Rekap Kurs Rupiah Pekan Lalu
Volatilitas kurs Rupiah dalam pekan lalu menyusut, dan nampak terkonsolidasi dalam kisaran yang telah diprediksikan. Setelah dibuka pada 13,410 per Dolar AS di awal pekan, kurs Rupiah bergerak sideways hingga kemudian ditutup pada 13,520 di penutupan hari Jumat.
Dari luar negeri, investor masih menimbang berbagai perubahan yang tengah terjadi dalam kondisi ekonomi global. Sementara itu di dalam negeri, sejumlah berita yang keluar pekan lalu seakan memperingatkan pelaku pasar bahwa belum ada perubahan signifikan dalam kondisi fundamental ekonomi Indonesia, selain diluncurkannya berbagai paket stimulus oleh pemerintah. Tercatat pekan lalu Pemerintah kembali mengumumkan kebijakan baru, berupa perubahan formula pengaturan gaji minimum dalam paket stimulus keempat.
Dolar Amerika Serikat mengalami penguatan terhadap Euro dan Dolar Australia, tetapi masih melemah terhadap mata uang mayor lainnya di tengah rilis laporan ekonomi yang beragam. Laporan penjualan ritel dan PPI mengecewakan, sedangkan inflasi inti dan indeks keyakinan konsumen versi UoM naik diatas perkiraan. Ada indikasi kuat bahwa pemulihan ekonomi AS tengah termoderasi, dimana hal ini akan menghambat rencana bank sentralnya untuk menaikkan suku bunga. Namun semua ini masih prediksi, sedangkan dalam kenyataan kondisi ini justru memperpanjang ketidakpastian di pasar.
Sedangkan dari dalam negeri, Bank Indonesia dalam rapat hari Kamis memutuskan untuk membiarkan suku bunga acuan tetap pada 7.50 persen, dengan bunga fasilitas simpanan pada 5.50 persen dan fasilitas pinjaman pada 8.00 persen. Dalam pernyataannya, otoritas moneter Indonesia ini menyatakan masih optimis bahwa dalam sisa tahun ini inflasi akan mengalami penurunan, sedangkan defisit current account dan laju pertumbuhan akan membaik. Namun demikian, ketidakpastian global akan membuat BI tetap siaga dengan menfokuskan kebijakan jangka pendek pada stabilisasi nilai tukar, memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah, serta memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valuta asing.
Di hari yang sama, surplus neraca perdagangan Indonesia bulan September 2015 dilaporkan meningkat, naik dari 330 juta Dolar AS menjadi 1,020 juta Dolar AS. Meski begitu, impor dan ekspor secara year-on-year masih mengalami penurunan drastis, sejalan dengan tren yang telah berlangsung sejak awal tahun ini. Ini merupakan indikais buruk, karena melemahnya impor dan ekspor menandakan perlambatan aktivitas bisnis dan merosotnya konsumsi domestik.
Grafik Neraca Perdagangan Indonesia (atas), Impor (kiri bawah), dan Ekspor (kanan bawah)
Sementara itu, pekan lalu perusahaan ritel ponsel Trikomsel Oke menyatakan akan melakukan restrukturisasi utang. Restrukturisasi tersebut dilansir berhubungan dengan kesulitan untuk melunasi obligasi dan pinjaman lain yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat akibat penurunan pendapatan yang sejalan dengan perlambatan pertumbuhan dan lemahnya Rupiah. Setelah kabar tersebut dirilis, perusahaan pemeringkat kredit Standard & Poor's memperingatkan bahwa ancaman default masih bakal membayangi perusahaan-perusahaan Indonesia hingga 18 bulan ke depan.
Fundamental Minggu Ini
Awal pekan, kurs Rupiah dibuka melemah tipis pada 13,528 per Dolar AS dengan kecenderungan netral. Dalam beberapa hari mendatang, minimnya rilis berita penting tidak memberi alasan bagi Rupiah untuk bergerak jauh dari wilayah pergerakannya saat ini.
Dari Amerika Serikat, telah dijadwalkan rilisan berdampak menengah data perumahan dan klaim pengangguran mingguan, sehingga perhatian pasar mungkin akan lebih terpusat pada pidato ketua bank sentralnya, Janet Yellen, pada hari Selasa malam. Sedangkan dari Indonesia, hanya ada publikasi statistik utang luar negeri dalam kalender kegiatan minggu ini.
Prediksi Rupiah Pekan Ini
Secara teknikal dan fundamental, pair USD/IDR masih bergerak di wilayah oversold, sebagaimana bisa dilihat dari kondisi MACD dan posisi harga dibawah EMA-100. Belum banyak perubahan dari kondisi minggu lalu, terutama karena kisaran 13,270-13,848 yang dicanangkan minggu lalu belum tertembus.
Chart USD/IDR pada timeframe H4 dengan indikator EMA-20 (merah), EMA-60 (tosca), EMA-100 (coklat), fibonacci retracement, dan MACD
Pekan ini, Rupiah masih diprediksi untuk bergerak di kisaran 13,270-13,848 per Dolar AS. Namun bila volatilitas meningkat, maka sulit disebutkan kemana akan bergerak selanjutnya, terutama karena level saat ini secara fundamental terlalu rapuh untuk dipertahankan. Apabila 13,848 ditembus, maka itu akan membuka peluang untuk berkonsolidasi di level yang lebih masuk akal secara fundamental di kisaran 13,848-14,206. Namun jika support pada 13,270 yang ditembus, maka bukan tidak mungkin akan mengarah ke 13,000an.