Setelah jatuh empat minggu beruntun, GBP/USD masih tertekan akibat kemelut Brexit yang makin rumit dan imbas isu perang dagang.
GBP/USD sudah mengalami kejatuhan selama empat minggu berturut-turut. Kejatuhan minggu lalu disebabkan oleh pernyataan BOE terkait arah kebijakan dan Brexit. Meski sudah jatuh tajam, Pound masih sulit bangkit karena ketidakpastian terkait Brexit.
Kamis lalu, BOE menaikkan suku bunganya sebesar 25 bps ke 0.75%. Ini merupakan kenaikan suku bunga kedua dalam 1 tahun terakhir. BOE melakukannya meski ketidakpastian menyelimuti prospek ekonomi Inggris. Dalam konferensi pers, sang gubernur Mark Carney mengakui prospek ekonomi dipengaruhi oleh perkembangan seputar Brexit. Ia juga mengindikasikan pihaknya tidak akan terburu-buru menaikkan rate lagi.
Ia menyampaikan bahwa proyeksi dan keputusan BOE dibuat berdasarkan adanya proses Brexit yang mulus. Menyoal Brexit, ia mengatakan sektor bisnis resah dengan perkembangannya yang lambat. Menurutnya, negosiasi memasuki periode kritis. Dalam kesempatan itu, ia memperingatkan adanya kemungkinan tidak terjadinya kesepakatan dan itu bisa menyebabkan gejolak ekonomi yang besar.
Peringatan mengenai kondisi terburuk disampaikan oleh pejabat pemerintah. Menteri Urusan Perdagangan Internasional Liam Fox mengatakan potensi terjadinya no deal Brexit itu semakin tinggi. Menurutnya, probabilitas no deal mencapai 60%, meski baik Inggris maupun Uni Eropa menyatakan ingin mencapai kesepakatan.
mencatat, sedikitnya kemajuan yang dicapai dalam negosiasi Brexit menimbulkan sentimen negatif di pasar. Waktu negosiasi tinggal delapan bulan lagi; sedangkan tanpa deal, Inggris harus menjalani "Hard Brexit". Mengingat insiden Brexit ini belum pernah terjadi, masa depan ekonomi Inggris memasuki uncharted territory. Alhasil, menimbulkan ketidakpastian yang tinggi.
Sembari menunggu perkembangan terkait Brexit, pasar menantikan event terpenting di Inggris minggu ini, yaitu pengumuman data PDB kuartal kedua. PDB selama periode April-Juni diperkirakan tumbuh 1.3%, tidak jauh dari triwulan sebelumnya yang 1.2%. Angka yang tidak mengesankan tentunya tidak akan membantu Pound, yang sudah menyentuh level terendah dalam sembilan bulan pada Juni lalu.
Tekanan ke Pound juga datang dari apresiasi Dollar, yang terangkat karena isu perang dagang. Sterling pun juga ikut tertekan karena isu tersebut, setelah Carney menyinggung dampak buruknya pada ekonomi Inggris. Kecuali terjadi koreksi signifikan pada Greenback atau ada perkembangan positif terkait Brexit, sulit bagi Pound untuk bisa bangkit. Selama mampu bertahan di atas $1.2950, ada peluang untuk menuju $1.31-1.32. Namun, patut diwaspadai adanya tekanan yang bisa membawanya ke bawah $1.2900.
Ulasan Teknikal
GBP/USD kembali jatuh minggu lalu, dan mulai mendekati area support-nya di 1.2956. Secara keseluruhan, tren masih bearish, dan bila ada tekanan lanjutan harga bisa saja jatuh ke level 1.2779 untuk minggu ini. Namun, harus diwaspadai pula bahwa jika support di 1.2956 itu mampu bertahan di minggu ini, rebound kemungkinan akan didapat. Dukungan rebound ditunjukkan oleh indikator RSI yang berpeluang membentuk bullish divergence. GKINVEST menilai, pola Falling Wedge pada chart pattern juga bisa mendukung rebound tersebut.
Resistance terdekat saat ini di 1.3050, jika mampu ditembus, maka target berikutnya kemungkinan akan menguji resistance dari pola wedge tersebut di kisaran 1.3126. Trend bearish bisa berakhir jika resistance tersebut ditembus, untuk fokus pada kenaikan selanjutnya di kisaran 1.3313, yang juga merupakan area Fibonacci retracement 23,6%.
Untuk minggu ini, pair GBP/USD diperkirakan akan bergerak di rentang;
- Support : 1.2950, 1.2779
- Resistance : 1.3050, 1.3126
GKInvest adalah broker Indonesia yang terdaftar di BAPPEBTI. Selain legal, GKInvest menawarkan biaya transaksi yang paling murah di Indonesia serta beragam fasilitas yang dapat mempermudah transaksi Anda seperti MT4 Booster, VPS dan Signal Trading gratis. Pelajari tentang GKInvest.