dibandingkan hari-hari biasa.

Kondisi tersebut pun menandakan momentum pemulihan emiten BIRD dari kondisi keuangan yang sempat tergerus pada 3-4 tahun lalu. Selama Juli-Agustus 2018, utilisasi armada BIRD meningkat 72% dibandingkan selama Januari-Juni 2018 yang hanya 67%.

"Level utilisasi tersebut belum pernah terjadi sebelumnya sejak keberadaan taksi online. Kenaikan utilisasi BIRD akan mendorong tingkat margin perseroan pada semester II/2018 ini," jelas Analis Sinarmas Sekuritas Richard Suherman.
Sebagai catatan, sepanjang tahun berjalan, harga saham BIRD telah terkoreksi 10.4% sepanjang tahun berjalan. Kendati demikian, dalam satu bulan terakhir, harga saham BIRD telah menanjak 34.78% ke level Rp3,100.

Saat ini, harga saham emiten yang memiliki market cap Rp7.78 triliun tersebut diperdagangkan dengan PER 20.4 kali. Hingga 2019 nanti, dengan upaya pemulihan yang on track, harga saham BIRD diyakini dapat menyentuh Rp3,500.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE