Menu

Menang Atau Kalah, Saham Perusahaan Sandiaga Uno Berpotensi Turun

Shanti Putri

Pemilihan umum kali ini akan sedikit berbeda pengaruhnya kepada pasar modal. Karena kehabisan dana kampanye, salah satu cawapres menjual saham miliknya.

Sandiaga Salahudin Uno atau yang biasa akrab kita sebut dengan Sandiaga Uno, merupakan cawapres paslon 02. Ia telah menjual sahamnya di PT. Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) hingga Rp567 miliar demi ongkos kampanye. Sandi kemungkinan masih akan menjual saham-sahamnya yang lain demi menutup biaya kampanye, karena kegiatan itu ternyata menelan biaya yang sangat besar. Hal ini membuat saya ingin memberi sinyal hati-hati kepada pembaca.

 

Portofolio Investasi SRTG

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) adalah perusahaan investasi yang berbasis di Indonesia. SRTG berinvestasi dalam tiga sektor: konsumen, infrastruktur dan sumber daya alam. Portofolio investasi sumber daya alamnya termasuk perusahaan yang bergerak dalam industri batubara (PT Adaro Energy Tbk), perkebunan kelapa sawit (PT Provident Agro Tbk), eksplorasi minyak dan gas ( Interra Resources Ltd), serta penambangan emas dan tembaga (Sihayo Gold Ltd).

Portofolio investasi infrastrukturnya termasuk perusahaan yang bergerak dalam penyewaan menara telekomunikasi seperti PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TOWR), yang bergerak di bidang industri pembangkit tenaga listrik, jasa jalan tol, serta konstruksi, seperti PT Nusa Raya Cipta Tbk.

Sementara itu, portofolio investasi konsumennya termasuk perusahaan yang bergerak dalam industri otomotif seperti PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk, dan di sektor kilang minyak seperti PT Tri Wahana Universal.

 

Penjualan Saham Oleh Sandiaga Uno

Demi memuluskan jalannya di pemilu, Sandi kerap menjual sahamnya di Saratoga maupun saham-saham yang dikelola oleh Saratoga Investama. Pengurangan portfolio ini akan berdampak pada penurunan profit SRTG di masa depan. Saya juga mengamati, bahwa sebenarnya ada beberapa saham kelolaan Saratoga yang diam-diam sudah tidak dimiliki lagi oleh SRTG, seperti antara lain saham pelayaran Seroja Investments Ltd, dan saham properti PT. Etika Karya Usaha.

Sandi sendiri sebagai pendiri Saratoga kini hanya memiliki saham perusahaan sebesar 25.9%. Selama 6 bulan terakhir, SRTG dijual di publik di kisaran harga Rp4000-Rp3600/lembar. Penjualan saham SRTG oleh Sandi dapat dikatakan mulus karena selalu memiliki standby buyer hingga bisa menjual sahamnya senilai setengah triliun rupiah dengan lancar.

Namun pertanyaannya, sampai kapan para standby buyer akan terus standby membeli SRTG? Hal ini patut diragukan, karena PT. Saratoga yang berbisnis di bidang pengelolaan investasi mulai berkurang performanya, lantaran portofolionya juga terus berkurang. Kondisi makro ekonomi saat ini juga kurang menguntungkan bagi performa Saratoga.

 

Potensi Investasi Di SRTG Saat Ini

Sekedar informasi, pasca kuartal III 2018, SRTG mengalami rugi bersih sebesar Rp964.4 miliar. Padahal, di periode yang sama pada tahun yang lalu, Saratoga mencatat laba bersih Rp2.8 triliun. Penurunan tersebut disebabkan kerugian bersih atas investasi pada efek ekuitas sebesar Rp1.15 triliun. Padahal di tahun sebelumnya, perusahaan memperoleh laba dari sini sebesar Rp3.15 triliun. Selain itu, laba perusahaan kian tergerus dengan adanya kerugian pada selisih kurs sebesar Rp205.37 miliar, yang pada tahun sebelumnya hanya sebesar Rp14.04 miliar.

Tahun sebelumnya di bulan Desember 2017, US Dollar terhadap Rupiah diperdagangkan di harga Rp13,477 per 1 USD. Kini di bulan Desember 2018, satu US Dollar dihargai Rp14,580. Pelemahan rupiah sebesar 8% rupanya berdampak cukup keras pada portofolio yang dikelola di bawah Saratoga.

Harga saham SRTG berpeluang turun dikarenakan potensi kerugian di Laporan Tahunan. Secara keseluruhan, hal itu akan diakibatkan oleh kerugian kurs dan rugi bersih atas investasinya.

Secara jangka menengah, psikologi pasar juga akan tercermin pada harga suatu saham. Hasil pemilu diprediksi akan turut berperan pada performa harga saham SRTG di tahun depan. Performa SRTG sudah terlihat sedang menurun sedari sekarang, bayangkan apa yang terjadi kalau Sandiaga Uno sampai kalah.

Meskipun demikian, harus diakui bahwa manajemen pengelolaan investasi yang dilakukan di bawah Saratoga cukup baik, terlihat dari jenis-jenis saham yang dikelolanya. Namun karena pemilik dari Saratoga sedang mengikuti kontes politik di pemilu 2019, maka beragam aksi korporasi seperti penjualan saham dan penjualan isi portofolio kerap terjadi. Kal ini kurang bagus karena akan menimbulkan persepsi negatif di kalangan investor.

Karena SRTG sedang merugi akibat kurs dan hasil investasinya, ditambah juga ketidakpastian kemenangan dari pemilik Saratoga, bagi investor yang hendak melirik SRTG sebagai sarana investasi sebaiknya menghindar dulu untuk sementara waktu, setidaknya tunggu hingga pemilu usai digelar. Setelah itu, disarankan untuk melakukan pengecekan ulang pada performa saham SRTG. Bukan berarti selamanya SRTG akan selalu tidak baik, hanya saja untuk saat ini, berinvestasi pada SRTG bukan hal yang tepat.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE