Menu

Tantangan The Fed Di Tengah Ketidakpastian Global

Fullerton Markets

Kebijakan Fed yang tidak terlalu dovish bukan berarti bullish bagi Dolar AS, karena kondisi ekonomi global nyatanya masih dibebani banyak ketidakpastian.

Investor tidak sendirian dalam merasakan sulitnya memprediksi outlook pasar ke depan. Pekan lalu, para pejabat The Fed mengumumkan pandangan yang beragam mengenai proyeksi ekonomi dan kebijakan suku bunga. Estimasi median dari 17 anggota FOMC mensinyalkan bahwa kebijakan suku bunga AS akan dipertahankan di sisa tahun ini dan sepanjang tahun depan.

Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan saat membahas siklus ekonomi di tengah gencarnya gesekan dagang. Pekan lalu, lonjakan singkat dalam pergerakan harga minyak kembali mengingatkan pasar akan tingginya risiko yang tak dipehitungkan sekaligus "tak diinginkan" oleh negara-negara pengimpor minyak seperti China, India, Zona Euro, dan Jepang.

Ketidakpastian dalam lingkup ekonomi makro, dan keraguan pasar terhadap kemampuan bank sentral untuk menghambat laju kontraksi atau memicu pertumbuhan aktivitas ekonomi, telah menyebabkan tumbuhnya pergerakan defensif di pasar saham dan naiknya minat terhadap obligasi-obligasi pemerintah. Di mana yield obligasi pemerintah menurun (karena harga asetnya naik), di situlah saham-saham global (seperti S&P 500 ) terperosok ke teritori rendah.

Para pelaku pasar di bond market sendiri lebih mengambil sikap Long dalam jangka panjang, karena menurut mereka, sinyal rebound jangka pendek dalam aktivitas perekonomian hanya akan bersifat sementara.

FOMC secara khusus menghadapi masalah kompleks dalam menyesuaikan kebijakan mereka dengan kondisi global yang penuh ketidakpastian akibat ketegangan dagang AS-China. Jikapun ada kesepakatan dagang yang dibangun, maka deal itu kemungkinan besar akan sangat rentan dan sarat "lubang", sehingga makin membatasi potensi penyelesaian di sektor bisnis dan pasar finansial.

Di luar China, pemerintah AS juga berpotensi memicu kenaikan tarif terhadap Zona Euro karena melihat nilai tukar single currency yang kian melemah. Menurut analis Fullerton Markets, jika hal ini benar terjadi, Gedung Putih telah gagal mengapresiasi nilai-nilai keuntungan komparatif yang didapat dari hubungan perdagangan dengan negara lain.

Ketegangan dagang antara AS dan negara lain telah cukup lama mendominasi pasar finansial, dan para investor pun sadar jika gejala pelemahan data ekonomi yang berakar dari goyahnya keyakinan bisnis akan memicu reaksi kuat dari bank sentral.

 

Instrumen Trading Pilihan Kami

EUR/USD
Pasangan mata uang ini masih diliputi sentimen bearish, dan diproyeksi merosot ke area 1.1970.

 

Indeks Hang Seng

Sedikit bullish, indeks saham ini berpotensi menguat hingga 26620 dalam pekan ini.

 

USD/JPY

Pergerakan USD/JPY dibebani oleh outlook bearish, dan bisa melemah ke 107.

 

XAU/USD

Harga emas diliputi sentimen pelemahan, dan berpeluang melemah hingga ke 1490.

 


Franky Nangoy

Market Strategist - Fullerton Markets

Dengan lebih dari 15 tahun pengalaman profesional dalam forex, Franky telah mengambil berbagai peran di industri ini. Ia menjadi konsultan dan analis untuk broker lokal dan internasional, dan saat ini memegang peranan sebagai Market Strategist di Fullerton Research, dimana ia bertanggung jawab mempersiapkan materi pembelajaran secara rutin, seperti Weekly Market Research dan webinar secara langsung untuk Audience global. Kelebihannya terletak pada analisis pasar Indonesia.

Pada tahun 2018, Franky menyelesaikan serangkaian Roadshow di 11 kota di seluruh Indonesia, menjangkau para trader, baik yang pemula maupun berpengalaman dengan wawasan dan kebijaksanaan terkait forex.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE