Menu

Percayalah, AUTO Tidak Mungkin Gocap

Shanti Putri

AUTO diisukan oleh para investor dapat menyentuh level Rp50 alias Gocap per lembar saham karena banyaknya krisis dalam negeri. Namun, benarkah demikian?

Saat terjadi krisis seperti pandemi Corona belakangan ini, permintaan akan kendaraan bermotor selalu anjlok. Berdasarkan katadata[dot]com, beberapa brand otomotif ternama seperti Toyota, Daihatsu, serta Mitsubishi mencatat penurunan penjualan masing-masing sebesar 6.2%, 10.2% dan 19.7% hingga Q3/2019. Selain itu, Datsun, Ford dan Chevrolet juga memutuskan untuk hengkang dari dalam negeri. Ketiganya "meninggalkan" Indonesia karena situasi dalam negeri dinilai kurang baik. Jika dikalkukasi secara umum, penjualan mobil di seluruh negeri turun sebanyak 12%. Lantas, apa penyebab penjualan mobil banyak mengalami penurunan?

 

Mulai Pemilu Hingga Pandemi Corona

Menurut Ketua Umum Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), Jongki Sugiarto, penurunan penurunan daya beli masyarakat akan kendaraan terjadi karena kemelut Pemilihan Umum (Pemilu) tahun lalu. Selain itu, pandemi Corona yang terjadi selama hampir dua bulan di Indonesia turut memberatkan industri ini. Momen lebaran yang biasa dimanfaatkan untuk membeli mobil baru, rupanya tak akan terjadi di tahun ini.

Sebagai langkah antisipasi penyebaran Covid-19, pemerintah memutuskan untuk memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang "memaksa" para perantau untuk tidak mudik. Di saat seperti inilah para investor menjadi ragu untuk menyimpan saham otomotif. Beberapa investor bahkan berpendapat bahwa Astra Otoparts Tbk (AUTO) semestinya turun hingga Rp50 per lembar.

Penulis sependapat dengan poin pertama, yakni masa depan industri otomotif memang belum tampak menjanjikan untuk saat ini. Namun agaknya keterlaluan sekali jika AUTO sampai harus dihargai Rp50 per lembar sahamnya. Meski keadaan gonjang-ganjing, tetapi data berikut menunjukkan sebaliknya.

Anda bisa lihat bahwa pendapatan AUTO terus meningkat setiap tahunnya. Meski nilai tukar tengah berfluktuasi, ada potensi resesi karena wabah SARS hingga MERS, termasuk Pemilu 2014 dan 2019, AUTO masih lempeng-lempeng saja. Mengapa bisa begitu?

 

Pendapatan AUTO Tak Hanya Satu Sektor

Bisnis AUTO ini dibagi menjadi dua sektor, yaitu Perdagangan dan Manufaktur. Perdagangan artinya AUTO men-supply suku cadang kendaraan ke bengkel-bengkel ritel untuk kebutuhan servis, sedangkan Manufaktur artinya AUTO menjual suku cadang secara grosir ke pabrik kendaraan untuk produksi kendaraan baru. Karena sifatnya grosir, maka marjinnya juga tipis.

Tabel di bawah ini menunjukkan pendapatan AUTO dilihat dari sektor Perdagangan dan Manufaktur komponen otomotif (dalam Rupiah).

*Diolah dari Financial Statement dari situs IDX

Jika Anda perhatikan tabel di atas, Pendapatan Manufaktur mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Sebaliknya, Pendapatan dari sektor Perdagangan malah meningkat secara pesat. Kondisi ini terjadi karena masyarakat lebih memilih servis mobil ketimbang beli baru saat kondisi kurang menjanjikan. Oleh sebab itu, pendapatan AUTO tetap menanjak.

Selain itu, sektor Perdagangan juga lebih banyak menyumbang Laba Kotor ketimbang Manufaktur. Karena masyarakat semakin giat servis kendaraan, maka Laba Bersih AUTO bisa meningkat. Bahkan, peningkatannya mungkin bisa lebih besar daripada saat masyarakat membeli mobil baru.

Inilah yang unik dari AUTO. Segmen Manufaktur itu tergantung dari perkembangan ekonomi, sedangkan Perdagangan cenderung meningkat karena jumlah mobil terus bertambah berikut kebutuhan spare part-nya. Bisa dikatakan jika segmen Perdagangan memiliki masa depan cerah karena barrier entry-nya berat.

 

Pengaruh Nilai Tukar Bagi Emiten

Masyarakat kerap mengkhawatirkan eksposur emiten terhadap mata uang asing. Biasanya, risiko mata uang asing timbul dari aset dan liabilitas moneter, serta transaksi dalam mata uang asing.

Keterangan: Garis ungu adalah grafik USD/IDR, sedangkan candlestick adalah AUTO.

Dari grafik di atas, kita bisa melihat bahwa nilai tukar USD/IDR sangat mempengaruhi sentimen investor terhadap AUTO. Semakin tinggi nilai Dolar AS, maka semakin rendah pula kepercayaan investor akan masa depan AUTO. Kondisi ini pernah terjadi di tahun 2015, dimana emiten sempat terpukul oleh penurunan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar.

Namun belajar dari masa lalu, AUTO lantas menyiapkan strategi hedging dan tampaknya berhasil. Laba Bersih AUTO pun membaik pasca jatuh di tahun 2015, sebagaimana ditunjukkan pada grafik berikut ini:

 

AUTO Tidak Mungkin Gocap

Analisis ini dibuat secara sederhana untuk menjawab kekhawatiran investor mengenai prediksi AUTO di titik Rp50 alias gocap per lembarnya. Secara performa, tidak mungkin AUTO jatuh ke level gocap karena pendapatannya cenderung meningkat dan meraih laba, terutama dari segmen Perdagangan. Namun jika pasar berkehendak lain dan menekan AUTO hingga ke level gocap meski kinerjanya masih baik, mungkin itulah kesempatan Anda untuk "mendapat berlian di kubangan lumpur". Untuk memperoleh informasi yang lebih detail, penulis menyarankan Anda melakukan analisis lebih lanjut.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE