Menu

Dampak Default AS Bagi Asia Dan Indonesia

Sfteam

Ketangguhan Amerika Serikat sebagai Negara Adidaya tengah dipertaruhkan. Setelah shutdown Pemerintah AS, kini ancaman gagal bayar. Terhitung mulai hari ini (16/10), Amerika Serikat hanya punya waktu hingga besok untuk menyelesaikan kemelut keuangan yang melanda pemerintahannya, jika tidak, gagal bayar utang atau default akan terjadi. Tak pelak negara-negara Asia pun akan terkena imbasnya.

Terhitung mulai hari ini (16/10), Amerika Serikat hanya punya waktu hingga besok untuk menyelesaikan kemelut keuangan yang melanda pemerintahannya, jika tidak, negara adikuasa ini harus siap menghadapi mimpi buruk gagal bayar utang atau default yang akan terjadi untuk pertama kalinya sejak negara ini berdiri. Selain itu, konsekuensi gagal bayar alias default AS adalah bencana katastropik di pasar keuangan dunia dan terjengkangnya stabilitas global dan krisis politik antar negara akibat runtuhnya kepercayaan dunia terhadap ketangguhan AS.



Sebelum masalah gagal bayar ini, per 1 Oktober lalu, AS juga sudah dipusingkan oleh masalah anggaran dana yang menghadapi kebuntuan sehingga pemerintah AS harus shutdown dan menyebabkan para pegawai negerinya harus "berlibur" tanpa bayaran. Dua kubu yang berseberangan, Republik dan Demokrat, sebenarnya adalah sumber dari carut marut perekonomian Negeri Paman Sam. Mereka yang memulai masalah, dan mereka sendirilah yang seharusnya dapat mengakhirinya.

Berbagai perundingan yang telah diadakan oleh Kongres tak kunjung membuahkan kesepakatan. Keputusan untuk menaikkan pagu utang digadang-gadang akan optimis menyelamatkan AS dari risiko gagal bayar, namun para pembuat keputusan belum bisa mengetuk palu mufakat karena masih saja ada pihak-pihak yang melakukan penolakan. Plafon utang pemerintah AS adalah 16,7 triliun dollar AS, dan pagu tersebut direncanakan akan naik sekitar 1 triliun dollar AS.

Runyamnya masalah di AS tak pelak akan berdampak pada perekonomian global termasuk negara-negara kawasan Asia. Negara-negara Asia yang selama ini memegang obligasi pemerintah AS terancam akan merugi. Pasalnya, pemerintah AS tidak akan sanggup untuk membayar surat-surat utang tersebut. Dari situ, tak heran jika Sang Macan Asia, Jepang, terus mendesak dan mendukung Pemerintah AS untuk segera menyelesaikan masalah ini mengingat Jepang adalah negara Asia kedua yang paling banyak memegang obligasi AS.

Negara-negara Asia pemegang obligasi Pemerintah AS per Juli 2013 diurutkan dari pemegang terbanyak adalah sebagai berikut:
1) China : USD 1,27 triliun
2) Jepang : USD 135 triliun
3) Taiwan : USD 185,8 miliar
4) Singapura : USD 81,5 miliar
5) India : USD 59,1 miliar
6) Korea Selatan : USD 51,4 miliar
7) Thailand : USD 43,7 miliar
8) Malaysia : USD 15,9 miliar


Dampak Default AS Bagi Indonesia

Nama Indonesia memang tidak tercantum dalam daftar delapan teratas pegang obligasi pemerintah AS terbanyak. Namun demikian, hal ini tidak dapat dikatakan sebagai indikasi yang baik. Indonesia, secara langsung maupun tidak langsung, tetap akan terciprat dampak default AS. Dampak langsungnya, adalah tekanan pada nilai tukar rupiah.

Menurut Kepala Riset Ekonomi Dan Bisnis Bank CIMB Niaga, Winang Budoyo, jika AS benar-benar default maka investor akan memilih dolar sebagai aset yang likuid sehingga nilai tukar rupiah pun akan tertekan. Selain itu, jika peringkat S&P Amerika anjlok, yield saham global akan naik, dan investor asing akan keluar dari Indonesia, buntutnya nilai tukar Rupiah akan terpuruk. Solusinya, BI terpaksa harus menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga kestabilan ekonomi Indonesia.


Dampak tidak langsungnya adalah melambatnya perekonomian global yang berpotensi melemahkan harga komoditas karena menurunnya permintaan global. Jika demikian, penerimaan pajak secara tak langsung juga akan menurun.

Menurut Anggota Komisi XI DPR RI Arif Budimanta, pemerintah harus memnyiapkan skenario yang mewasapadai kemungkinan terburuk default AS nanti. Caranya, dengan merancang kebijakan fiskal melalui APBN yang fokus kepada belanja yang sifatanya meningkatkan produktivitas dan daya saing ekonomi tanah air.


Editorial Forex Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE