Menu

Potensi Dua Kurva IHSG Di Tengah Krisis COVID-19

Aditya Putra

IHSG yang terus turun setiap hari dan sempat menyentuh 3,900 telah membuat investor gundah gulana. Sampai dimana sebenarnya penurunan ini akan terjadi?

Para pembaca rubrik saham Seputarforex yang telah menjadi investor pasti saat ini tengah mengalami masa-masa galau melihat kinerja rata-rata investasi, khususnya di pasar saham. Bagaimana tidak, IHSG saat ini telah turun 26.20% secara year-to-date (ytd).

 

Apa Yang Salah Dengan IHSG?

Tentu setiap hari kita telah mendengar, penyebaran COVID-19 telah dijumpai hampir di seluruh negara di dunia, dengan jumlah kasus positif mencapai lebih dari 1.5 juta orang di seluruh dunia per 7 April 2020. Sejauh penyebaran COVID-19 ini, banyak aktivitas ekonomi telah terhenti dan beban sosial meningkat tinggi, terlihat dari naikknya angka penggangguran dan lesunya aktivitas ekonomi ritel di sektor riil-informal.

Pertumbuhan ekonomi tahun ini pun telah direvisi dan sudah pasti turun di bawah rata-rata lima tahun terakhir. Lalu, apa yang harus investor lakukan?

"Jangan panik!" itu mungkin kata-kata pertama yang bisa penulis sampaikan. Jika Anda panik, maka tentu Anda tidak akan bisa berpikir rasional. Selanjutnya, mari kita lihat (kemungkinan) apa yang bisa terjadi.

Grafik 1

Pada grafik 1 di atas, kita dapat melihat ada tiga tahun terdekat sebelum tahun 2020, ketika IHSG turun dari titik tertingginya (high) hingga menyentuh bottom. Jika diperhatikan, masing-masing dari tiga tahun tersebut membutuhkan waktu di atas 200 hari sebeluma akhirnya Indeks mampu kembali stabil dan reli.

Grafik 2

Sedangkan pada grafik 2 di atas adalah kejadian ketika krisis finansial global di tahun 2008. Kala itu, Indeks membutuhkan waktu sekitar 377 hari sebelum akhirnya benar-benar reli.

 

Kurva U Versus V

Banyak yang menanyakan, kali ini akan seperti apa bentuk kurva Indeks? Tentu sulit dijawab dengan tepat. Namun dari beberapa kejadian sebelumnya, kali ini investor jelas dihadapkan oleh situasi yang membutuhkan kesabaran untuk melihat Indeks kembali reli, stabil, dan bullish.

Dari hasil pengamatan, kejadian di tahun 2008 membentuk kurva U, 2013 kurva U, 2015 kurva sedikit V, dan 2018 kurva U. Jadi, dari beberapa kali Indeks turun, lebih banyak yang membentuk kurva U dibanding V.

Tabel 1

 

Turunnya Market Merupakan Peluang

Penurunan indeks tidak dapat terelakkan. Namun, pasti ada pula yang menunggu momen-momen seperti ini dan berharap bisa membeli saham-saham yang telah terdiskon SANGAT MURAH dari nilai wajarnya. Yup, tidak salah dan memang, karena seperti itulah pasar saham bekerja. Lagi-lagi, penulis harus menyertakan data agar mendapatkan gambaran seperti apa kira-kira kondisi ini.

Tabel 2: Histori Penurunan Indeks S&P 500 Ketika Terjadi Crash

Dari tabel di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa setiap penurunan tajam di pasar saham, selanjutnya akan diikuti oleh fase rebound dan kenaikan yang lebih tinggi dari rata-rata penurunan, dengan penurunan rata-rata 39% kemudian diikuti oleh kenaikan 47%.

Dengan demikian, jika Anda bisa melihat sisi positifnya, maka inilah saat yang tepat untuk mulai mencicil beli saham. Tentu saja, sebelumnya lakukan analisa terlebih dahulu agar tidak sembarang memilih saham yang potensial. Oleh karenanya, nantikan analisa saham berikutnya dari penulis yang menyangkut sektor potensial dalam jangka pendek di tengah pandemi virus corona.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE