EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.280   |   GBP/USD 1.245   |   AUD/USD 0.644   |   Gold 2,368.46/oz   |   Silver 28.45/oz   |   Wall Street 37,753.31   |   Nasdaq 15,683.37   |   IDX 7,149.97   |   Bitcoin 61,276.69   |   Ethereum 2,984.73   |   Litecoin 80.17   |   PT XL Axiata Tbk (EXCL) mencatat peningkatan trafik penggunaan data sebesar 16% sepanjang masa libur Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 2024, 55 menit lalu, #Saham Indonesia   |   Saham-saham di Wall Street AS ditutup lebih rendah pada hari Rabu karena harga minyak mentah anjlok dan investor mempertimbangkan komentar The Fed, 56 menit lalu, #Saham AS   |   RUPST emiten batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) akan dilaksanakan pada 15 Mei 2024, 56 menit lalu, #Saham Indonesia   |   Perusahaan pemasaran digital Ibotta yang didukung oleh Walmart, kemungkinan akan mengumpulkan dana sebesar $577.3 juta dengan valuasi $2.67 miliar, setelah menetapkan harga penawaran saham perdananya pada hari Rabu, 1 jam lalu, #Saham Indonesia

Indeks Dolar: Merosot Nyaris 1 Persen, Support Minor Masih Bertahan

Penulis

Outlook Daily Dolar cenderung negatif setelah DXY turun di bawah kurva DMA-30 dan berakhir melemah 0.98 persen di sepanjang pekan.

Beberapa hal menarik, baik itu secara teknikal maupun fundamental, terjadi pekan lalu. Greenback berada di bawah tekanan versus mata uang utama lainnya selama 3 hari beruntun, tapi sempat berupaya recovery pada perdagangan Kamis (22/10). Hal itu menyusul keraguan pasar terhadap prospek stimulus fiskal AS yang semula dikabarkan berpeluang ditetapkan sebelum pemilu.

Namun, recovery tersebut tak mampu berlanjut pada perdagangan Jumat (23/10). Sehingga, Greenback tampil sebagai mata uang utama dengan kinerja terburuk di sepanjang pekan, dengan Indeks Dolar (DXY) melemah hingga 0.98 persen.

Mata uang Euro yang mengambil porsi terbanyak dari pengukuran DXY, tentu saja mendapatkan keuntungan dari kondisi itu. Namun, banyak analis Barat yang masih meragukan ketangguhannya, di tengah kekhawatiran risiko double-dip menyusul berlakunya pembatasan sosial yang lebih ketat guna mengatasi gelombang kedua COVID-19.

PMI Zona Euro untuk periode Oktober menambahkan risiko itu dengan menunjukkan perbedaan indeks aktivitas bisnis di sektor jasa dan manufaktur. Investor juga masih terus mencermati negosiasi hubungan dagang pasca-Brexit antara Inggris dengan Uni Eropa. Sehingga, outlook mata uang utama tampaknya masih bisa beragam di minggu terakhir bulan Oktober.

 

Outlook Teknikal Indeks Dolar

Pada grafik Daily di bawah ini, batas atas lintasan Descending Channel yang mencerminkan downtrend sejak Maret 2020, masih utuh. Outlook jangka pendek cenderung negatif setelah DXY merosot di bawah kurva DMA-30 (Daily Moving Average periode 30). Bias itu juga didukung indikator RSI yang parkir di teritori negatif hingga penutupan perdagangan akhir pekan. Namun jika kita mengamati sedikit lebih cermat, support minor di kisaran 92.50 sejauh ini mampu membatasi pelemahan DXY.

DXY 2020-10-25

Area itu (kisaran 92.50) menjadi fokus dalam beberapa hari ke depan. Jika tetap bertahan, kita akan melihat DXY sekali lagi berupaya naik menembus kurva DMA-30, yang sekaligus berisiko breakout dari lintasan channel.

Namun jika sentimen risk-on kembali memicu aksi jual Dolar AS, maka ancaman terhadap Low 20 September (level 91.75) menjadi kian terbuka. Penurunan dan akselerasi di bawah level itu berpotensi membuka jalan menjangkau level psikologis jangka menengah 90.00, untuk berhadapan dengan support kritis jangka panjang 88.25 (Low Februari 2018).

Download Seputarforex App

Arsip Analisa By : Buge Satrio
294485
Penulis

Buge Satrio Lelono memiliki latar belakang pendidikan IT dan mengenal forex sejak tahun 2003 ketika platform Metatrader masih versi 3. Setelah berlatih di akun demo selama beberapa tahun dan mencoba berbagai teknik trading, Buge menekuni forex secara full-time sejak awal 2014. Kini aktif trading mengandalkan pengamatan Price Action, Ichimoku Kinko-hyo, Trading Plan, dan pengendalian risiko tak lebih dari 1 persen.