Outlook perdagangan pada hari Senin kemarin (17/Juni) tampaknya menjadi saat yang suram bagi para trader Asia. Konflik AS-China masih bergolak, dengan Trump dan Ross yang selama akhir pekan lalu menegaskan bahwa tidak ada resolusi diharapkan dari pertemuan G-20 akhir bulan nanti.
Sementara itu, Timur Tengah semakin gelisah setelah Arab Saudi ikut menyalahkan Iran atas serangan dua tankernya; tuduhan yang sebelumnya juga dilontarkan AS ini sudah ditampik Teheran. Hong Kong juga ricuh seiring dengan turunnya 2 juta orang ke jalan untuk menuntut pengunduran diri Carrie Lam, sehari setelah ia menangguhkan RUU ekstradisi.
Dengan latar belakang itu, proyeksi kebijakan dan pernyataan bank sentral minggu ini menjadi harapan terbaik bagi aset risiko untuk mengubah haluan pergerakan.
Kemungkinan Fed Rate Cut pada pengumuman FOMC hari Rabu besok (19/Juni) telah semakin menyusut, ditunjang oleh perbaikan data Retail Sales AS akhir pekan lalu. Akan tetapi, prospek pemangkasan suku bunga di bulan Juli tetap tinggi di kisaran 85%. Itu berarti, fokus pasar akan lebih tertuju pada komentar The Fed, dan apakah Powell benar-benar siap untuk "menarik pelatuk" bulan depan. Selain pengumuman kebijakan The Fed, fokus pasar forex minggu ini juga akan menyorot keputusan dari BoJ, BoE, juga ECB.
Momen terpenting dalam tahun perdagangan kali ini tampaknya akan tertumpu pada pertengahan 2019, tepatnya ketika pertemuan G-20 di Osaka pada 28-29 Juni. Event ini menjadi sangat penting, terutama dengan pasar yang sangat meyakini bahwa Fed akan menurunkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2008 pada Juli mendatang. Di sisi lain, masalah Brexit, Italia, dan Timur Tengah juga ikut berperan. Dengan saham dan obligasi yang kini sudah mendekati rekor tertinggi di sejumlah pasar, investor mungkin akan segera berebut untuk melakukan hedging dan "mengamankan diri".
Paruh kedua tahun 2019 akan menjadi tahun dengan volatilitas tinggi. Walaupun sempat menguap di Q1, volatilitas pasar forex nyatanya kembali menguat di periode berikutnya. Banyak kekhawatiran yang menjadi fokus pasar saat itu masih ada hingga saat ini, dan ada juga yang baru muncul. Jika memang akan ada volatilitas baru ke depannya, di manakah fokus breakout akan berada? Akankah hal itu akan tampak pada obligasi ketika bank sentral meningkatkan pelonggaran? Apakah saham kembali ke mode krisis, atau justru kompleksitas FX yang akhirnya terbangun ketika Brexit menghantam Pound lagi? Tidak ada yang dapat diprediksi untuk saat ini.
Menjelang Pengumuman Fed dan BI, Mampukah Rupiah Bertahan?
Minggu ini, Fed akan mengumumkan kebijakan moneter terbarunya. Dengan peluang pemangkasan suku bunga yang semakin menipis, Dolar kemungkinan akan lebih perkasa di pekan ini. Di sisi lain, Rupiah diharapkan dapat kembali bergeliat setelah roda ekonomi sudah kembali berputar pasca libur lebaran.
Akan tetapi, melihat kemungkinan USD yang lebih unggul, maka pengumuman suku bunga dari Bank Indonesia diperkirakan bisa menjadi pendukung Rupiah. Kami melihat bahwa Rupiah bisa menunjukkan perlawanan hanya jika ada sinyal "pelunakan" dari pernyataan The Fed, ditambah dorongan dari Bank Indonesia.
Untuk minggu ini, IDR diproyeksi tetap berada di range Rp14,271-14,395 per Dolar AS.
Sumber: CNBC
Instrumen Trading Pilihan Kami
EUR/USD
Outlook untuk pair ini sedikit bearish, dengan perkiraan pelemahan menuju 1.1165 jika Fed tidak mengindikasikan Rate Cut dalam waktu dekat.
USD/JPY
Sama seperti EUR/USD, pasangan mata uang ini diproyeksi bearish. Sentimen Risk Off berpotensi mendorong harga menuju 108.10 di minggu ini.
XAU/USD
Harga emas diekspektasikan terkoreksi ke area 1326 untuk pekan ini.
US30USD
Indeks saham ini kemungkinan kembali turun ke kisaran 25883.
Franky Nangoy
Market Strategist - Fullerton Markets
Dengan lebih dari 15 tahun pengalaman profesional dalam forex, Franky telah mengambil berbagai peran di industri ini. Ia menjadi konsultan dan analis untuk broker lokal dan internasional, dan saat ini memegang peranan sebagai Market Strategist di Fullerton Research, dimana ia bertanggung jawab mempersiapkan materi pembelajaran secara rutin, seperti Weekly Market Research dan webinar secara langsung untuk Audience global. Kelebihannya terletak pada analisis pasar Indonesia.
Pada tahun 2018, Franky menyelesaikan serangkaian Roadshow di 11 kota di seluruh Indonesia, menjangkau para trader, baik yang pemula maupun berpengalaman dengan wawasan dan kebijaksanaan terkait forex.