Menu

Rekapitulasi IHSG Selama 2015

Aditya Putra

2015 Telah Berlalu, Banyak Kejadian Penting Terjadi Pada Pasar Saham Indonesia Selama 2015, Paling Menarik Tentu Saja Melihat Kinerja Sektoral Beserta Saham-saham Apa Saja Yang Mampu Bertahan di Tahun Penuh Tekanan Tersebut, Mari Kita Intip.

Usai sudah tahun 2015, tahun yang penuh kejutan bagi IHSG, dan yang pasti lebih banyak merugikan IHSG. Secara tahunan, kinerja IHSG tercatat minus 12.4%, yang dimana IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di level 5,500 di-bulan April dan mencapai level terendahnya pada 4,120 (29/09).

Beberapa hal penting yang dapat menjadi catatan terkait kinerja IHSG di 2015 ialah; ekonomi China yang melambat, ekspektasi berlebih investor untuk kinerja ekonomi Indonesia di bawah Presiden terpilih Jokowi serta ketidakpastian kenaikan suku bunga The Fed telah meningkatkan frekuensi pelemahan terhadap IHSG.

Grafik Trend IHSG Sejak 1997-2015

Jika kita mengambil data IHSG sejak tahun 1997, sebenarnya level investasi di pasar saham Indonesia selalu bertumbuh dari tahun ke tahun, dan dimulai sejak tahun 2003, IHSG terus mencatat level baru-nya. Hal ini mengindikasikan bahwa IHSG telah ‘membuka diri’ bagi investor yang berminat berinvestasi di pasar saham, seiring dengan terus bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan IPO (initial public offering) tiap tahunnya.

Jika kita gunakan pendekatan CAGR (compound annual growth rate) maka rata-rata return IHSG sejak tahun 1997-2015 ialah sebesar 12.84%. hal ini mengindikasikan IHSG dapat bertumbuh 2-3x lipat dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia setiap tahun-nya.

Kenyataan bahwa tahun lalu IHSG mencatatkan kinerja yang negatif bukan menjadi alasan dari melemahnya magnet pasar saham sebagai acuan ber-investasi. Jika kita mau untuk lebih jeli meng-analisis masih banyak saham-saham yang mencatatkan kinerja positif pada tahun lalu.


Pasar Saham Indonesia

Secara jujur saya akui, pasar saham kita sudah semakin mature dan professional, meski pertumbuhan investor masih flat dalam beberapa tahun terakhir namun pemain saham dewasa ini sudah semakin pintar dalam melihat kondisi perubahan di pasar modal Indonesia. Kajian teknikal dan fundamental makin sering banyak dijumpai dan ini yang membuat pasar saham kita akan tumbuh berkualitas kedepan-nya.

Koreksi besar yang terjadi selama tahun 2015 lalu, diantaranya dialami oleh sektor-sektor seperti Pertambangan, Perkebunan, Industri dasar, Infrastruktur serta Aneka Industri (lihat tabel di bawah).

Kondisi Sektoral Secara YTD

Sebagian besar sektor tersebut menjadi penyumbang bobot terbesar bagi IHSG, tak heran seiring dengan tekanan sektor-sektor tersebut maka IHSG pun ikut melorot. Beberapa kebijakan pemerintah yang tidak sinkron dengan industri bisnis memukul segmen bisnis masing-masing industri, disertai instabilitas nilai tukar rupiah. Geo-politik dan tekanan ekonomi global juga berdampak besar pada pergerakan IHSG selama tahun 2015.


Investor Domestik Mendominasi Pasar Saham

Tahun 2015 adalah tahun-nya investor domestik, dari total Rp 1,405 nilai perdagangan di tahun tersebut, investor domestik mendominasi sebanyak 57% berbanding 43% dengan investor asing.

Tekanan ekonomi global membuat investor asing banyak terjebak dan mengambil dana-nya lebih awal dan besar di banding tahun sebelumnya, disamping ketidakjelasan kenaikan suku bunga The Fed dan membaiknya ekonomi AS serta Yen sebagai safe haven membuat daya tarik IHSG memudar bagi asing selama 2015. Di tahun lalu juga tercatat net sell asing sebesar Rp 23 triliun.


Most Top Performance Stock in 2015

Tidak sahih jika kita tidak mengulas saham-saham apa saja yang mencatatkan kinerja terbaik dan terburuk selama tahun 2015, beberapa saham-saham yang mengalami kenaikan di tahun 2015 tidak serta merta mengikuti kejatuhan sektoral-nya, hal ini cukup menarik melihat return yang dihasilkan saham-saham tersebut selama tahun 2015 lalu.

Saham-saham Berkinerja Terbaik Selama 2015

Saham-saham Berkinerja Buruk Selama 2015

Meskipun sektor barang konsumsi sedang menurun, namun tidak ikut menyurutkan kinerja saham sektoral tersebut, terbukti saham Mayora dan Unilever masih dapat mencetak imbal hasil positif selama tahun 2015. Sedangkan kinerja sektor infrastruktur yang tahunan-nya mencetak kinerja minus 15%, tidak terjadi pada saham Telkom yang dapat melaju sebanyak 8.4% di tahun lalu, hal ini membuktikan bahwa tidak selalu kinerja negatif sektoral berimbas terhadap saham per saham di sektor tersebut, dengan pemahaman dan informasi yang lebih jeli dan luas kita dapat memilah saham-saham berkualitas tiap tahun-nya yang tanpa disadari anda akan mendapatkan manfaat yang tidak sedikit dari berinvestasi di pasar saham tentunya.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE