EUR/USD 1.064   |   USD/JPY 154.630   |   GBP/USD 1.243   |   AUD/USD 0.641   |   Gold 2,386.17/oz   |   Silver 28.63/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,063.10   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 2 jam lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 3 jam lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 3 jam lalu, #Saham AS

Analisa Rupiah 26 - 30 Oktober 2015

Penulis

Saat ini USD/IDR masih diperdagangkan dalam range yang tercipta dua minggu lalu diantara 13,270-13,848. Jika volatilitas masih minim, maka kurs Rupiah akan tetap berada dalam range tersebut. Akan tetapi apabila ada kabar baik bagi Dolar AS, maka ada kemungkinan untuk melemah.

Rekap Kurs Rupiah Pekan Lalu

Kurs Rupiah terhadap Dolar AS pekan lalu diperdagangkan dalam range yang jauh lebih sempit dibanding prediksi analisa sebelumnya. Setelah dibuka pada 13,528 per Dolar AS, kurs Rupiah sempat menguat hingga menyentuh 13,420an, namun kemudian ditutup melemah tipis pada 13,630 di hari Jumat (pemantauan TradingView). Sejumlah berita yang dirilis dari dalam dan luar negeri dari hari Senin hingga Sabtu lalu berpotensi memperpanjang ketidakpastian di pasar.

kurs rupiah - ilustrasi

Pengumuman paket kebijakan ekonomi tahap lima pada hari Kamis disambut baik investor, sebagaimana juga paket keempat sebelumnya. Seiring dengan itu, aliran dana asing dikabarkan perlahan kembali masuk ke saham dan obligasi. Namun demikian, belum ada perubahan signifikan dalam kondisi makro Indonesia. Selain data neraca dagang yang masih mengecewakan sebagaimana diungkap dalam analisa sebelumnya, aliran dana masuk juga belum kokoh. Salah satu indikasinya, meski pasar saham Indonesia mendapatkan arus masuk sekitar 2.7 triliun Rupiah bulan ini, tetapi net outflow tahun ini masih jauh diatas itu, yaitu 10.4 triliun Rupiah.

Sementara itu, sejumlah indikator patut diamati dengan hati-hati. Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, awal pekan lalu mengatakan bahwa saat ini dari 1,600 perusahaan lokal yang memiliki utang luar negeri, ada 320 perusahaan yang belum memenuhi persyaratan hedging yang diberlakukan BI. Di samping itu, kepemilikan obligasi oleh investor asing juga masih cukup tinggi pada 37.8 persen dari total di pasar obligasi. Fakta-fakta tersebut menggarisbawahi utang eksternal sebagai salah satu risiko tertinggi bagi Indonesia saat ini, apalagi bila kurs Rupiah terdepresiasi lagi. Padahal, persediaan devisa telah menipis. Dalam bulan September lalu, cadangan devisa anjlok dari 105.3 milyar Dolar AS menjadi 101.7 milyar, dan ini membatasi kemampuan BI untuk membendung pelemahan Rupiah melalui intervensi di pasar uang.

Untuk mencapai penguatan Rupiah yang stabil terhadap Dolar AS, kondisi makro Indonesia perlu mengalami perubahan substansial ke arah yang lebih baik, tetapi hal itu belum nampak hingga saat ini.

Di sisi lain, sejumlah bank sentral berpengaruh di luar negeri mengumumkan langkah-langkah kebijakan lanjutan mereka yang menandakan perlambatan ekonomi dunia masih berlanjut. Bank sentral Eropa (ECB) mengindikasikan kesiapan mereka untuk memangkas suku bunga atau meningkatkan besaran stimulus dalam tahun ini, sementara bank sentral China (PBoC) malah mendadak melakukan pemotongan suku bunga lagi pada hari Sabtu. Selain kedua bank tersebut, bank sentral Jepang juga disinyalir akan melonggarkan kebijakan moneternya. Hal ini menandakan, meski kenaikan suku bunga AS ditunda, tetapi secara umum Dolar masih akan dalam posisi kuat dibanding mata uang mayor lainnya, sementara perlambatan ekonomi masih melanda wilayah-wilayah diluar AS.

 

Fundamental Minggu Ini

Kurs Rupiah dibuka pada 13,630 per Dolar AS pagi ini (26/10) dalam nuansa 'wait and see'. Agenda rapat kebijakan bank sentral AS (the Fed) yang dikenal sebagai rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) akan digelar pada pertengahan pekan, dan investor menantikan event tersebut dengan hati-hati.

Putusan rapat serupa di bulan September untuk tidak menaikkan suku bunga telah membuat pelaku pasar ragu kalau kebijakan itu benar-benar bakal dilakukan dalam tahun ini, sehingga menekan Dolar AS. Data pengangguran yang mengecewakan beberapa hari setelahnya membuat Dolar ambruk dan mendorong mata uang-mata uang lainnya menguat drastis. Rangkaian kabar tersebut, berikut rilisan data-data ekonomi lain dari AS yang meragukan membuat banyak pelaku pasar mengenyahkan harapan mereka akan kenaikan suku bunga AS dalam waktu dekat.

Meski demikian, keraguan dari pelaku pasar tidak bisa diterjemahkan sebagai suatu kepastian. Apalagi, ketua the Fed sebelumnya sempat menyatakan bahwa the Fed bisa saja menaikkan suku bunga pada Oktober atau Desember 2015 jika kondisi dianggap mendukung. Karenanya, pasar tetap mengamati perkembangan terkini dari AS, khususnya terkait rapat FOMC kali ini dan laporan-laporan ekonomi berdampak besar sejenis.

 

Prediksi Rupiah Pekan Ini

Saat ini USD/IDR masih diperdagangkan dalam range yang tercipta dua minggu lalu diantara 13,270-13,848, dan telah memasuki range level keseimbangan yang lebih ideal antara 13,600-14,000. Secara teknikal, USD/IDR di timeframe harian (D1) masih berada di wilayah oversold, yang berarti ada kemungkinan besar Rupiah akan melemah lagi. Meski begitu, pergerakan pada timeframe 4 jam (H4) mengindikasikan kebimbangan.

 

USDIDR

Chart USD/IDR pada timeframe H4 dengan indikator EMA-20 (merah), EMA-60 (tosca), EMA-100 (coklat), fibonacci retracement, dan MACD


Dengan demikian, outlook kurs Rupiah pekan ini untuk sementara masih netral. Jika volatilitas masih minim, maka kurs Rupiah akan tetap berada dalam range 13,270-13,868 per Dolar AS. Akan tetapi apabila volatilitas meningkat karena kabar baik bagi Dolar AS, maka ada kemungkinan untuk melemah ke area 13,848-14,206.

Arsip Analisa By : A Muttaqiena
251224
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.

Perlu tukar mata uang ?

Konversi valas ke rupiah atau sebaliknya ?
bisa lebih mudah dengan kalkulator kurs. Temukan disini.


Eric Simanjuntak
Setelah 13,200-an tdk berhasil ditembus, maka secara psikologis pasar akan menahan untuk profit yang lumayan pada level 14,500 untuk coba ditembus lagi ka arah 15,000. Di dalam negeri indikasi apapun tidak akan mempengaruhi pasar. Hanya perbaikan "posisi tembak" long buy di range 13,200 - 13,500 dan "close sell" di  14,000 - 14,300 per dollar AS.
A. Muttaqiena
Skenario trading yang sangat menarik. Terima kasih tambahannya Bapak, semoga sukses :)