EUR/USD 1.064   |   USD/JPY 154.630   |   GBP/USD 1.243   |   AUD/USD 0.641   |   Gold 2,376.39/oz   |   Silver 28.63/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,063.10   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 2 jam lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 2 jam lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 2 jam lalu, #Saham AS

Analisa Rupiah 9 - 13 Februari 2015

Penulis

Setelah dibuka pada 12,820 per Dolar AS pekan lalu, kurs Rupiah kemudian ditutup menguat tipis pada 12,772 di akhir perdagangan hari Jumat. Bias kurs Rupiah masih netral. Walaupun ada peluang bagi kurs Rupiah untuk menguat dalam pekan ini, namun bisa jadi pergerakannya lagi-lagi akan terbatas.

Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu

Setelah dibuka pada 12,820 per Dolar AS pekan lalu, kurs Rupiah kemudian ditutup menguat tipis pada 12,772 di akhir perdagangan hari Jumat. Secara keseluruhan, Rupiah sebenarnya dipertukarkan dalam range sangat terbatas sekitar 12,600-12,800 per Dolar AS, walau sempat melejit ke kisaran 11,767 sebelum penutupan pasar.

Sejumlah faktor dari dalam negeri berperan kuat dalam memantapkan kurs Rupiah pekan lalu sehubungan dengan banyaknya aneka data ekonomi yang diterbitkan. Diantaranya adalah:

1. Inflasi Januari 2015 Anjlok Berkat Harga BBM Murah
Indeks harga konsumen bulan Januari 2015 mengalami deflasi -24% (month to month) seiring dengan turunnya harga BBM yang memicu penurunan harga-harga di sektor transportasi. Secara year-on-year, inflasi bulan Januari 2015 melonggar ke 6.96% (yoy) dari 8.36% (yoy) di bulan sebelumnya. Stabilisasi harga ini penting dalam pencapaian target inflasi yang telah ditetapkan.


Data Inflasi IndonesiaData Inflasi Indonesia Februari 2014 - Januari 2015

2. Neraca Perdagangan Desember 2014 Membaik
Sementara itu, Neraca Perdagangan bulan Desember 2013 berhasil mencatat surplus 186.8 juta Dolar AS, naik pesat dari -425.7 juta di periode sebelumnya, dan merupakan angka tertinggi dalam 9 bulan terakhir.


Neraca Perdagangan IndonesiaData Neraca Perdagangan Indonesia Januari - Desember 2014

Ekspor mengalami kenaikan 7.38% pada Desember dibanding bulan November, dengan peningkatan tertinggi dicapai oleh penjualan mutiara dan batuan berharga. Sedangkan impor hanya naik 2.8% dalam periode yang sama. Meski demikian, total sepanjang tahun 2014, neraca perdagangan Indonesia masih mencatat defisit sebesar -1.88 milyar Dolar AS karena total ekspor hanya 176.29 milyar Dolar AS, sedangkan impor mencapai 178.18 milyar Dolar AS.

3. GDP 2014 Paling Lambat Dalam 5 Tahun
Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa GDP di kuartal 4 tahun 2014 hanya tumbuh 5.01%, naik sedikit dari 4.92% di kuartal sebelumnya. Namun demikian, secara kuartal ke kuartal, terjadi kontraksi 2.06% dibanding kuartal 4 tahun 2013. Secara keseluruhan pun, GDP Indonesia dalam tahun 2014 hanya tercatat sebesar 5.02%, atau merosot dari 5.58% di tahun 2013. Ini merupakan pertumbuhan ekonomi terendah sejak tahun 2009.


Pertumbuhan GDP IndonesiaPertumbuhan GDP Indonesia Tahun 2009 - 2014

Penurunan ini diakibatkan terutama oleh merosotnya investasi dan ekspor. Selain itu, status tahun 2014 sebagai tahun politik sehubungan dengan diadakannya pemilu membuat ketidakpastian meningkat. Apalagi, setelah masa pemilu usai, negeri langsung dihadapkan pada kenaikan harga BBM, suku bunga acuan, serta sejumlah tarif yang ditentukan secara terpusat lainnya.

4. Revisi Asumsi APBN 2015
Sejalan dengan perkembangan ekonomi terkini, pemerintah beserta Bank Indonesia dan DPR memutuskan untuk melakukan revisi atas target makroekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN-P) 2015. Target pertumbuhan GDP diturunkan dari 5.8% (yoy) ke 5.7% (yoy), dan asumsi kurs Rupiah diturunkan dari 12,200 ke 12,500 per Dolar AS; sedangkan target inflasi tetap pada 5%. Secara umum, revisi ini menggambarkan bahwa meski pemerintah masih mengharapkan perekonomian tahun 2015 akan lebih baik ketimbang tahun 2014, namun optimisme telah berkurang.

5. Subsidi Biofuel
Keputusan pemerintah untuk meningkatkan subsidi biofuel dari Rp 1,500 ke Rp 4,000 per liter disambut baik di bursa. Keputusan tersebut diperkirakan akan menaikkan permintaan akan komoditas CPO dan melindungi industri CPO dalam negeri, sehingga harga saham-saham produsen minyak sawit dari sektor agri langsung melesat.

Secara simultan, data-data tersebut menggambarkan perekonomian Indonesia yang memburuk di tahun 2014, namun disertai dengan tanda-tanda optimisme untuk setahun mendatang.

Di sisi lain, perekonomian dunia menampakkan situasi yang kian tak menentu. China sebagai partner dagang utama Indonesia masih terseok-seok dalam mempertahankan performa ekonominya, sementara Jepang dan Eropa juga belum bergeser dari kondisi stagnasi. Namun ekspektasi kondisi ekonomi di Amerika Serikat mendapati konfirmasi baru setelah data ketenagakerjaan pekan lalu kembali lebih tinggi dari prediksi. Prospek ekonomi AS yang mantap mendukung proyeksi kenaikan suku bunga the Fed AS dalam tahun 2015, sehingga Dolar AS kembali menguat. Bagi Indonesia, kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed ini menghadirkan dilema baru dimana ancaman capital outflow (pelarian modal ke luar negeri) terus membayangi.

Fundamental Rupiah Minggu Ini

Kurs Rupiah pagi ini dibuka relatif kalem pada 12,744 per Dolar AS. Pergolakan yang terjadi pada Jumat pekan lalu mengarah pada kemungkinan kurs Rupiah menguat lagi dalam minggu ini. Minimnya data ekonomi berdampak besar yang bakal dipublikasikan jelas mendukung proyeksi tersebut.

Dari dalam negri, Bank Indonesia akan merilis laporan penjualan ritel Desember 2014 dan Neraca Pembayaran Indonesia kuartal 4 tahun 2014. Sedangkan dari Amerika Serikat hanya dinantikan kabar penjualan ritel, data ketenagakerjaan mingguan, serta sentimen konsumen.

Dengan minimnya publikasi data ekonomi, pekan ini pasar mungkin akan lebih melirik faktor-faktor non-ekonomi dalam menentukan keputusan. Sejumlah isu tengah menjadi hot topic, seperti negosiasi utang Yunani serta gonjang-ganjing kursi Perdana Menteri Australia. Sebagaimana yang telah terjadi pekan lalu juga, isu yang berkaitan dengan sesama negara berkembang, partner dagang, dan negara tetangga bisa berimbas pada bias sentimen investor terhadap Indonesia.

Prediksi Kurs Rupiah Pekan Ini

Bias kurs Rupiah masih netral. Walaupun ada peluang bagi kurs Rupiah untuk menguat dalam pekan ini, namun bisa jadi pergerakannya lagi-lagi akan terbatas. Apabila tidak ada perubahan drastis dalam volume perdagangan, maka kurs Rupiah kemungkinan akan berada dalam kisaran 12,470-12,905 per Dolar AS hingga Jumat besok.


USDIDR H4USD/IDR dalam chart 4 jam dengan indikator EMA-20 (merah), EMA-60 (tosca), dan EMA-100 (coklat), Fibonacci Retracement, dan MACD

Namun perhatikan bahwa kondisi pasar bisa berubah sewaktu-waktu, dan saat ini Rupiah masih dalam kondisi lemah. Dibanding "asumsi kurs ideal" yang tercantum dalam revisi APBN 2015 terbaru, level Rupiah saat ini terhitung lebih mahal.

Arsip Analisa By : A Muttaqiena
222043
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.

Perlu tukar mata uang ?

Konversi valas ke rupiah atau sebaliknya ?
bisa lebih mudah dengan kalkulator kurs. Temukan disini.