EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.280   |   GBP/USD 1.245   |   AUD/USD 0.644   |   Gold 2,368.46/oz   |   Silver 28.26/oz   |   Wall Street 37,753.31   |   Nasdaq 15,683.37   |   IDX 7,167.99   |   Bitcoin 61,276.69   |   Ethereum 2,984.73   |   Litecoin 80.17   |   USD/CHF temukan beberapa area support di atas level 0.9100 di tengah sentimen hati-hati, amati ketegangan geopolitik, 16 jam lalu, #Forex Teknikal   |   EUR/GBP turun di bawah level 0.8550 setelah data IHK Inggris beragam, fokus beralih ke inflasi zona Euro, 16 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Pratinjau IHK Inggris: Inflasi IHK Inggris melunak menjadi 3.2% di bulan Maret versus prakiraan 3.1%, 18 jam lalu, #Forex Fundamental   |   XAU/USD tetap stabil di atas $2,350 di tengah kewaspadaan pasar, 18 jam lalu, #Emas Teknikal   |   PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) kembali melakukan upaya untuk restrukturisasi utang. Kali ini, WSKT melakukan restrukturisasi kredit PT Waskita Fim Perkasa Realti untuk proyek Vasaka Solterra, 22 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Investor asing memborong sejumlah saham, termasuk milik konglomerat Prajogo Pangestu TPIA-BREN dan Garibaldi Thohir ADMR-MBMA, saat IHSG anjlok, 22 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Morgan Stanley (NYSE:MS) berencana untuk mulai memangkas sekitar 50 pekerjaan perbankan investasi di Asia, tidak termasuk Jepang, minggu ini, dengan sebagian besar ditujukan untuk Hong Kong dan Cina, 22 jam lalu, #Saham AS   |   Apple Inc (NASDAQ:AAPL) akan menjajaki kemungkinan untuk membangun fasilitas manufaktur di Indonesia, 22 jam lalu, #Saham AS

Analisa Rupiah 29 Juni - 3 Juli 2015

Penulis

Di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar akibat masalah Yunani, kurs Rupiah pagi ini dibuka anjlok pada 13,439 per Dolar AS dan masih terus bergerak melemah. Selaras dengan risiko itu, pergerakan Rupiah pekan ini akan sulit ditebak.

Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu

Setelah dibuka pada 13,361 per Dolar AS, diluar dugaan Rupiah perlahan merosot hingga ditutup pada 13,403 di akhir perdagangan hari Jumat. Meningkatnya ketegangan terkait masalah utang Yunani diperkirakan telah membebani mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Situasi yang awalnya diduga akan mencapai solusi ternyata malah memanas, sehingga ketidakpastian dan risiko di pasar membuat banyak pihak mencemaskan dampaknya bagi pasar finansial dunia ke depan. Sesuai dengan posisi Rupiah sebagai soft currency, peningkatan risiko mengakibatkan investor cenderung melepasnya dan mencari Dolar.

 

Rupiah

 

Di sisi lain, langkah BI melarang penggunaan valas dalam transaksi di dalam negeri diperkirakan tak akan mampu mengerem laju depresiasi Rupiah. Ini karena volatilitas Rupiah membuat biaya hedging menjadi tinggi bagi perusahaan-perusahaan terkait, dan membuat proses negosiasi dan pembayaran jadi makin rumit. Sejumlah perusahaan juga harus menanggung harga bahan baku lebih tinggi akibat peraturan tersebut, sehingga ada kemungkinan akan mekin mendorong inflasi di Indonesia apabila perusahaan-perusahaan itu menaikkan harga guna menebus besarnya tambahan beban yang harus mereka tanggung.


Pekan lalu, Pemerintah dan Bank Indonesia bersama-sama telah secara resmi merevisi asumsi-asumsi pokok bagi perekonomian Indonesia ke depan. Asumsi GDP dipangkas turun dari 5.8-6.2% ke 5.5-6%, selaras dengan estimasi dari berbagai organisasi dan lembaga keuangan multinasional bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal melambat. Asumsi nilai tukar Rupiah juga digeser melemah dari kisaran 12,800-13,200 ke kisaran 13,000-13,400. Sedangkan asumsi harga minyak ditempatkan pada sekitar 60-70 dolar AS per barel.

 

Fundamental Minggu Ini

Di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar akibat masalah Yunani, kurs Rupiah pagi ini dibuka anjlok pada 13,439 per Dolar AS dan masih terus bergerak melemah. Selaras dengan risiko itu, pergerakan Rupiah pekan ini akan sulit ditebak.


Risiko dari ketidakpastian Yunani terhadap perekonomian global sebenarnya minimal. Begitu pula, imbasnya terhadap sentimen risiko negara berkembang akan terbatas. Dalam kerangka ini, maka ada alasan fundamental yang cukup untuk menilai bahwa imbas masalah Yunani cuma riak-riak yang kemungkinan tidak akan bertahan terlalu lama.


Namun demikian, berbagai data lain mungkin akan muncul untuk menggarisbawahi kelemahan ekonomi Indonesia dibanding kondisi ekonomi global. Di hari pertama bulan Juli, Badan Pusat Statistik akan merilis data inflasi serta beberapa data minor lain. Sedangkan dari Amerika Serikat, rangkaian rilis data ketenagakerjaan versi ADP dan Nonfarm Payroll akan kembali dilirik pasar untuk memantau kondisi terkini di negeri adidaya tersebut.

 

Prediksi Rupiah Pekan Ini

Volatilitas kemungkinan akan meningkat. Dari posisi pembukaan, saat ini Rupiah masih terus bergerak menuju 13,500 per Dolar AS. Perlintasan EMA-20 dan EMA-60 ke arah atas mengindikasikan akan melemahnya Rupiah hingga beberapa hari kedepan. Kondisi MACD juga mendukung proyeksi ini.

 

USDIDR

Chart USD/IDR dengan indikator EMA-20, EMA-60, EMA-100, Fibonacci Retracement, dan MACD

 

Pergerakan Rupiah dalam pekan ini kemungkinan akan berada di kisaran antara 13,371-13,494. Namun demikian, tingginya volatilitas memungkinkan Rupiah untuk melemah hingga ke area di luar ekspektasi. Beberapa event kunci yang bisa jadi berpengaruh cukup besar adalah rilis angka inflasi Indonesia oleh BPS, NFP Amerika Serikat, serta isu-isu seputar masalah Yunani.

 

Arsip Analisa By : A Muttaqiena
238006
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.

Perlu tukar mata uang ?

Konversi valas ke rupiah atau sebaliknya ?
bisa lebih mudah dengan kalkulator kurs. Temukan disini.