EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.850   |   GBP/USD 1.237   |   AUD/USD 0.645   |   Gold 2,327.43/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,503.69   |   Nasdaq 15,696.64   |   IDX 7,168.54   |   Bitcoin 66,837.68   |   Ethereum 3,201.65   |   Litecoin 85.47   |   Dow Jones Industrial Average naik 0.69% menjadi 38,503. Indeks S&P 500 naik 1.20% menjadi 5,070. Nasdaq Composite naik 1.59% menjadi 15,696, 2 jam lalu, #Saham AS   |   PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan kenaikan laba bersih, mengantongi pendapatan senilai $311.01 juta hingga Maret 2024, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) mencetak pendapatan sebesar Rp994.15 miliar dengan laba bersih Rp129.11 miliar, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) menyiapkan dana Rp800 miliar yang bersumber dari kas internal untuk mengeksekusi rencana buyback 396.50 juta saham, 2 jam lalu, #Saham Indonesia

Analisa Rupiah 9 - 13 Maret 2015

Penulis

Pergerakan kurs Rupiah diatas ambang batas psikologis 13,000 dalam dua pekan terakhir menggeser level support ke batas tersebut. Kurs Rupiah pekan ini kemungkinan akan terus bergerak diatas 13,000 per Dolar AS.

Rekap Kurs Rupiah Minggu Lalu

Kurs Rupiah merosot ke level terlemah sejak 1998 pekan lalu setelah rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat di hari Jumat mengindikasikan bahwa bank sentral AS (The Fed) kemungkinan akan menaikkan suku bunga di pertengahan tahun ini.

Hasil survei konsumen dan cadangan devisa Indonesia bulan Februari 2015 yang dirilis oleh Bank Indonesia menunjukkan kondisi yang relatif positif. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat sebesar 120.2, tidak berubah dengan angka indeks bulan sebelumnya. Indeks ini mengindikasikan optimisme konsumen masih cukup kuat. Sedangkan cadangan devisa dilaporkan meningkat dari 114.2 miliar USD menjadi 115.5 miliar USD. Cadangan devisa tersebut dapat membiayai 7 bulan impor, atau lebih dari mencukupi standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor.


Cadangan Devisa IndonesiaGrafik Cadangan Devisa Indonesia Maret 2014 - Februari 2015

Namun data hangat dari dalam negeri tersebut gagal mengangkat Rupiah akibat imbas kuat dari luar negeri. Data Nonfarm Payroll AS yang berdampak tinggi secara global menunjukkan bahwa Amerika Serikat berhasil mencetak 295,000 lapangan kerja pada bulan Februari, jauh lebih tinggi dari ekspektasi. Angka pengangguran di negara tersebut juga turun dari 5.7% ke 5.5%. Situasi ini meningkatkan antisipasi pasar akan kenaikan suku bunga pada bulan Juni mendatang, dan secara efektif memukul nilai tukar mata uang-mata uang negara berkembang.

Setelah dibuka pada 13,147.5 di awal pekan, kurs Rupiah sempat menguat ke 13,026 di pertengahan minggu, tetapi kemudian anjlok dan ditutup pada 13,240 per Dolar AS di hari Jumat.

Ulasan Khusus: Memahami Dampak Data Ekonomi AS Terhadap Rupiah

Proyeksi kenaikan suku bunga the Fed adalah salah satu faktor utama yang melatarbelakangi pelemahan mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah, sejak akhir tahun 2013. Untuk memahami efek dinamika internasional ini, kita perlu mundur sedikit ke belakang.

Pemberian stimulus moneter yang dikenal sebagai Quantitative Easing (QE) telah dilakukan sejak 2008 oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Dengan pembelian obligasi masif, The Fed secara tidak langsung menyuntikkan dana dalam jumlah luar biasa besar secara berkala ke perekonomian Dunia. Maksudnya memang hanya membantu pemulihan ekonomi Amerika, tetapi langkah itu mengakibatkan surplus dana di sistem finansial. Sentimen negatif terhadap perekonomian AS yang waktu itu dipandang kurang baik pasca krisis subprime mortgage, membuat investor mengungsikan surplus dana-dananya ke safe haven seperti emas, dan negara-negara berkembang yang dianggap sedang mengalami pertumbuhan pesat, termasuk Indonesia. Akibatnya, negara-negara berkembang menikmati pertumbuhan pesat di periode tersebut.

Di awal 2014, seiring dengan meluasnya opini bahwa perekonomian AS telah pulih, the Fed memotong besaran dana stimulus-nya secara bertahap. Di satu sisi, surplus dana di pasar finansial berkurang. Di sisi lain, investor mulai mudik ke aset berdenominasi Dolar AS dengan ekspektasi iklim investasi lebih baik pasca pulihnya perekonomian. Negara-negara berkembang pun mulai rebutan investasi asing dengan negara adidaya tersebut. Kondisi ini diperparah oleh prospek investasi di pasar negara berkembang tersebut yang relatif suram dengan minimnya infrastruktur mapan, birokrasi yang korup, dan defisit besar neraca berjalan.

ilustrasi
Tahun 2015 ini, setelah program stimulus moneter the Fed berakhir, maka arah kebijakan selanjutnya adalah pengetatan moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga. Jika sebelumnya investor berbondong-bondong menanamkan dananya di negara-negara berkembang karena ekonomi AS dianggap buruk, maka ketika kini ekonomi AS membaik, maka investor juga buru-buru keluar karena ingin mendapat bagian keuntungan dari penguatan Dolar. Apalagi, kenaikan suku bunga di suatu negara identik dengan meningkatnya return investasi di negara yang sama.

Bagi mata uang negara berkembang, situasi ini buruk karena porsi investasi asing di pasar modal, pasar uang, obligasi, maupun investasi lainnya sangat besar. Akibatnya, ketika terjadi pelarian modal (capital flight), maka dampaknya sangat terasa, terutama dengan melemahnya nilai tukar. Sejak akhir tahun 2013, Rupiah telah menjadi salah satu mata uang yang paling terpukul oleh proyeksi kenaikan suku bunga the Fed akibat ketergantungan akan investasi asing dan rendahnya minat investasi masyarakat.

Fundamental Rupiah Minggu Ini

Pagi ini (9/3), kurs Rupiah dibuka melemah pada 13,248 per Dolar AS, meski kini menunjukkan tanda-tanda menguat tipis. Saat ini Rupiah dalam kondisi terlemah dalam hampir 17 tahun, atau sejak masa krisis 97/98.


Kurs Rupiah 1997 - 2015Kurs Rupiah Sejak Januari 1997

Dalam lima hari mendatang, sentimen regional kemungkinan akan berdampak kuat pada nilai Rupiah disamping kondisi internal dalam negeri dan internasional, apalagi bila pemerintah menilai pelemahan Rupiah masih wajar.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia besok akan merilis hasil survei penjualan ritel Indonesia yang biasanya menjadi indikasi bagi kuat atau lemahnya permintaan dalam negeri.

Dari China yang merupakan partner dagang utama Indonesia, akan dirilis data inflasi dan penjualan ritel pada hari Selasa dan Rabu. China bersama Uni Eropa tahun 2014 lalu telah mengalami perlambatan pertumbuhan yang diperkirakan akan berlanjut terus hingga tahun ini. Pemulihan data ekonomi China berpotensi mengangkat sentimen regional karena peran negara ini di Asia cukup besar.

Dari Amerika Serikat, data penjualan ritel dan klaim pengangguran mingguan bakal dirilis hari Kamis, sedangkan data inflasi produsen (PPI) dan sentimen konsumen akan dipublikasikan hari Jumat. Inflasi merupakan indikator penting lain dalam proyeksi kenaikan suku bunga the Fed.

Prediksi Kurs Rupiah Minggu Ini

Pergerakan kurs Rupiah diatas ambang batas psikologis 13,000 dalam dua pekan terakhir menggeser level support ke batas tersebut. Kurs Rupiah pekan ini kemungkinan akan terus bergerak diatas 13,000 per Dolar AS, kecuali apabila Bank Indonesia menilai volatilitas tidak bisa ditoleransi dan memutuskan untuk melakukan intervensi.

USDIDR H4

Dilihat dari kondisi MACD, kemungkinan Rupiah akan diperdagangkan di kisaran 13,022-13,284 per Dolar AS. Di awal pekan diharapkan Dolar AS akan sedikit terkoreksi dan mendukung penguatan Rupiah secara terbatas.

Arsip Analisa By : A Muttaqiena
225092
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.

Perlu tukar mata uang ?

Konversi valas ke rupiah atau sebaliknya ?
bisa lebih mudah dengan kalkulator kurs. Temukan disini.