Menu

Mencermati Saham-Saham Potensial Di Bulan Oktober

Aditya Putra

Di bulan September lalu, Indeks turun hingga minus 5%. Investor masih meyakini sebelum vaksin benar-benar diberikan maka market masih akan bergerak roller coaster. Lalu saham apa yang bisa menjadi perhatian investor?

Tak terasa kita hampir tiba di akhir penghujung tahun 2020. Memasuki bulan Oktober, kira-kira akan seperti apa perjalanan Indeks kali ini?



Di bulan September lalu, IHSG turun hingga minus 5%, dan kembali berada di bawah level 5,000. Hal ini dikarenakan tingkat positivity rate Covid-19 di Indonesia yang tetap tinggi, terkhusus di DKI Jakarta, yang membuat Pemerintah Daerah (Pemprov) DKI memutuskan kembali pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Sementara ekonomi Indonesia di Kuartal-III/20 Kementrian Keuangan memprediksi mengalami pertumbuhan negatif yang artinya Resesi.

Secara historikal, Indeks dalam 10 tahun terakhir di bulan Oktober berhasil membukukan probabilitas kenaikan 78% yang artinya cukup tinggi. Namun tetap kita harus waspada mengingat kondisi bisnis dan ekonomi pada tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Saat ini dan kedepan, investor menunggu disahkan RUU Omnimbus Law Cipta Kerja di bulan Oktober, yang diharapkan akan meningkatkan investasi ke Indonesia. Namun yang pasti, pemerintah telah memberikan sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal-III masih akan minus meski sedikit membaik. Di sisi lain, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2020 bisa kontraksi antara 1.6% hingga 2% secara tahunan yoy.



Mengapa Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja dan Omnibus Law Perpajakan memiliki peranan yang sangat strategis?

Dalam pengoperasiannya, Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja mencakup 11 klaster, meliputi: Pengadaan Lahan, Investasi dan Proyek Pemerintah, serta Kawasan Ekonomi.

Dalam laporan World Bank sebagaimana yang tercantum di website Setneg.go.id, World Bank mencatat PMA yang masuk ke Indonesia pada 5 tahun terakhir hanya sebesar 1.9% dari PDB. Angka ini masih jauh di bawah Kamboja yang mencapai 11.8% dari PDB, Vietnam 5.9% dari PDB, serta Malaysia yang mencapai 3.5% dari PDB.

Masih rendahnya kontribusi PMA Indonesia terhadap PDB terletak pada regulasi Indonesia yang dinilai terlalu rigid sehingga menyebabkan kurang kompetitif di pasar global. Dengan hal tersebut, ada cukup alasan dan katalis positif yang kita tunggu agar sektor ekonomi dan khususnya emiten di pasar saham ikut mendapatkan efek positif.

Beberapa emiten yang kami filter dan cukup prospek di bulan Oktober antara lain:

Sumber: Stockbit



Sumber: Stockbit

Kesimpulan






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE