EUR/USD 1.062   |   USD/JPY 154.290   |   GBP/USD 1.244   |   AUD/USD 0.642   |   Gold 2,385.61/oz   |   Silver 28.52/oz   |   Wall Street 37,735.11   |   Nasdaq 15,885.02   |   IDX 7,172.12   |   Bitcoin 70,060.61   |   Ethereum 3,505.25   |   Litecoin 98.69   |   EUR/USD tidak menunjukkan tanda-tanda pergerkan meski dalam kondisi Oversold, 20 menit lalu, #Forex Teknikal   |   EUR/USD bertahan di atas level psikologis 1.0600 di tengah sentimen bearish, 2 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT Multi Hanna Kreasindo Tbk (MHKI) resmi melantai di BEI hari ini. Saham MHKI turun 10% ke posisi Rp144 per saham, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Emiten gas industri PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. (SBMA) mencetak peningkatan laba bersih sebesar 5.53% menjadi Rp4.73 miliar, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) mencatat pendapatan sebesar Rp439.3 miliar dengan laba bersih sebesar Rp58.25 miliar, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 kehilangan 1.21% berakhir pada 5,061, sedangkan Nasdaq kehilangan 1.79% menjadi 15,885. Dow Jones Industrial Average turun 0.66% menjadi 37,735, 5 jam lalu, #Saham AS

Analisa Rupiah 15 - 19 Juni 2015

Penulis

Setelah dibuka pada 13,491 per Dolar AS, kurs Rupiah sempat melemah di awal pekan hingga tembus 13,500, tetapi kemudian perlahan menguat kembali hingga ditutup pada 13,426 di hari Jumat. Kuatnya keyakinan pasar akan kenaikan suku bunga the Fed AS dalam tahun ini, lemahnya fundamental ekonomi Indonesia, serta makin berkurangnya kepercayaan pada pemerintah, membuat kurs Rupiah bertahan dalam posisi lemah.

Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu

Setelah dibuka pada 13,491 per Dolar AS, kurs Rupiah sempat melemah di awal pekan hingga tembus 13,500, tetapi kemudian perlahan menguat kembali hingga ditutup pada 13,426 di penutupan hari Jumat. Meski demikian, kuatnya keyakinan pasar akan kenaikan suku bunga the Fed AS dalam tahun ini, lemahnya fundamental ekonomi Indonesia, serta makin berkurangnya kepercayaan pada pemerintah Indonesia, membuat kurs Rupiah bertahan dalam posisi lemah.


Bank Indonesia telah ramai mengkampanyekan larangan transaksi domestik dengan valas baik secara tunai maupun non-tunai. Dengan efektifnya peraturan tersebut mulai tanggal 1 Juni 2015, maka semua transaksi di dalam negeri harus menggunakan Rupiah, baik itu dalam transaksi antar perusahaan, pembayaran gaji karyawan, tagihan hotel dan restoran, dan lain-lain. Kebijakan yang disambut oleh kontroversi di wilayah pariwisata dan kalangan korporat ini merupakan salah satu langkah yang diambil oleh Bank Indonesia dan pemerintah untuk mengurangi penggunaan Dolar AS di dalam negeri.


Bersama dengan depresiasi Rupiah, bursa saham Indonesia juga terpuruk setelah investor asing ramai-ramai melakukan aksi jual hingga banyak saham blue chip anjlok. Performa IHSG pun disebut-sebut menjadi yang terburuk tahun ini dibandingkan dengan performa indeks saham lain di Asia Tenggara, diantaranya Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.


Sejumlah lembaga keuangan dunia dilaporkan telah merevisi ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Goldman Sachs memangkas ekspektasi dari 5.3% (yoy) ke 4.9% (yoy), sedangkan Credit Suisse memotong lebih jauh dari 5.1% (yoy) ke 4.8% (yoy), dan Nomura juga menurunkan ekspektasi dari 5.2% (yoy) menjadi 4.8% (yoy). Perlambatan ekonomi yang diderita Indonesia kali ini diklaim erat kaitannya dengan perlambatan ekonomi dunia serta prospek kenaikan suku bunga the Fed AS. Isu-isu ini berpengaruh besar akibat fundamental ekonomi yang rapuh disertai dengan masih rendahnya reformasi struktural dibawah pemerintah saat ini.


Sementara itu, dari Amerika Serikat dilaporkan data penjualan ritel bulan Mei di negara tersebut berhasil melampaui ekspektasi sekaligus mencatat rekor pertumbuhan bulanan tertinggi dalam waktu lebih dari setahun. Setelah lesu selama tiga bulan sebelumnya, pencapaian tersebut merubah sentimen pasar secara substansial karena penjualan ritel merupakan salah satu indikator awal dalam mengukur inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Dengan ini, keyakinan bahwa perekonomian di negeri Paman Sam telah kembali bergairah kian

 

Fundamental Minggu Ini

Pagi ini, kurs Rupiah dibuka melemah pada 13,444 per Dolar AS. Rilis data Neraca Perdagangan Indonesia pagi ini mencatatkan surplus dagang yang meningkat melebihi ekspektasi, namun kurs Rupiah tetap bergeming; ini kemungkinan karena pasar tengah mengantisipasi sederetan jadwal penting dalam beberapa hari kedepan.


Badan Pusat Statistik pagi ini melaporkan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei 2015 mencapai 955 juta Dolar AS, naik dari 477.4 juta Dolar AS di bulan sebelumnya. Namun demikian, ekspor dan impor tercatat jauh lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun lalu. Ekspor merosot 15.24% (yoy) menjadi hanya 12.56 milyar Dolar AS, sedangkan impor anjlok 21.40% (yoy) menjadi hanya 11.60 milyar Dolar AS.

 

Neraca Perdagangan Indonesia

Data Neraca Perdagangan Indonesia Juni 2014-Mei 2015

Ini merupakan kesekian kalinya aktivitas ekspor dan impor Indonesia menurun. Di satu sisi, penurunan ekspor menunjukkan kelemahan sisi produksi domestik, apalagi mengingat indeks PMI Manufaktur telah mengalami kontraksi delapan bulan berturut-turut. Sedangkan di sisi lain, penurunan impor mengindikasikan permintaan domestik yang terus melemah.


Selepas rilis neraca perdagangan Indonesia tersebut, kalender ekonomi pekan masih ini cukup padat dengan berbagai agenda lain dari dalam maupun luar negeri.


Bank Indonesia dijadwalkan melaporkan Statistik Utang Luar Negeri untuk bulan April pada hari Rabu. Sementara Dewan Gubernurnya akan melaksanakan rapat terkait suku bunga acuan pada keesokan harinya. Otoritas moneter Amerika Serikat, Federal Reserve, juga dijadwalkan untuk menyelenggarakan sidang kebijakan rutin yang dikenal sebagai Federal Open Meeting Committee (FOMC) dan akan ditutup dengan pengumuman terkait suku bunga pada Kamis dini hari. Selain itu, rilis data terkait pasar properti dan inflasi AS akan turut mewarnai dengan proyeksi pengaruh lebih rendah. Risiko yang meningkat akibat masalah gagal utang Yunani juga bisa berpengaruh pada sentimen di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

 

Prediksi Kurs Rupiah Minggu Ini

Dengan susah payah, kurs Rupiah berhasil menepi ke kisaran batas garis Fibonacci 38.2% dari chart prediksi pekan lalu atau ke sekitar level 13,427. Melanjutkan prediksi tersebut, Rupiah saat ini berada dalam kondisi 'wait and see' di kisaran 13,400an per Dolar AS menanti pemicu berikutnya.

 

USDIDR

Chart USD/IDR dengan indikator EMA-20, EMA-60, EMA-100, Fibonacci Retracement, dan MACD

Apabila pemicu berikutnya mendorong pelemahan, maka dalam beberapa hari kedepan, kurs Rupiah kemungkinan akan diperdagangkan di kisaran 13,357-13,558. Tetapi apabila berhasil menguat, maka ada peluang bagi Rupiah untuk bergerak ke kisaran 13,234-13,357 per Dolar AS. Pemicu ini kemungkinan besar akan berhubungan dengan pengumuman BI dan the Fed, apalagi bila keduanya ternyata meluncurkan pernyataan yang diluar estimasi, misalnya dengan memberikan indikasi akan menaikkan suku bunga.

Arsip Analisa By : A Muttaqiena
236466
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.

Perlu tukar mata uang ?

Konversi valas ke rupiah atau sebaliknya ?
bisa lebih mudah dengan kalkulator kurs. Temukan disini.