Menu

Ulasan Saham 15 September: Berharap Technical Rebound IHSG

Aditya Putra

IHSG sudah melemah di atas 1% dalam 3 hari terakhir, sinyal bearish terkonfirmasi kuat, namun peluang technical rebound tetap terbuka di tengah minimnya sentimen positif di pasar saham.

IHSG Dalam Catatan

Kemarin IHSG mematok posisi highest di sekitar 5,146, dan lowest di 5,128. Candlestick turun dalam 3 hari, bearish. Jauh dari bolinger band bawah di sekitar 5,220. Tekanan jual lokal dan asing nampak cukup besar disamping investor juga masih menantikan data-data penting ekonomi Indonesia.

Posisi RSI saat ini juga terendah ke-3 di tahun ini sejak bulan Mei lalu, dimana ketika itu indeks berada di sekitar level 4,700-an. Namun menariknya IHSG tidak sampai menembus bollinger band batas bawah ketika itu dan masih mampu berhasil di tutup sedikit di atasnya. Jika memang investor tergesa-gesa dalam menjual kemarin maka indikasinya IHSG memiliki peluang technical rebound dan kembali di transaksikan di sekitar level MA50 dan MA20, kemudian IHSG akan bergerak sideways sambil menunggu kelanjutan sinyal The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan-nya.

 

Economy Update

Biaya barang impor AS turun 0.2% di bulan Agustus, sebagian besar disebabkan oleh harga minyak yang lebih rendah, menurut laporan pemerintah hari Rabu. Penurunan tersebut menjadi yang pertama sejak Februari. Sedangkan pada basis tahunan, harga impor tercatat merosot 2.2% di bulan Agustus. Harga ekspor AS dilaporkan juga turun 0.8% di bulan Agustus seiring biaya tanaman pertanian membukukan penurunan terbesar dalam 3-tahun. Harga ekspor bulan lalu juga 2.4% lebih rendah dibandingkan setahun sebelumnya.

 

Equity Comment

Saat ini uang tebusan tax amnesty masih di level Rp 12.3 trilliun, masih sekitar 7.5% dari target pemerintah yang ditargetkan Rp 165 triliun. pemerintah membutuhkan tax amnesty agar memiliki modal untuk membayar project-project infrastruktur yang tengah dijalankan. Defisit pemerintah saat ini sekitar 1.83 persen dari PDB hingga semester I lalu, dibandingkan dengan semester I 2015, jumlahnya meningkat drastis dari 0.73 persen atau Rp 84.3 triliun.

Tekanan defisit yang besar akan membuat resiko utang meningkat, dan jika ini terjadi maka profil resiko investasi Indonesia akan turun, kemungkinan dana asing berbalik ke luar juga akan meningkat.

Neraca perdagangan Indonesia di bulan Agustus mencatat surplus $294 juta, namun secara month-on-month mengalami penurunan, dimana pada bulan sebelumnya mencapai $ 510 juta.

Penurunan neraca perdagangan tentu akan membuat pemerintah bekerja ekstra untuk menambal kekurangan penerimaan, dimana sisi ekspor masih belum terlalu menggembirakan.

Bank Indonesia (BI) memberi sinyal akan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer sebagai bagian dari kebijakan moneter. GWM Primer saat ini tercatat sebesar 6.5% dan akan direvisi ke bawah untuk meningkatkan likuiditas perbankan. Lalu apa itu giro wajib minimum (GWM)? Jadi GWM itu ibaratnya anda sebagai bank, yang dimana kegiatan bisnisnya meminjamkan uang ke kreditur, namun untuk menjaga agar sisi default tidak terganggu maka dana yang berasal dari deposito (DPK) ada yang sebagian di simpan di bank utama, yang dalam hal ini Bank Indonesia (BI), nanti jika ada seorang nasabah ingin menarik duitnya secara tiba-tiba maka bank tersebut dapat membayarnya.

Nah, disini jika bunga GWM diturunkan maka secara otomatis perbankan jadi mendapatkan excess dana lebih, dana lebih ini bisa di salurkan dalam bentuk kredit, atau perbankan bisa menyesuaikan suku bunga kredit dengan penurunan suku bunga deposito yang telah turun, dimana hal ini akan bisa memicu masyarkat meningkatkan permintaan kreditnya. Saya melihat ini akan cukup positif bagi industri perbankan dan tentu-nya bagi sektor perbankan. Namun, peningkatan kredit memang tidak semudah itu.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE