Menu

Private Placement CLEO: Melirik Strategi Sariguna Primatirta Kuasai Pasar AMDK

Alia Tarmizi

PT Sariguna Primatirta Tbk semakin gencar melakukan ekspansi. Strategi apa yang diambil emiten saham CLEO ini untuk bersaing di pasar AMDK?

Emiten produsen air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merek Cleo, PT Sariguna Primatirta Tbk, semakin gencar melakukan ekspansi untuk menguasai pasar. Kita patut bangga ada perusahaan nasional sekelas Sariguna Primatirta yang mampu head-to-head menjadi pesaing Aqua dan Nestle di pasar AMDK.

Sebagaimana diketahui, baru-baru ini emiten dengan kode saham CLEO tersebut baru saja mengumumkan rencana penambahan modal disetor tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) dengan jumlah sekurang-kurangnya sebesar Rp274 miliar. Berdasarkan keterangan resmi perusahaan, sebesar Rp225 miliar dari dana tersebut akan digunakan untuk melunasi sebagian utang bank perseroan, sebesar Rp20.3 miliar digunakan untuk membiayai pengeluaran modal (capex), serta sisanya akan digunakan untuk memperkuat modal perseroan.

Pembayaran pinjaman bank dari dana hasil PMTHMETD merupakan bagian dari rencana manajemen untuk semakin memperkuat struktur permodalan, dan rasio utang terhadap ekuitas ( debt-to-equity ratio ) perseroan, serta mengurangi beban keuangan (financial costs) perseroan.

Upaya itu diyakini semakin memperbesar kapasitas dan kemampuan PT Sariguna Primatirta Tbk untuk memperoleh pendanaan yang lebih luas dan kompetitif di masa mendatang, serta mendukung peningkatan ekspansi bisnis dan pengembangan usaha secara berkesinambungan, seiring dengan pertumbuhan permintaan pasar atas produk-produk perseroan.

Private placement tersebut juga mengakomodasi strategi CLEO untuk terus melakukan ekspansi bisnis dengan didukung pembangunan jaringan manufaktur terintegrasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Perseroan gencar melakukan pembangunan pabrik baru, pembelian mesin dan peralatan baru, serta otomatisasi mesin pabrik yang sudah ada dan perbaikan sarana pabrik.
Seluruh saham yang akan diterbitkan Perseroan dalam rangka PMTHMETD tersebut akan diesksekusi oleh PT Global Sentral Abadi (GSA), yang merupakan pemegang 51.64% saham CLEO.

Aksi korporasi berupa private placement tersebut menggarisbawahi upaya agresif perseroan dalam memperluas jaringan distribusi. Perusahaan yang berbasis di Jawa Timur tersebut mencatatkan jumlah depo sebesar 72 unit pada 2017 dari 47 unit pada tahun sebelumnya. Selain itu, distributor CLEO mencapai 42 unit pada 2017, dari hanya 18 unit pada 2016.
Pada 2018, perseroan memiliki beberapa strategi penjualan seperti menambah jaringan distribusi internal dan eksternal, menambah armada distribusi, dan memperkuat branding CLEO di pasar.

Strategi tersebut pun terbukti ampuh menjaga laju kinerja keuangan CLEO. Pada semester I/2018, CLEO membukukan penjualan senilai Rp362.21 miliar atau meningkat 27% dari semester I/2017 (year-on-year). Pada periode tersebut, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp27.73 miliar atau melonjak 60.5% dari periode sama tahun sebelumnya.

Pascapengumuman rencana private placement , harga saham CLEO menanjak dua hari berturut-turut dan sempat menyentuh Rp308 pada penutupan perdagangan kemarin (3/Oktober). Pada penutupan perdagangan sesi I Kamis (4/Oktober), harga saham CLEO terkoreksi 12 poin atau 3.9% ke level Rp296. Melihat strategi perseroan mengembangkan skala bisnisnya, kalangan analis menyebut CLEO masih dapat dikoleksi dengan target harga di penghujung tahun sebesar Rp300.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE