Menu

Perang Dagang Membawa Berkah, PTSN Siap Melambung Lebih Tinggi

Shanti Putri

Dampak perang dagang AS-China ternyata membawa peruntungan baik bagi perusahaan perakitan elektronik seperti PTSN. Bagaimana proyeksi fundamentalnya?

Belakangan ini, ada aktivitas yang dilakukan oleh broker berkode EP (MNC Sekuritas) pada saham PT Sat Nusapersada (PTSN). Terdapat 3 lonjakan volume yang cukup mencolok di PTSN yaitu pada tanggal 2019/01/04, lalu 2019/01/15, dan 2019/02/04.

Pada lonjakan volume tersebut, diketahui bahwa EP melakukan akumulasi PTSN pada masing-masing tanggal di harga Rp1635, Rp1664, dan Rp1814. Sedangkan harga terakhir PTSN di 22 Februari 2019 adalah Rp1515. Yang membuatnya menarik untuk diperhatikan adalah setiap kali EP melakukan akumulasi, EP selalu menjual sebagian di harga yang lebih rendah.

Seperti misalnya di tanggal 2019/02/04; EP melakukan akumulasi sebesar 27,376 lot oleh 788 orang berbeda di harga rata-rata Rp1814. Namun di hari yang sama, EP melepas 21,633 lot di harga Rp1751. Bukankah apabila membeli di harga tinggi lalu dilepas di harga rendah artinya merugi? Yang jelas, setiap kali melakukan pembelian, EP selalu menyisakan beberapa ribu lot untuk disimpan. Aktivitas ini membuat Penulis mengantisipasi adanya kenaikan yang signifikan pada saham ini. Karena itu, Penulis akan memaparkan analisa dari sisi fundamental PTSN.

Berita mengenai kenaikan laba selalu efektif mengundang kenaikan harga saham. Pada Kuartal III-2018, PTSN membukukan laba bersih sebesar USD10.59 juta, yang mana pada Kuartal yang sama di tahun sebelumnya, laba bersih PTSN hanya USD782 ribu saja. Ini berarti ada kenaikan 1353% dalam 12 bulan saja! Market pun tidak menunggu lama. PTSN langsung terbang dari harga Rp290 di tanggal 2018/10/31 hingga ke titik tertingginya di Rp2240 selepas tahun baru 2019.

PTSN merupakan perusahaan perakitan elektronik yang berdiam di Batam. Emiten ini mendapat berkah dari adanya perang dagang antara China dan AS. Sebagaimana diungkapkan kepada BEI tanggal 4 Desember 2018, bahwa sejak tanggal 1 Desember 2018, Pegatron Corporation yang merupakan perusahaan perakitan elektronik terbesar kedua di dunia, resmi menandatangani perjanjian kerjasama dengan PTSN untuk merakit berbagai produk elektronik yang akan di ekspor ke Amerika Serikat.

Semakin besarnya beban yang ditanggung oleh perusahaan asing di China, disebabkan oleh pemberlakuan tarif dari Amerika Serikat dalam upaya melancarkan perang dagangnya. Oleh karenanya, banyak perusahaan asing yang berbasis di China mengalihkan produksinya ke negara ASEAN termasuk Indonesia.

Merespon datangnya order jasa rakit yang melimpah, pada tanggal 11 Desember 2018, PTSN langsung merencanakan untuk membangun dua pabrik baru yang dinamakan pabrik 12 (terdiri dari 6 lantai) dan pabrik 12 A (terdiri dari 5 lantai). Jumlah karyawan juga kini meningkat drastis dari 3.274 karyawan menjadi 6.000 karyawan.

Diketahui, Pegatron dan PTSN akan mengekspor produk-produk smarthome seperti gateway, router, modem, smart speaker, Internet Protocol Camera (IP Cam), dan sebagainya untuk diekspor ke Amerika Serikat. Hal ini sudah dilakukan sejak Sabtu 2 Februari 2019.

 

Proyeksi Laba

Annual Report Full Year 2018 belum dirilis, tapi laba bersih diestimasi akan jauh melebihi laba bersih Tahun Fiskal 2017.

Diketahui, pada Q3 2018, pendapatan PTSN naik ke USD233,483,768. Pada periode yang sama di Q3 2017, pendapatan hanya sebesar USD64,595,169 saja. Dari tabel di atas, kita mengetahui bahwa total pendapatan menjadi USD85,880,000 pada FY 2017. Artinya, ada peningkatan signifikan di Q4 2017 sebesar USD21,284,831, sehingga pendapatan pada Q4 adalah 24.78% dari keseluruhan tahun 2017.

Apabila ada kenaikan serupa di tahun 2018, maka diperkirakan pada periode Q4 2018 akan ada tambahan pendapatan sebesar USD76,917,412. Secara keseluruhan, hal ini membuat proyeksi Annual Report FY2018 untuk pendapatan PTSN adalah sebesar USD310,401,180.

Dari tabel pertama, kita ketahui bahwa di tahun 2017, ada penurunan margin laba bersih hingga separuhnya; dari 1.2% menjadi 0.62% saja. Ini menandakan adanya beban keuangan yang signifikan di Q4. Apabila hal ini terjadi di 2018 juga, maka kita akan dapati bahwa Net Profit Margin di FY2018 akan menjadi 2.25% saja. Dengan NPM 2.25% saja, maka akan kita dapati Laba Bersih di FY2018 sebesar USD6,984,026.

Sebelumnya di FY2017, Laba bersih diketahui sebesar USD492,427 saja. Apabila estimasi Laba Bersih FY2018 di atas dapat mencerminkan yang sebenarnya, maka berarti ada kenaikan sebesar 1418% hanya dalam waktu setahun. Kenaikan laba bersih yang luar biasa biasanya direspon dengan fantastis juga. Namun untuk jangka pendek, sulit untuk menentukan harga saham karena tergantung mekanisme pasar. Penulis pribadi berpendapat setidaknya PTSN dapat menembus minimal Rp1814 per lembar, karena akumulasi EP terakhir ada di harga tersebut.

 

Disclaimer On: Penulis memiliki posisi pada PTSN. Analisa yang diberikan dipersilahkan untuk dicek ulang oleh pembaca, dan penilaian atas analisa saham ini diserahkan kepada pembaca. Dengan adanya Disclaimer ini, Penulis terbebas dari beban tanggung jawab jika ada pembaca yang juga menyimpulkan bahwa saham yang dianalisa di atas layak untuk dibeli.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE