Menu

Cara Menghitung ROE Untuk Mengetahui Kinerja Emiten

Shanti Putri

Ada banyak rasio yang perlu diperhatikan dalam menilai kinerja suatu emiten. Salah satunya yakni berdasarkan kalkulasi ROE alias Return On Equity. Apa itu?

Salah satu faktor untuk menentukan apakah perusahaan yang sahamnya Anda beli memiliki tingkat keuntungan baik adalah dengan melihat Return On Equity (ROE)-nya. Dalam bahasa Indonesia, ROE disebut dengan Rasio Pengembalian Ekuitas. Bagaimana cara kerja dan fungsinya sehingga ROE dapat menunjukkan kinerja suatu emiten?

 

Apa Itu ROE?

ROE adalah perbandingan antara laba bersih dengan total ekuitas atau sama juga dengan rasio EPS (Earning Per Share) dibagi dengan rasio PBV (Price to Book Value). ROE adalah suatu parameter untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang dihasilkan perusahaan atas setiap rupiah yang dimodalkan. Melalui ROE pula, investor dapat mengetahui besar kemampuan modal yang dimiliki oleh ekuitas untuk menghasilkan laba bersih (laba setelah bunga dan pajak atau biasa disebut earning after interest and tax/EBIT). Singkatnya, rasio ROE mencerminkan kemampuan perusahaan atau emiten dalam mengelola ekuitasnya.

Rasio ROE juga merupakan indikator penting untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan. Misalnya, ROE suatu perusahaan adalah sebesar 20 persen. Maka setiap Rp200 modal sendiri yang diinvestasikan di dalam perusahaan mampu memberikan laba bersih sebesar Rp40.

Ada dua cara untuk mengetahui apakah rasio ROE sebesar 20 persen sudah bagus atau tidak:

  1. Membandingkan rasio ROE perusahaan tertentu dengan perusahaan lain yang bergerak di sektor sama.
  2. Selanjutnya, membandingkan rasio ROE suatu perusahaan dalam kurun beberapa waktu untuk bisa melihat trennya, apakan cenderung turun atau justru naik.

(Baca Juga: 10 Langkah Memilih Saham Berkualitas)

ROE bisa disajikan dalam bentuk persentase ataupun rasio. Semakin besar ROE-nya, semakin baik pula kinerjanya. Akan tetapi, perusahaan dengan rasio ROE tinggi biasanya juga memiliki risiko tinggi pula karena perusahaan itu memiliki rasio utang yang cukup besar. Selain itu, perusahaan dengan rasio ROE tinggi juga cenderung memiliki PBV tinggi pula. Oleh karena itu, pilihlah saham yang mempunyai rasio ROE stabil dan minimal 10 persen.

 

Cara Menghitung ROE

1. Membagi Laba Bersih Dengan Ekuitas

Cara memperoleh angka ROE cukup mudah karena hanya perlu membagi Laba Bersih dengan Ekuitas.

Return on Equity = (Laba Bersih)/(Ekuitas perusahaan)

Keterangan:

 

2. Berdasarkan Clean Surplus Accounting (CSA)

Cara kedua untuk menentukan ROE dapat didasarkan pada Clean Surplus Accounting (CSA). ROE berdasarkan Clean Surplus Accounting ini merupakan sebuah refleksi dari keseluruhan kinerja perusahaan. Bagaiman kinerja manajemen, seberapa efisien sistem produksi, distribusi, pemasaran, sumber daya manusia, dan lain-lain, semua tercermin dalam rasio ini. Adapun cara menghitungnya cukup mudah:

ROE CSA = Return Bersih/Equity CSA

Keterangan:

Sangat sederhana, bukan? Perhitungan ROE yang benar akan memberikan gambaran tentang kemampuan emiten menghasilkan laba.

 

3. Gunakan Angka EBIT Ketimbang Laba Bersih

Laba Bersih adalah hasil akhir setelah semua hal dibayarkan. Ketika Anda hendak menghitung dividen yang diterima, Anda dapat mengecek laba bersih emiten. Namun, besarnya laba bersih dipengaruhi oleh banyak hal seperti kegiatan operasional perusahaan, pajak yang dibayarkan, beban bunga yang dikeluarkan, hingga bunga hasil investasi.

(Simak Juga: Jadwal Dividen Saham Indonesia)

Laba Bersih akan memberikan angka yang bias dalam analisis kinerja karena besaran pajak dan bunga yang dibayarkan berbeda-beda dari tahun ke tahun. Bunga yang dibayarkan akan berdasarkan utang yang masih diemban, tetapi akan berkurang jika utang dibayar sedikit demi sedikit.

Jika Anda penasaran dengan kemampuan emiten menghasilkan laba dalam kegiatan usahanya, maka Anda bisa pertimbangkan untuk memasukkan EBIT ketimbang Laba Bersih. EBIT adalah Earning Before Interest and Tax atau Laba Sebelum Bunga dan Pajak. Singkatnya, inilah wajah asli dari kualitas perusahaan dalam beroperasi. EBIT adalah laba sesungguhnya yang dihasilkan dari kegiatan operasionalnya saja.

Jika ingin mengetahui kemampuan emiten dalam mencetak laba, maka sebaiknya masukkan EBIT/Laba Sebelum Pajak dalam perhitungan ROE. Sebagai investor, Anda dapat mempertimbangkan saham-saham dengan ROE yang mendekati imbal hasil rata-rata jangka panjang IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), yaitu 14% setahun.






KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE