Menu

Produksi Minyak OPEC Menanjak, Reli Harga Berakhir?

Aisha

Limpahan suplai minyak dari negara-negara OPEC diproyeksi bakal membanjiri pasar lagi dan kemungkinan akan membuat harga minyak kembali melemah, apalagi bila kesepakatan terkait masalah nuklir Iran tercapai di akhir bulan ini.

Limpahan suplai minyak dari negara-negara OPEC diproyeksi bakal membanjiri pasar lagi dan kemungkinan akan membuat harga minyak kembali melemah, menurut pengamat energi Nick Cunningham di OilPrice.com.

 

 

Keputusan OPEC pada tanggal 5 Juni untuk tidak merubah target produksi kolektifnya telah banyak diduga, sehingga harga minyak tak bereaksi banyak terhadap kabar tersebut. Namun ada banyak alasan lain mengapa harga minyak bisa jadi akan mengalami sedikit pelemahan dalam beberapa pekan mendatang.


Pertama-tama, OPEC telah mengungkap dalam laporan minyak bulanannya yang terakhir bahwa produksi mereka setidaknya 1 juta barel per hari lebih besar dibanding target tertulis 30 juta barel per hari. Output Arab Saudi bahkan naik 25,000 barel per hari di bulan Mei, menggarisbawahi tekad anggota terpenting OPEC ini untuk mati-matian mempertahankan pangsa pasarnya. Apalagi, anggota-anggota OPEC lain turut menaikkan produksi.


Irak dilaporkan sukses menaikkan produksi minyak sekitar 112,000 barel per hari di bulan Mei, dan ada potensi untuk level produksi yang lebih besar. Negara itu telah mentargetkan akan meningkatkan lifting hingga 6 juta barel per hari per tahun 2020. Untuk mencapai target itu, Irak akan membutuhkan setidaknya 10 milyar dolar AS dalam bentuk dana segar, berikut perbaikan keamanan dan infrastruktur. Sementara sarana-prasarana itu belum memadai, Irak kini sudah cukup berhasil meningkatkan produksi minyaknya.


Libya juga diperkirakan bisa mengejutkan pasar dengan menggandakan outputnya ke 800,000 barel per hari di akhir Juli setelah negeri yang dilanda perang itu memperbaiki sejumlah pipa kilang minyak dan terminal ekspor. Dua terminal ekspor besar yang berlokasi di pantai Mediterania, Es Sider dan Ras Lanuf, telah berhenti beroperasi sejak serangan militan merusak keduanya pada Desember 2014. Pipa kilang minyak di terminal lain juga banyak yang ditutup karena protes pekerja. Namun perusahaan minyak nasional Libya bermaksud mengoperasikan kembali unit-unit tersebut dan meningkatkan potensi produksi dalam beberapa pekan ke depan. Dalam jangka panjang, Libya mentargetkan produksi minyak mencapai 1 juta barel per hari di akhir 2015 dan 2.1 juta barel per hari pada 2017.


Disamping faktor-faktor tersebut, variabel penting lain yang patut diperhatikan adalah kembalinya minyak mentah Iran ke pasar. Iran saat ini masih memiliki 40 juta barel minyak tersimpan di tanker lepas pantai, menunggu selesainya negosiasi nuklir dimana sanksi Barat atas negara itu diharapkan akan dicabut. Deadline untuk sebuah perjanjian komprehensif telah ditetapkan pada akhir bulan ini. Jika kesepakatan tercapai, maka perjanjian itu bukan hanya akan menyingkirkan salah satu sumber ketegangan geopolitik di wilayah Timur Tengah, melainkan juga akan memungkinkan Iran untuk menjual minyaknya ke pasar Dunia. Diperkirakan, sekitar 40 juta barel minyak bisa dijual oleh Iran segera setelah sanksi dicabut, dan Menteri Perminyakan Iran telah mengatakan pihaknya bisa melesatkan produksi dalam satu bulan.


Meski selama ini Arab Saudi menjadi sorotan dalam perang di pasar minyak, tetapi nampaknya negara-negara lain dalam OPEC juga berpotensi mematahkan reli harga minyak yang berlangsung belakangan ini.


Dengan memperhitungkan berbagai faktor, Cunningham memperkirakan dunia bisa mengalami kelebihan suplai sebesar 1 juta barel per hari di kuartal ketiga, bahkan sebelum minyak Iran dimasukkan dalam kalkulasi. Namun, menurutnya, ini tidak berarti bahwa harga minyak bakal terpuruk, melainkan hanya bahwa reli harga ke lebih dari kisaran 60 Dolar AS mungkin takkan terjadi. Beda halnya bila kesepakatan antara Barat dan Iran untuk mencabut sanksi terkait nuklir berhasil tercapai. Jika perjanjian semacam itu sungguh ditandatangani, maka gejolak bisa timbul dan harga minyak bisa turun dari kisaran pergerakannya saat ini.

 



Diadaptasi dari artikel "Why The Oil Rally May Well Be Over" oleh Nick Cunningham di Oilprice.com

 






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE