EUR/USD 1.078   |   USD/JPY 151.320   |   GBP/USD 1.263   |   AUD/USD 0.652   |   Gold 2,233.48/oz   |   Silver 25.10/oz   |   Wall Street 39,807.37   |   Nasdaq 16,379.46   |   IDX 7,288.81   |   Bitcoin 70,744.95   |   Ethereum 3,561.29   |   Litecoin 94.22   |   Pound Sterling menghadapi tekanan di tengah kuatnya penurunan suku bunga BoE, 20 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Menurut analis ING, EUR/USD berpotensi menuju 1.0780 atau mungkin 1.0750 di bawah Support 1.0800. , 20 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CHF naik ke dekat level 0.9060 karena penghindaran risiko, amati indikator utama Swiss, 20 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD menarget sisi bawah selanjutnya terletak di area 1.2600-1.2605, 20 jam lalu, #Forex Teknikal   |   BEI tengah merancang aturan tentang Liquidity Provider atau penyedia likuiditas untuk meningkatkan transaksi pada saham-saham di papan pemantauan khusus, 1 hari, #Saham Indonesia   |   PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) meraup pendapatan usaha sebesar $1.70 miliar pada tahun 2023, 1 hari, #Saham Indonesia   |   PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) siap memasok 120,000 ton semen curah dalam satu tahun untuk memenuhi kebutuhan semen di proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, 1 hari, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.1% menjadi 5,304, sementara Nasdaq 100 turun 0.1% menjadi 18,485 pada pukul 19:16 ET (23:16 GMT). Dow Jones turun 0.1% menjadi 40,119, 1 hari, #Saham Indonesia

5 Isu Utama Ekonomi Indonesia Di Tahun 2019

Penulis

Kondisi ekonomi di tahun 2019 relatif tidak banyak berbeda dengan 2018; peluang membaik akan terlihat ketika memasuki kuartal II. Lalu, sejauh mana harapan di 2019 nanti?

Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih banyak bertumpu pada konsumsi masyarakat yang berkontribusi 54% terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia. Selain itu, prospek investasi masih akan tetap ada; perusahaan-perusahaan asing berpeluang memindahkan R&D (Research and Development) ke Indonesia, dikarenakan tensi perang dagang yang sangat terekspos di 2018 lalu.

Sementara itu, pengeluaran pemerintah masih akan cukup berperan dengan kenaikan 2-5% terhadap tahun lalu. Konsumsi, investasi dan pengeluaran pemerintah tetap sebagai pendorong utama ekonomi Indonesia.

Sinyal perlambatan indikator konsumsi telah terlihat sejak lima tahun yang lalu dan semakin memburuk di 2018. Untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir, sektor barang konsumsi gagal mencetak return positif di IHSG. Margin di sektor konsumsi barang kebutuhan pokok menjadi semakin tipis, karena biaya operasional yang naik dan terperangkap oleh pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap USD.

Kemudian, pendapatan sektor barang konsumsi juga tidak dapat dibilang cemerlang, karena kenaikan pendapatan dari saham-saham big caps sektor konsumsi rata-rata hanya naik sekitar +2%. Pada kuartal II dan III, laju pertumbuhan malah minus.

Underperform-nya sektor konsumsi menjadi alarm bagi pemerintah, karena jika hal ini tidak diperbaiki. maka kinerjanya akan semakin melorot di 2019, dan pertumbuhan ekonomi akan gagal mencapai target 5.2%-5.4% di 2019. Di sisi lain, IHSG di 2018 juga mengalami hasil yang kurang baik karena kinerja sektor konsumsi yang turun cukup banyak.

5 Isu Utama Ekonomi

Grafik Profitability HMSP

 

1. Daya Beli Masyarakat Sebagai Kunci

Sangat wajar jika kebijakan pemerintah di tahun depan diarahkan pada stimulus dan perlindungan ekonomi masyarakat. Segala macam kenaikan harga barang dan kenaikan pajak, serta harga yang sensitif terhadap pengeluaran masyarakat akan sangat mempengaruhi ekonomi secara langsung. Jika hal ini dilakukan, maka niscaya ekonomi akan melambat dan kinerja saham-saham sektor konsumsi kembali tertekan.

 

2. Fluktuasi Harga komoditas Dan Pengaruhnya Terhadap Neraca Transaksi Berjalan

Indonesia masih akan terbelenggu oleh kinerja neraca transaksi berjalan yang buruk. Kinerja transaksi berjalan tidak akan seburuk di 2018, karena implementasi kebijakan yang mulai berjalan di 2019. Namun, kontribusi ekspor masih akan minim terhadap ekonomi.

 

3. (Masih) Perang Dagang

Tak dapat dipungkiri, keinginan AS untuk dapat menguasai ekonomi dunia tetap besar, dan tarik ulur negosiasi dengan China (masih sangat mungkin) terjadi di 2019. Untuk menghadapi ketidakpastian tersebut, beberapa perusahaan sudah berencana memindahkan R&D dari kedua negara tersebut dan mencari tempat yang lebih kondusif. Indonesia menjadi tempat tujuan yang cukup potensial, dan hal ini akan berdampak positif baik dari sisi investasi maupun Supply Chain untuk industri domestik.

 

4. Suku Bunga The Fed

Tahun 2018, The Fed benar-benar menepati janjinya dalam menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali. Di tahun 2019, Powell menyatakan akan kembali menaikkan suku bunga sebanyak dua kali. Rencana yang lebih dovish itu diumumkan di tengah kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global yang semakin membesar.

 

5. Perlambatan Ekonomi Global

International Monetary Fund (IMF) merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3.7%, melemah 0.2% dari proyeksi sebelumnya. Sementara untuk perekonomian emerging market akan tumbuh 4.7% di 2019. Proyeksi tersebut turun 0.4% dari estimasi sebelumnya di level 5.1%.

5 Isu Utama Ekonomi

Grafik Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Kesimpulan

Kita sekarang memasuki mature cycle. Sejarah menunjukkan bahwa penyerahan rumit dari akomodasi moneter ke normalisasi sering disertai dengan overshooting kebijakan. Dengan kurangnya rasionalitas, kemungkinan besar kita akan melihat pasar yang ditandai dengan volatilitas tinggi. Beberapa hal dikhawatirkan akan mengarah pada kontraksi margin laba perusahaan, terutama dengan kenaikan upah, tarif perdagangan, dan biaya pinjaman yang akan lebih tinggi di 2019.

Harapan tetap ada, tapi sekali lagi, jika pemerintah gagal untuk memperbaiki konsumsi masyarakat sebagaimana kunci utama tema 2019, maka semakin sulit bagi ekonomi Indonesia untuk bergerak ke arah yang lebih positif.

Semoga kita bisa!

Happy New Year 2019.

Arsip Analisa By : Aditya Putra
286830
Penulis

Aditya Putra telah aktif di dunia saham selama lebih dari 6 tahun dan hingga saat ini masih menjadi seorang Equity Analyst di perusahaan sekuritas. Aditya menyukai Value Investing, selalu berhasrat menemukan Hidden Gems di saham-saham Small Caps Indonesia, dan terus mengamati saham-saham yang salah harga.