EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,326.50/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,155.29   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   EUR/USD dapat lanjutkan pemulihan selama support level 1.0700 bertahan, 1 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 7 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 7 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 7 jam lalu, #Saham AS

Harga Minyak Ambruk Lagi, Bagaimana Selanjutnya?

Penulis

Setelah selama dua bulan harga minyak mentah merangkak naik, pada pertengahan Maret ini minyak kembali ambruk. Brent masih menampilkan sedikit pertahanan, tetapi patokan harga WTI terjun ke level terendah dalam enam tahun. Negara-negara produsen minyak mungkin berpikir bahwa mereka sudah lolos dari bahaya, tetapi level produksi tinggi dari ladang minyak shale AS mencegah reli harga.

Setelah selama dua bulan harga minyak mentah merangkak naik, pada pertengahan Maret ini minyak kembali ambruk. Brent masih menampilkan sedikit pertahanan, tetapi patokan harga WTI terjun ke level terendah dalam enam tahun. Negara-negara produsen minyak mungkin berpikir bahwa mereka sudah lolos dari bahaya, tetapi level produksi tinggi dari ladang minyak shale AS mencegah reli harga. Ke depan, berikut kondisi terkini yang akan mempengaruhi supply dan demand minyak dunia.


Harga Minyak DuniaHarga Minyak Dunia WTI dan Brent (Per Barel) Dalam Periode Satu Tahun Yang Berakhir Pada 17 Maret 2015

Tangki-tangki penyimpanan minyak di AS sudah mulai penuh. Banyak kilang minyak melakukan pemeliharaan (maintenance) di musim Semi, sehingga memaksa pengebor untuk menaruh minyak mentah di penyimpanan selama beberapa minggu. Di sisi lain, konsumen AS mulai mengkonsumsi lebih banyak minyak karena harga yang murah, dan permintaan yang meningkat ini bisa menyerap kelebihan minyak di pasar. Pada akhirnya, produksi minyak yang selama ini menolak untuk turun dan menyebabkan suplai berlebihan, bisa jadi akan mulai berkurang. Dengan kata lain, penuhnya tangki penyimpanan minyak ini kemungkinan takkan bertahan lama.

Meski demikian, aksi jual sedang berlangsung. Ini menyediakan peluang menarik bagi pemerintah AS yang direncanakan akan membeli 5 juta barel minyak bagi Cadangan Minyak Strategis (Strategic Petroleum Reserve/SPR). Pada Maret 2014, pemerintah AS telah menjual 5 juta barel dari SPR, yang tentunya didorong oleh fakta bahwa saat itu harga minyak lebih dari 100 USD per barel. Namun berdasarkan undang-undang, Departemen Energi AS diharuskan mengisi kembali cadangan yang berkurang karena penjualan tersebut, dalam waktu 12 bulan. Seiring dengan mendekatnya deadline, Departemen Energi telah mengumumkan rencana untuk membeli 5 juta barel guna melengkapi SPR. Ini jelas menguntungkan AS. Dengan harga minyak saat ini sudah setengah dari harga minyak 12 bulan yang lalu, maka pemerintah AS bisa mengisi kembali SPR dengan biaya setengahnya.

Harga minyak murah bagus bagi pemerintah, tetapi tak begitu bagus bagi perusahaan-perusahaan minyak. Raksasa minyak Italia ENI merupakan perusahaan multinasional pertama yang memangkas dividen-nya akibat harga rendah dan menunda rencana buy-back saham-nya. Langkah tersebut tidak disambut baik oleh investor hingga saham ENI di NYSE jatuh nyaris 5%. Namun CEO Claudio Descalzi berdalih bahwa ia "membangun ENI yang lebih kuat dan mampu menghadapi periode harga minyak murah". Dividen telah lama diprioritaskan oleh perusahaan-perusahaan minyak, sehingga banyak diantaranya yang memilih untuk memangkas pengeluaran modal (capital spending) daripada mengusik dividen. Langkah ENI yang menyimpang dari trend didasarkan pada alasan bahwa perusahaan akan lebih kokoh setelah dividen dikurangi. Descalzi menekankan, perusahananya akan "kuat" meski harga tetap berada pada 60 USD per barel atau lebih dari itu. Saat ini masih belum diketahui hingga berapa lama harga minyak akan tertekan, dan apakah perusahaan minyak besar lainnya akan mencapai kesimpulan yang sama dengan ENI.

OPEC telah merilis laporan minyak bulanannya pada 16 Maret, dimana mereka mengatakan produksi minyak Shale Amerika Utara akan menghadapi kontraksi pada akhir tahun ini. Namun kartel minyak dunia tersebut juga memproyeksikan penurunan produksi pada bulan ini, karena Libya, Iraq, dan Nigeria terus bergumul dengan kekerasan dan murahnya harga minyak. Libya, khususnya, tengah menghadapi krisis. Spanyol telah mengangkat isu kemungkinan embargo Uni Eropa terhadap minyak Libya jika kedua faksi politik yang berseteru disana tidak juga mencapai kesepakatan damai. Memutus jantung ekonomi Libya jelas merupakan cara cepat untuk menghentikan perseteruan, tetapi juga nampak bahwa Uni Eropa makin tidak sabar dengan konflik di tetangga seberang Mediterania-nya.

Sementara itu, meski kita acap berbincang tentang harga minyak, sebenarnya harga gas alam juga cukup penting. Persediaan gas alam di AS saat ini berada diatas rata-rata lima tahun untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun. Hasilnya, harga gas alam tidak melonjak pada musim Dingin kemarin meski Boston mengalami hujan salju berat dan tahun lalu harga melejit di periode yang sama. Kini, setelah musim dingin berlalu, konsumsi gas alam akan berkurang. Alhasil harga gas alam untuk pengiriman bulan depan jatuh ke 2.70 USD pada tanggal 16 Maret, level terendah dalam tiga tahun. Harga gas alam yang rendah akan memperlambat kenaikan tarif listrik, tetapi hal yang sama kemungkinan juga akan memukul perusahaan minyak yang sudah menderita akibat jatuhnya harga minyak dunia.

 



Diadaptasi dari "Oil Crashes A Second Time -What's Next?" oleh Evan Kelly dari OilPrice.com

Arsip Analisa By : Aisha
226121
Penulis

Aisha telah melanglang buana di dunia perbrokeran selama nyaris 10 tahun sebagai Copywriter. Saat ini aktif sebagai trader sekaligus penulis paruh waktu di Seputarforex, secara khusus membahas topik-topik seputar broker dan layanan trading terkini.