![]() Beli Saham GOTO? Awasi Level 232
262
|
iklan |
iklan |
Akhir-akhir ini, kita sering mendengar bahwa krisis moneter akan terjadi di tahun 2018. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa krisis di Indonesia berlangsung dalam sebuah siklus yang terjadi setiap 10 tahun sekali. Krisis pernah melanda Indonesia di tahun 1988, 1998 dan 2008, maka selanjutnya diperkirakan krisis akan terjadi sekali lagi di tahun 2018. Penulis sendiri tidak sepenuhnya percaya akan hal tersebut, karena apabila sebuah krisis bisa diprediksi, maka pasti juga bisa diantipasi.
Tahun 1988, krisis ekonomi sempat membuat harga-harga melambung luar biasa. Pada saat itu, banyak bank menawarkan bunga deposito hingga 40%, hanya agar menarik minat masyarakat untuk kembali menitipkan asetnya ke bank. Lalu di tahun 1998 terjadi reformasi politik luar biasa yang menggulingkan pemerintahan pada masa tersebut sehingga kekacauan sulit terhindarkan. Harga Dollar sempat melambung hingga ke angka Rp16,000 per satu USD.
Tahun 2008, krisis bubble burst kredit macet di Amerika Serikat sempat memberikan dampak kepada Indonesia, walau secara tidak langsung, dan harga emas sempat melambung. Emas sering dipilih sebagai pelindung aset yang mana dipercaya nilainya tidak akan terdilusi oleh inflasi, sehingga di saat krisis banyak orang cenderung merasa lebih aman memegang emas ketimbang membiarkannya mengendap di bank.
Pada saat krisis terjadi, harga saham perbankan biasanya dapat terdilusi hingga 50%. Namun, ada satu bank yang cukup kuat meski krisis melanda; PT. Bank Central Asia Tbk (kode saham: BBCA).
Dilusi Harga Saham Perbankan
Bulan Oktober dan November 2017 adalah saat-saat dimana pasar saham Indonesia tertekan seiring dengan keluarnya investor asing menjual saham-saham papan atas. BBCA sebagai salah satu bank dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia sempat terkoreksi, namun segera kembali menguat dalam hitungan hari saja.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa BBCA masih dipercaya oleh para pemegang sahamnya; bahwasannya kinerja manajemennya masih baik, sehingga persentase penurunan harga sahamnya paling sedikit dibanding yang lain. Saham BBCA masih unggul di masa krisis; penurunan 22.5% masih dalam kategori koreksi sehat. Berikut analisa fundamental kinerja PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Analisa Fundamental Saham BBCA
1. Earning Growth (Pertumbuhan Laba Bersih) BBCA 2007-2016 (dalam Milyar).
Rata-rata Laba Bersih per Tahun: 18.45%.
Peningkatan dari sisi laba bersih BCA sangat baik. Dengan rata-rata kenaikan sebesar 18.45% per tahun. Terlepas dari krisis 2008; pada masa itu banyak bank lain dinyatakan likuidasi atau merugi karena faktor rush (ditariknya dana besar-besaran oleh nasabah akibat kepanikan masyarakat atas kondisi negara yang tidak stabil), tetapi BCA malah masih bisa mencetak keuntungan. Hal ini membuktikan bahwa manajemen BCA pintar menjaga margin, dan dari sisi nasabah BCA diterima dan dipercaya sangat baik. Hal ini juga terlihat dari performa sahamnya yang terdilusi paling sedikit dibandingkan dengan bank-bank lainnya yang selevel dengannya di tahun 2008.
2. Asset, ROA dan PBV Saham BBCA
Perbankan menjalankan bisnisnya dengan meminjam dana yang dipercayakan kepadanya untuk diputarkan. Dana tersebut lalu dipinjamkannya lagi ke pihak-pihak yang membutuhkan dengan mengutip sejumlah biaya tambahan di saat pengembalian; sehingga semakin tinggi Book Value-nya maka semakin kuatlah modalnya (Asset).
Berbeda dengan sektor lain, modal tinggi belum tentu menjamin bagus, karena sektor lain sangat bergantung pada produk yang mereka jual. Maka untuk perbankan yang dilihat adalah Book Value per saham dan Return on Asset (ROA). Rata-rata kenaikan aset per tahun BBCA adalah 13.41%, dengan aset 676 Trilyun maka rata-rata pertumbuhan lebih dari 10% adalah fantastis.
Saham BBCA tidak bisa kita nilai murah karena memang selalu melampaui book value-nya. Hal ini menandakan bahwa minat masyarakat akan saham BBCA sangatlah tinggi. Dari sisi value investing, saham BBCA masuk ke dalam kategori mahal; namun dari sisi pertumbuhan, BBCA sangat bagus.
Andai kita membeli BBCA di bulan Januari tahun ini lalu dibiarkan, maka saat ini kita sudah mendapat 27% tanpa perlu susah payah. Jauh di atas bunga deposito atau obligasi manapun.
Andaikata kita memegang saham BBCA sejak 2007, maka di 2017 saat ini kita sudah mendapatkan capital gain sebesar nyaris 1000%. Benar-benar cantik. Belum lagi dari sisi dividen; sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Dari sisi dividen, memang EPS dari BBCA agak kecil bila dibandingkan dengan harga sahamnya, maka dari itu dividennya juga kecil bila dibandingkan harga sahamnya. Namun, BBCA tidak pernah absen dalam melakukan pembagian dividen.
Secara umum, keuntungan dari memegang saham BBCA adalah pada capital gain-nya; dividen hanyalah bonus. Kesimpulannya, saham BBCA adalah saham yang sempurna pertumbuhannya, didukung manajemen yang pandai menjaga pendapatan rutinnya, dan paling tahan krisis dibandingkan bank-bank yang selevel dengannya.
Maka apabila prediksi bahwa tahun 2018 benar bahwa krisis akan terjadi sekali lagi, sebagaimana banyak diisukan belakangan ini, kita bisa yakin bahwa BBCA adalah saham perbankan terbaik yang dapat kita pegang. Kita bisa harapkan bahwa BBCA akan tetap bertahan dan tidak akan terdilusi banyak.