Menu

Rasio 1:2 Tidak Selalu Bermanfaat

Sfteam

Dalam teori tradisional, resiko dan profit biasanya diukur dengan rasio 1:2. Kenyataannya, belum banyak trader yang benar-benar menerapkan teori ini.

Bagaimana Anda menentukan rasio risk dan reward dalam trading? Kami yakin tidak ada trader yang bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan pasti dan jawaban yang sama. Pertanyaan itu mirip dengan menanyakan berapa banyak langkah yang Anda butuhkan untuk berjalan ke luar dari apartemen Anda di kota New York saat musim dingin.


Trading itu ibaratnya cuaca, kadang panas tapi juga terkadang dingin. Demikian juga halnya dengan pasar, terkadang bergerak cepat, terkadang bergerak lambat. Oleh karena itu pertanyaan tentang resiko dan imbalan selalu disesuaikan dengan keadaan terkini.

Dalam teori tradisional, resiko dan profit biasanya diukur dengan rasio 1:2. Dengan rasio ini, Anda dapat mempertaruhkan setengah dari jumlah keuntungan sehingga jika target profit 100 point maka stop lossnya adalah 50 pips. Teori ini terdengar hebat. Anda hanya perlu menang 4 kali dari 10 kali trading yang kalah. Namun, pada kenyataannya, belum banyak trader yang benar-benar menerapkan dan setia dengan penggunaan teori ini.

Pasar, dalam kenyataanya, tidak sama seperti sebuah pabrik yang memberikan keuntungan dengan mudah kepada Anda. Yang terjadi sebenarnya adalah, pada awalnya trading berjalan secara normal namun tanpa diduga pasar bergerak melawan posisi Anda. Ibaratkan seperti ini: Anda menargetkan kerugian sebanyak 100 pips dan berencana untuk mengunci profit ketika sudah mencapai 200 pips. Setelah entry, harga terus naik dan ketika profit sudah terkumpul sebanyak 199 pips, harga malah berbalik turun hingga 100 poin. Apa yang terjadi? Jelas stop loss Anda akan tersentuh, dan posisi buy yang tadinya berjalan sesuai harapan malah ditutup dengan kerugian.

Di atas kertas, Anda memang kehilangan 100 poin, tetapi dalam kenyataannya Anda kehilangan -299 poin (Stop loss 100 poin dan -199 hasil pembalikan pasar). Dengan demikian, teori rasio 1(risk) : 2(reward) sebenarnya malah melipatkan kerugian Anda.


Gunakan Trailing Stop

Inti dari permasalahan ini adalah bahwa keuntungan Anda tidak dapat diperkirakan dengan benar-benar pasti di pasar forex. Satu-satunya hal yang dapat Anda kendalikan adalah resiko. Itulah sebabnya kami selalu lebih dahulu menentukan target dan dengan tekun mengendalikan risiko menggunakan trailing stop. Mungkin hal ini tidak terlihat sangat memukau, namun percayalah penggunaan trailing stop jauh lebih mudah daripada memakai rasio 1:2.

Dengan pemakaian trailing stop, Anda akan lebih mudah mengantisipasi pergerakan harga yang tiba-tiba berubah arah secara tajam. Katakanlah Anda open buy pada pasar yang sedang uptrend, Anda bisa memposisikan trailing stop untuk bergeser naik setiap ada peningkatan harga sebanyak 10 pips. Dengan demikian, ketika harga berbalik turun secara tajam, posisi tersebut tidak akan terclose dengan kerugian total. Metode ini sangat kompatibel dengan prinsip "cut losses and let your profits run".



Klik di sini untuk tahu cara belajar dan menguasai trading dengan mudah.
Sepaja

kalo tujuannya akurasi ya sah-sah saja. Tapi kalo tujuannya dapat uang ya pakai RR yang baik. Kalo pakai RR yg baik, misal 1:2 kita hanya butuh tingkat akurasi 34% untuk balik modal, lebih dari itu kita udh profit. Persoalannya sistem se ancur apa kita op dalam 100 kali op dengan RR 1:2 kena sl semua? Dalam trading bukan profi dan loss saat op. Tapi kesimpulan keseluruhan transaksi misal salama 1 bulan apakah masih profit atau tidak? Selagi memakai RR yg baik, saya rasa kena sl berulang2 tidak akan bermasalah berapa pun banyaknya. Toh kita gak di tuntut pnya akurasi yg tinggi kalo RR nya bagus. Dalam trading yg penting keamanan modal dulu baru profit. Sya pakai RR 1:3 winrate sya 40% tapi masih making money tiap bulan, dngan jaminan hampir mustahil mc.





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE