Menu

Mengamati Respon IHSG Terhadap Penurunan Harga BBM

Aditya Putra

Terhitung mulai 1 April 2016, Pemerintah kembali menurunkan harga acuan BBM, baik premium dan solar masing-masing sebesar 7.2%, dari sudut pandang ekonomi hal ini akan berdampak positif, lalu bagaimana dari sisi IHSG? seperti apa dampaknya terhadap IHSG?

Pemerintah memutuskan untuk kembali menurunkan harga acuan BBM terutama untuk jenis Premium dan Solar per (01/04). Angka penurunan sendiri sebesar Rp 500, atau sekitar 7.2% untuk jenis premium dan solar. Hal ini tentu akan memantik daya beli masyarakat dalam jangka menengah, inflasi yang rendah serta suku bunga yang lebih manageable.

Lalu apakah penurunan ini akan berdampak positif terhadap IHSG? Mari kita lihat..

Kami mengambil sampel sejak masa pemerintahan Presiden Megawati hingga Presiden Jokowi, total sudah ada 19x pergantian harga BBM mengikuti naik turun-nya harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah. Kebijakan penurunan dan kenaikan harga BBM akhir-akhir ini lebih pada akselerasi pembangunan infrastruktur. hal ini ditempuh dengan pemotongan jumlah subsidi kepada harga BBM yang dinilai tidak tepat.

Data Harga BBM Per Era Presiden

Mengambil basis data 3 Presiden, dan 19x harga BBM berubah kami menemukan bahwa korelasi yang tidak signifikan terhadap IHSG terhadap naik turun-nya harga BBM di jangka pendek dan panjang.

Kinerja IHSG Sejak Tahun 2002-2016

Kita coba mengamati perubahan harga BBM di masa transisi dari Presiden SBY dan Presiden Jokowi, dimana pada tanggal 18 Nov 2014 Presiden Jokowi mencabut subsidi dan menaikkan harga BBM sebesar 30% dari Rp 6,500 menjadi Rp 8,500 (kenaikan yang cukup besar).

Kinerja IHSG Ketika Harga BBM Dinaikkan 30%

Jika kita mengambil sampel data 1 minggu sebelum kenaikan harga BBM dilakukan (misal disini tgl 18 Nov 2014), IHSG mencetak return 1.39%, dan setelah 1 minggu harga BBM resmi dinaikkan kinerja IHSG masih tetap positif dan mencetak gain 0.32%, 1 bulan setelahnya juga IHSG tetap return dengan 0.66%. dan bahkan 1 hari setelah BBM resmi dinaikkan IHSG tetap menguat 0.32%.

Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa IHSG tidak memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap kenaikan/penurunan harga BBM; baik itu harga BBM naik atau turun, IHSG tetap naik. Pasar menggangap arah kebijakan pemerintah yang ingin melindungi kesehatan APBN, nilai tukar serta percepatan infrastruktur dinilai positif/baik bagi masa mendatang; faktor-faktor tersebut yang membuat secara umum kebijakan kenaikan/penurunan harga BBM cenderung direspon positif oleh pasar.

Komen Yellen Bernada 'Dovish'

Ketua The Fed telah berbicara pada economic club di New York, yang mengandung sinyal dovish (resiko ekonomi rendah, sehingga pelonggaran moneter tetap di level yang rendah dengan melakukan stimulus ekonomi-suku bunga rendah).

Hal ini menjawab keragu-raguan investor mengenai peluang kenaikan suku bunga acuan The Fed yang dapat membawa ketidakstabilan di pasar saham global. Tentu dalam jangka pendek investor dapat kembali mengakumulasi beli di pasar saham sambil tetap memperhatikan data-data ekonomi di pekan ini yang menggambarkan tingkat pengangguran Amerika Serikat (AS) di hari Jumat, serta jangan lupakan juga data CFLP manufacturing di China yang menjelaskan tingkat 'kesehatan' sektor manufacturing di sana.

Sebagai penutup, IHSG pada pekan ini sukses di tutup pada zona bullish dalam sepekan, dan kembali berada di atas 4,800 yang kami nilai ini adalah level support kuat baru bagi IHSG di tahun 2016.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE