EUR/USD 1.064   |   USD/JPY 154.630   |   GBP/USD 1.243   |   AUD/USD 0.641   |   Gold 2,376.39/oz   |   Silver 28.63/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,063.10   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 2 jam lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 2 jam lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 2 jam lalu, #Saham AS

11-12 Desember 2019: FOMC Meeting Dan Inflasi AS

Penulis

Data berdampak hari ini adalah CPI dan persediaan minyak AS, serta indeks kepercayaan konsumen Australia. Besok ada Statement FOMC dan konferensi pers ketua The Fed Jerome Powell.

Rabu, 11 Desember 2019:

Data yang dirilis oleh Westpac Banking Corporation ini sering disebut juga dengan Westpac-Melbourne Institute Consumer Confidence. Indeks dibuat berdasarkan survei terhadap 1200 konsumen mengenai kondisi perekonomian, kondisi tenaga kerja, dan iklim bisnis Australia di waktu yang akan datang. Indeks ini adalah indikator awal untuk pengeluaran konsumen.

11-12 Desember 2019: FOMC Meeting Dan

Bulan November lalu, indeks kepercayaan konsumen berada pada angka 97.0, naik 4.5% dibandingkan bulan sebelumnya, dan lebih tinggi dari perkiraan 93.5. Kenaikan tersebut disebabkan oleh sentimen konsumen terhadap suku bunga RBA yang dipertahankan tetap pada level +0.75%.

Untuk bulan Desember 2019, diperkirakan indeks akan turun ke 95.8. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung mendukung penguatan AUD.

 

Data inflasi ini dirilis oleh biro statistik tenaga kerja AS, mengukur persentase perubahan data CPI dibandingkan periode sebelumnya. CPI total dan CPI inti (Core CPI) yang tidak termasuk harga makanan dan energi dirilis secara bersamaan. Masing-masing data berwujud rilisan untuk month over month (m/m) dan year over year (y/y). Data m/m adalah yang dibandingkan dengan data bulan sebelumnya, sedangkan y/y adalah perbandingan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Keduanya sama-sama berdampak tinggi, terutama data y/y. The Fed memperhatikan data CPI total y/y dan CPI inti y/y sebagai acuan inflasi tahunan AS.

Laju inflasi baik yang tahunan (y/y) maupun bulanan (m/m) selalu menjadi fokus pada setiap FOMC meeting, sehingga data inflasi setiap bulan akan menjadi salah satu pertimbangan penting bagi The Fed untuk memutuskan kenaikan suku bunga.

11-12 Desember 2019: FOMC Meeting Dan

Bulan Oktober lalu, CPI total y/y naik ke +1.8%, lebih tinggi dari perkiraan +1.7%, dan merupakan yang tertinggi dalam 3 bulan terakhir. Sementara untuk basis bulanan (m/m), CPI total naik 0.4%, lebih tinggi dari perkiraan naik 0.3%, dan menjadi yang tertinggi sejak bulan Maret lalu.

Naiknya inflasi tahunan bulan Oktober 2019 terutama disebabkan oleh meningkatnya harga makanan (+2.1%), jasa transportasi (+0.8%), biaya perawatan kesehatan (+5.1%), harga sewa apartemen (+3.3%), dan listrik ( +0.4%). Sementara itu, harga energi mengalami kontraksi.

CPI inti y/y bulan Oktober 2019 naik 2.3%, lebih rendah dari perkiraan naik 2.4%, dan merupakan yang terendah dalam 3 bulan. Seementara itu, CPI inti m/m naik 0.2%, sesuai dengan perkiraan dan menjadi yang terendah dalam 3 bulan.

Untuk bulan November 2019, diperkirakan inflasi tahunan (CPI total y/y) akan naik 2.0%, CPI inti y/y akan kembali naik 2.3%, begitu pula dengan CPI total m/m dan CPI inti m/m yang diperkirakan tumbuh 0.2%. Hasil rilis yang lebih tinggi dari perkiraan akan cenderung menyebabkan USD menguat.

 

  • Jam 22:30 WIB: data persediaan minyak untuk industri di AS per 6 Desember 2019 (Berdampak medium-tinggi pada WTI/USD dan CAD).

Data yang disebut juga dengan Crude Stocks atau Crude Levels ini dirilis tiap minggu oleh Energy Information Administration (EIA) AS, dan mengukur perubahan jumlah persediaan minyak mentah (dalam satuan barel) untuk industri di AS.

Meski indikator ini dirilis oleh AS, tapi bisa berdampak juga pada CAD, mengingat impor sebagian minyak mentah AS berasal dari Kanada. Indikator ini juga akan mempengaruhi harga minyak di AS dan berdampak pada tingkat inflasi.

11-12 Desember 2019: FOMC Meeting Dan

Minggu lalu, persediaan minyak untuk industri berkurang 4.86 juta barel, lebih rendah dari perkiraan bertambah 1.60 juta barel, dan menjadi yang terendah sejak bulan September lalu. Untuk minggu ini, persediaan minyak diperkirakan berkurang 2.60 juta barel.

Jika hasil rilis lebih tinggi dari perkiraan, maka harga WTI/USD akan cenderung melemah karena diasumsikan permintaan akan berkurang. Sebaliknya jika lebih rendah dari perkiraan, maka harga WTI/USD akan cenderung menguat karena diasumsikan permintaan akan meningkat.

Namun demikian, persediaan minyak di AS hanya salah satu faktor yang menggerakkan harga minyak dunia. Yang paling berdampak adalah kebijakan negara-negara penghasil minyak mengenai kuota produksi, pernyataan pejabat negara penghasil minyak, dan situasi politik di Timur Tengah. Rilis data persediaan minyak di AS tidak bisa dipastikan akan selalu mempengaruhi harga minyak dunia.

 

Kamis, 12 Desember 2019:

  • Jam 02:00 WIB: hasil meeting FOMC:

1. Statement FOMC dan pengumuman suku bunga The Fed bulan Desember 2019 (Berdampak tinggi pada USD).

FOMC memberikan Statement mengenai kebijakan moneter rata-rata 8 kali dalam setahun, bersamaan dengan pengumuman suku bunga. Penentuan suku bunga dilakukan dengan cara voting, dan hasil voting secara individu serta komentar-komentarnya dimuat dalam Statement FOMC yang dirilis seusai meeting. Selain suku bunga, Statement juga berisi mengenai kebijakan lainnya dan perkiraan kondisi ekonomi di waktu mendatang yang bisa mempengaruhi kebijakan bank sentral.

11-12 Desember 2019: FOMC Meeting Dan

Pada meeting terakhir 30-31 Oktober lalu, The Fed memutuskan untuk kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 0.25% ke level +1.50% hingga +1.75%, sesuai dengan perkiraan pasar. Pemotongan suku bunga ini adalah yang ketiga kalinya sepanjang tahun 2019. Pengambilan keputusan tidak dilakukan dengan suara bulat, karena ada 2 anggota FOMC yang menginginkan suku bunga dipertahankan pada level +1.75% hingga +2.00%.

Statement menyebutkan bahwa langkah pemotongan suku bunga sebesar 0.25% dilakukan guna mencegah dampak perang dagang AS-China dan perlambatan ekonomi global yang bisa menekan pertumbuhan ekonomi AS. Pada konferensi pers, ketua The Fed Jerome Powell mengisyaratkan tidak akan ada perubahan suku bunga lagi kecuali kondisi ekonomi AS memburuk.

Notulen meeting menyebutkan tingkat suku bunga saat ini sudah cukup kuat mendukung pertumbuhan, meskipun ada penurunan investasi dan ekspor akibat perlambatan ekonomi global sebagai dampak dari perang dagang.

Data ekonomi terakhir menunjukkan, inflasi bulan Oktober y/y naik ke +1.7%, tertinggi dalam 3 bulan. Sementara itu, GDP kuartal ketiga tahun ini (Preliminary) naik ke +2.1% dibandingkan kuartal kedua yang +2.0%. Lapangan pekerjaan (NFP) bulan November bertambah 266,000 jobs, tertinggi dalam 10 bulan, sementara tingkat pengangguran turun ke +3.5%, terendah dalam 50 tahun terakhir.

Dari data-data penting tersebut, maka The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga pada level +1.50% hingga +1.75% untuk bulan Desember ini. Fokus perhatian akan tertuju pada isi Statement yang dirilis seusai meeting, dan isi konferensi pers Jerome Powell, terutama terkait dengan perundingan dagang AS-China dan prospek suku bunga tahun depan.

Jika Statement dianggap hawkish, maka USD akan menguat. Namun jika dianggap dovish, USD akan melemah. Statement meeting hari ini bisa dibaca di sini.

 

2. Proyeksi ekonomi AS (Berdampak tinggi pada USD).

Laporan yang dirilis empat kali dalam setahun ini meliputi proyeksi FOMC untuk inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat pengangguran untuk dua tahun mendatang. Pada proyeksi terakhir rilisan 19 September lalu, The Fed merevisi naik estimasi GDP tahun ini dari +2.1% ke +2.2%, dan tidak mengubah proyeksi GDP tahun depan di angka +2.0%. Estimasi untuk PCE inflation tahun ini tetap +1.5%, begitu pulan dengan tahun depan yang diperkirakan masih di +1.9%.

Sementara itu, tingkat pengangguran tahun ini diproyeksikan 3.7%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yang 3.6%. Namun untuk tahun depan, estimasi tingkat pengangguran tetap 3.7%. Proyeksi suku bunga (dot plot) median target untuk tahun ini turun dari 2.4% ke 1.9%, diiringi dengan penurunan predikis untuk tahun depan dari 2.1% menjadi 1.9%.

Perubahan proyeksi suku bunga untuk tahun depan akan menjadi perhatian pelaku pasar. Proyeksi ekonomi pada meeting terakhir bisa dibaca di sini, dan untuk meeting hari ini bisa diunduh di sini.

 

  • Jam 02:30 WIB: konferensi pers FOMC yang dihadiri ketua The Fed Jerome Powell (Berdampak tinggi pada USD).

11-12 Desember 2019: FOMC Meeting Dan

Perhatian pelaku pasar akan tertuju pada keterangan Powell mengenai prospek suku bunga tahun depan. Jika pernyataan dan komentar Powell dianggap hawkish, maka USD akan menguat. Namun bila dianggap dovish, USD akan cenderung melemah. Konferensi pers Jerome Powell bisa dipantau di sini.

 

Keterangan: Update kabar terakhir terkait indikator fundamental bisa diperoleh di Berita Forex Seputarforex.

Arsip Analisa By : Martin
291256
Penulis

Martin Singgih memulai trading sejak 2006. Pernah menjadi scalper dan trader harian, tetapi sekarang cenderung beraktivitas sebagai trader jangka menengah-panjang dengan fokus pada faktor fundamental dan Money Management. Strategi trading yang digunakan berdasarkan sinyal dari Price Action dengan konfirmasi indikator teknikal.