Menu

Contoh Penerapan Support Dan Resistance Dalam Grafik

Sfteam

Banyak trader pemula kesulitan menemukan level support dan resistance pada grafik. Ketiga contoh ini akan membantu Anda untuk memahaminya dengan lebih baik.

Trading dengan memanfaatkan pertemuan antara level support dan resistance merupakan salah satu strategi yang banyak diminati dan digunakan oleh para trader forex. Namun, penentuan level support dan resistance itu sendiri sering menghadirkan dilema bagi trader. Tak semua level itu terjamin 100% akurat dan konsisten melahirkan bounce atau breakout, sehingga trader pemula kesulitan menemukan contoh support dan resistance dalam grafik .

Lihat saja level support dan resistance berdasarkan Pivot Point, yang terkadang memperlihatkan hasil yang tidak sesuai dengan asumsi. Misalnya pada saat harga sudah melewati support ketiga (S3), seharusnya harga berangsur-angsur kembali ke titik semula. Namun, kenyataannya kadang tidaklah seperti itu. Hal yang sama juga bisa terjadi pada level-level resistance bentukan pivot point. Kondisi seperti ini kemudian memancing keraguan, mungkinkah support dan resistance dapat terus diandalkan?

Dalam hal ini, trader perlu memperhatikan: Seluruh cara pandang trader terhadap pasar bergantung pada pemahaman dan uji coba yang dilakukan trader sebelumnya. Apabila masih baru, wajar saja Anda kesulitan menentukan level support dan resistance. Tapi asalkan sering-sering berlatih mencari contoh support dan resistance pada grafik, maka niscaya Anda akan makin mudah memahami level mana saja yang bisa diandalkan dan mana yang tidak valid.

Sebagai bahan belajar awal, mari kita meninjau bersama tiga contoh penerapan support dan resistance dalam grafik berikut ini.

1. Contoh Support dan Resistance Berdasarkan Angka Psikologis

Tahukah Anda, apa itu angka psikologis? Dalam trading forex, angka psikologis merupakan suatu level harga berangka bulat yang mudah diingat. Terlepas apakah angka depannya ganjil atau genap, satu hal yang pasti: angka belakang harus bulat. Hal ini menjadi titik fokus tersendiri, karena angka bulat mampu memengaruhi psikologis trader serta pola berpikirnya. Di sekitar level tersebut, pergerakan harga akan lebih tegas memutuskan apakah akan bounce (berbalik arah) atau break (menembus).

Ambil contoh pergerakan EUR/USD pada grafik di bawah ini. EUR/USD bergerak menuju harga 1.30xx selama tahun 2012. Harga 1.30 merupakan angka psikologis yang dapat dijadikan referensi support atau resistance.

Pada chart di atas, pergerakan harga di atas level 1.30 menandakan tren bullish . Level 1.30 berperan sebagai support. Begitu pergerakan harga terkoreksi dan mendekati support, maka aksi beli ulang terhadap EUR/USD akan segera meningkat hingga harga bergerak naik dengan cepat (bounce).

Pergerakan harga EUR/USD baru akan jatuh hingga menembus ke bawah 1.30 (breakout), apabila terjadi perubahan fundamental atau teknikal yang berdampak besar ( reversal ). Dalam hal ini, tren akan berubah menjadi bearish, sehingga level 1.30 tadi ikut bertransformasi dari support menjadi resistance.

2. Contoh Support dan Resistance Berdasarkan Pantulan Harga

Support dan resistance itu bukan hanya bisa terbentuk pada angka bulat, melainkan juga bisa pada angka berapa saja. Tapi, bagaimana cara mendeteksinya? Untuk itu, perhatikanlah pantulan harga tertinggi dan terendah pada grafik. Adakah titik-titik pantulan tersebut yang dapat ditarik merata dari kiri ke kanan? Sebagai contoh, coba perhatikan gambar berikut ini:

Saat bergerak di dalam area support dan resistance yang kuat, pergerakan harga cenderung mudah diprediksi. Khususnya dengan prinsip seperti ini:

Ini adalah bentuk validasi dari tingkat harga yang menunjukkan trader dapat melakukan transaksi dengan melihat titik support atau resistance sebagai acuannya. Semakin sering pergerakan harga terpantul dari suatu tingkat harga, maka validitasnya makin kuat. Ini pula alasan mengapa support dan resistance sering dipergunakan sebagai acuan untuk menentukan level Stop Loss dan Take Profit.

 

3. Contoh Resistance Berdasarkan Indikator Teknikal

Level support dan resistance juga bisa jadi terbentuk karena pertemuan beberapa indikator teknikal. Contohnya dapat kita lihat pada pasangan mata uang EUR/AUD di bawah ini. Grafik EUR/AUD menunjukkan pergerakan harga sedang mencapai zona resistance. Zona resistance ini menawarkan sebuah peluang untuk melakukan transaksi jangka pendek dengan risiko yang lebih kecil. Mengapa dikatakan demikian?

Meskipun pergerakan harga belum terpantul berulang kali dari level tersebut, tetapi ada pertemuan tiga faktor di sini. Yaitu Simple Moving Average (SMA), angka psikologis, dan garis tren sebagai penanda resistance.

Pertemuan ketiga faktor itu membentuk zona resistance yang ketat pada kisaran antara 1.2389-1.2412. Kita dapat menggunakan zona ini untuk menentukan posisi sell atau jual.

Jika Anda termasuk trader yang berani ambil risiko, Anda dapat langsung open posisi segera setelah pergerakan harga memasuki zona resistance tersebut. Sedangkan jika Anda termasuk trader yang konservatif, maka dapat menunggu sampai indikator slow stochastic bergerak melewati level overbought, sehingga tercipta peluang posisi sell yang lebih akurat.

Kemudian, untuk mengelola risiko trading, tempatkanlah Stop Loss tepat di atas titik tertinggi dekat kisaran 1.2470. Disarankan untuk mempertahankan rasio risk/reward sebesar 1:2, yang artinya jarak target keuntungan setidaknya dua kali jarak batas kerugian yang telah ditentukan. Dalam kasus ini, Stop Loss adalah sekitar 75 pip, sehingga potensi keuntungan yang dapat kita cari adalah dua kali lipatnya, yaitu sebesar 150 pip. Dengan demikian, seandainya terjadi kerugian, maka kerugian tersebut tidak akan sampai menghabiskan dana Anda.



Klik di sini untuk tahu cara belajar dan menguasai trading dengan mudah.
Andika

Stochastic juga diperlukan supaya bisa menentukan level jenuh beli dan jenuh jual ya guys.





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE