EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,317.32/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,150.12   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 2 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 2 jam lalu, #Saham AS

Saham ROTI Tetap Enak

Penulis

Siapa yang tidak kenal 'Sari Roti'? Dan siapa yang tidak suka dengan makanan yang satu ini. Ya. Roti 'Sari Roti' memang begitu populer di masyarakat. Roti 'Sari Roti' juga dengan mudah kita jumpai di gerai-gerai apapun dimanapun. Bukan hanya di Jawa. Ketika kita sedang jalan-jalan ke Makassar, kita bisa dengan mudah menjumpai merek 'Sari Roti'. Dan juga ketika kita ada di Medan, kita pun tidak kesulitan untuk mendapatkan makanan lezat yang satu ini.

bisnis roti tetap enakSiapa yang tidak kenal 'Sari Roti'? Dan siapa yang tidak suka dengan makanan yang satu ini. Ya. Roti 'Sari Roti' memang begitu populer di masyarakat. Roti 'Sari Roti' juga dengan mudah kita jumpai di gerai-gerai apapun dimanapun. Bukan hanya di Jawa. Ketika kita sedang jalan-jalan ke Makassar, kita bisa dengan mudah menjumpai merek 'Sari Roti'. Dan juga ketika kita ada di Medan, kita pun tidak kesulitan untuk mendapatkan makanan lezat yang satu ini.

 

Siapa Dibalik 'Sari Roti'?

Sari Roti merupakan merek dagang dari PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk (Kode: ROTI). Di Indonesia, PT Nippon Indosari Corpindo sudah berdiri sejak tahun 1995. Dimulai dari satu pabrik produksi roti yang berlokasi di Cikarang, kini perseroan mengoperasikan pabrik produksi roti di berbagai tempat. Mulai dari Pasuruan, Medan, Palembang, Cibitung, Semarang hingga Makasar. Dengan fokus menggarap pasar roti, kue dan jenis roti lainnya, bisnis perseroan makin mantap berkembang hingga di tahun 2010 perseroan berhasil mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia.

Sejak menjadi perusahaan publik, aset perseroan berkembang pesat. Di tahun 2013 saja aset perseroan sebesar 1,8 Trilyun. Jika dibandingkan dengan sebelum IPO atau tahun 2009, aset perseroan telah naik 425%. Tahun 2009 aset perseroan hanya sebesar 346 Milyar. Ini berarti, tiap tahun perseroan dapat meningkatkan aset rata-rata sebesar 52%.

Peningkatan aset perseroan lebih banyak dihasilkan dari peningkatan jumlah aset tetapnya. Memang, jika melihat beberapa tahun belakangan ini, fokus ekspansi perseroan adalah untuk memperbesar kapasitas produksi dengan membuat pabrik baru atau pun menambah lagi mesin produksi. Seperti pada tahun 2011, perseroan membangun pabrik di Semarang, Medan dan Cibitung. Serta tahun 2012 membangun dua pabrik lagi yang berlokasi di Palembang dan Makasar. Jadi, wajar saja jika aset tetap naik signifikan.

Langkah perseroan dalam fokus ekspansi memperbesar kapasitas produksi tersebut sangatlah tepat. Di tahun 2013 berhasil menaikkan pendapatan sebesar 1,5 Trilyun. Angka ini naik 210% dari tahun 2009. Atau jika dilihat per tahun, pendapatan perseroan naik rata-rata sebesar 33% tiap tahunnya.

Sebelum menjadi perusahaan publik, perseroan tadinya hanya memiliki tiga pabrik produksi, yaitu pabrik pertama yang berlokasi di Cikarang, pabrik kedua di Pasuruan, dan pabrik ketiga di Cikarang. Sampai tahun 2010, ketiga pabrik tersebut memberikan kontribusi pendapatan sebesar 612 Milyar ke Perseroan. Kontribusi pendapatan perseroan lebih banyak disumbangkan dari dua pabrik yang berlokasi di Cikarang, yaitu sebesar 75% dari total pendapatan perseroan. Sedangkan 25% dihasilkan dari pabrik perseroan yang berlokasi di Pasuruan, Jawa Timur.

ekspansi sari roti 2011 - 2013

Ekspansi Sari Roti 2011-2013

Agresifitas ekspansi perseroan yang dimulai pasca menjadi perusahaan publik, membuahkan hasil. Tahun 2011, dua pabrik baru yang berlokasi di Medan dan Semarang mulai memberikan kontribusi terhadap penjualan perseroan. Di awal tahun mulai dioperasikannya pabrik di Semarang dan Medan, dua pabrik tersebut dapat memberikan pendapatan masing - masing sebesar 62 Milyar dan 19 Milyar. Dan hingga sekarang, pabrik di Semarang dapat memberikan pendapatan sebesar 150 Milyar, sedangkan di Medan menghasilkan pendapatan 92 Milyar.

Dengan adanya dua pabrik baru tersebut, pendapatan perseroan kini tidak terlalu bergantung pada dua pabrik di Cikarang. Hingga tahun 2013, pabrik produksi di Semarang mampu memberikan kontribusi pendapatan sebesar 10% dari pendapatan perseroan. Dan pabrik produksi di Medan berkontribusi sebanyak 6% dari pendapatan total perusahaan.

Selain pabrik produksi Semarang dan Medan yang mulai menghasilkan pendapatan, Tahun 2013 pabrik yang dibangun di Makasar dan Palembang juga mulai ikut mendistribusikan pendapatan bagi perseroan. Tercatat, pabrik produksi palembang mampu memberikan 37 Milyar dan pabrik produksi Makasar sebesar 25 Milyar.

Meskipun tahun 2013 perseroan mendapatkan tambahan pendapatan dari pabrik produksi di Palembang dan Makasar, kinerja sepanjang tahun 2013 kurang begitu bersinar seperti tahun-tahun sebelumnya.

Misalnya saja pendapatan perseroan yang hanya tumbuh 26%. Jika dibandingkan dua tahun sebelumnya, pertumbuhan pendapatan tahun 2013 perseroan lebih rendah. Di tahun 2011, pendapatan perseroan meningkat 33% sedangkan ditahun 2012 tumbuh 46%.

Perlambatan pertumbuhan pendapatan perseroan juga berimbas pada melambatnya laba bersih yang didapatkan. Tahun 2013, laba bersih yang berhasil didapat perseroan hanya sebesar 6%. Berbeda dengan tahun 2012 yang pertumbuhan laba bersihnya mencapai 29%.

Sebab perlambatan pertumbuhan laba bersih perseroan selain karena pertumbuhan pendapatan yang juga melambat, juga karena beban operasional perseroan yang meningkat. Sebagai catatan, jika ditahun sebelumnya rata-rata net profit margin perseroan mencapai 14%, tahun 2014 hanya sebesar 10%. Persentase ini menunjukan bahwa, beban operasional yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha perseroan naik signifikan. Sehingga, laba yang didapat perseroan menipis. Seperti diketahui, net profit margin rata-rata perseroan sebelum tahun 2013 berkisar 14%.

 

Target Dan Strategi Sari Roti 2014

Meskipun kinerja tahun 2013 sedikit melambat, Ekspansi perseroan terus berlanjut, yaitu dengan membangun dua pabrik baru di Purwakarta dan Cikande. Dan direncanakan, tahun 2014 kedua pabrik tersebut sudah dapat beroperasi. Jika ditahun 2014 pabrik baru perseroan benar-benar beroperasi, maka total pabrik produksi perseroan yang beroperasi sebanyak 10 pabrik produksi. Dengan beroperasinya 10 pabrik produksi tersebut, bukan tidak mungkin target produksi 4 juta pcs per hari dapat dicapai tahun ini.

Dengan target produksi 4 juta pcs per hari, perseroan menargetkan pendapatan yang dapat dicapai perseroan sebanyak 1,8 Trilyun. Artinya, target kenaikan pendapatan realistis perseroan sebesar 20%. Secara matematis, jika perseroan mampu menjaga net profit margin sebesar 14%, maka laba bersih yang dicetak bisa mencapai 252 Milyar, atau naik 59% dari tahun 2013.

Target pendapatan 1,8 Trilyun atau naik 20% dari tahun sebelumnya bukan hal yang sulit dicapai. Hal ini dikarenakan sejak awal tahun 2014, perseroan masih agresif melakukan ekspansi. Tahun ini rencananya ada lima produk baru yang siap jual di pasar, yaitu roti isi piscok, roti sisir mentega, roti sandwich srikaya pandan, dorayaki dan roti mini bun.

Tiga produk sudah diluncurkan perusahaan, yakni roti isi pisang cokelat, roti sisir mentega, roti sandwich srikaya pandan. Sedangkan dorayaki dan roti mini bun secepatnya akan dijual di pasaran. Sehingga, dari penjualan varian terbaru tersebut, diharapkan target kenaikan pendapatan 20% bisa terealisasi.

Melihat dari permasalahan tahun 2013, yaitu beban operasional yang meningkat signifikan sehingga net profit margin perseroan tergerus, tahun 2014 sepertinya bisa di atasi perseroan. Fluktuasi nilai kurs misalnya. Kurs memang tidak bisa diabaikan. Mengingat, bahan baku perseroan yang dipakai yaitu tepung terigu didapatkan dengan jalan impor. Tahun 2013, nilai kurs rupiah cenderung melemah. Sehingga wajar saja jika untuk mendapatkan bahan baku, perseroan harus membeli lebih mahal. Tetapi tahun 2014, nilai kurs rupiah cenderung lebih stabil. Sehingga, masalah kurs lebih mudah mengatasinya.

Selain kurs yang sudah stabil, langkah perseroan menunda pembangunan pabrik tahun ini juga bisa meringankan beban operasional perseroan, terutama dari sisi biaya tenaga kerja. Sehingga, bisa menekan beban perseroan.

Kenaikan suku bunga yang terjadi ditahun 2013 juga ikut mengikis net profit margin perseroan. Hingga kuartal kedua tahun 2014, suku bunga acuan masih belum juga diturunkan. Namun perseroan memiliki upaya untuk mengatasi masalah suku bunga tersebut. Langkah itu adalah menurunkan persentase dividen yang dibagikan. Tahun 2014 perseroan hanya membagikan 10% dari laba bersih. Persentase ini lebih rendah jika dibandingkan tahun kemarin yaitu sebesar 25%.

Dengan membagikan hanya 10% laba bersih untuk dividen, perseroan masih menyimpan 90% laba bersih. Sehingga, dana tersebut bisa masuk sebagai saldo laba, atau masuk ke dalam ekuitas. Dana tersebut sewaktu-waktu bisa perseroan gunakan sebagai modal kerja. Jika perseroan melakukan ekspansi, dan dana yang digukanan berasal dari ekuitas sendiri, maka perseroan tidak perlu membayar bunga bank. Beban operasional perusahaan bisa ditekan dan perseroan lebih efisien.

 

Prospek Sari Roti Ke Depan

Dengan berbagai cara untuk menekan beban operasional tersebut, maka bukan tidak mungkin net margin perseroan bisa meningkat sampai 14%. Secara bisnis, usaha perseroan sangat menarik sebagai alternatif investasi. Namun, bagaimana dengan posisi harga saham perseroan di pasar? Menarikkah?

Mulanya, seperti yang sudah penulis singgung diatas, jika net profit margin tahun lalu perseroan hanya sebesar 10%. Artinya, hanya 10% pendapatan yang bisa dikonversikan sebagai laba perseroan. Dan 90% digunakan untuk membayar beban perusahan. Namun untuk saham sektor consumer, margin 10% dirasa masih besar dan perusahaan dinilai masih menarik untuk investasi.

Melambatnya pertumbuhan laba bersih perseroan berdampak pada menurunnya rasio RoA dan RoE perseroan. Rasio RoA perseroan turun menjadi 9% sedangkan rasio RoE masih turun tetapi dikisaran 20%.

Sepanjang tahun 2013, stock performance terlihat kurang begitu menarik. Sampai akhir tahun, saham perseroan turun 26%. Dengan penurunan harga saham tersebut, PER dan PBV perseroan juga ikut turun.

Dengan menggunakan close price 17 April 2013, yaitu diharga 1.130, PER perseroan sebanyak 36,2 kali dan PBV sebesar 7,3 kali. Melihat PER dan PBV sebesar itu, bagi penulis saham perseroan sudah sangat mahal. Meskipun begitu, penulis merasa wajar saja jika saham perseroan dihargai setinggi itu. Dengan ekspansi yang agresif, peluang pasar yang masih besar terbuka dan kinerja keuangan yang bagus tidak ada investor yang tidak tergiur. Sehingga, wajar saja jika harganya setinggi itu. Apalagi, rata-rata laba per saham tumbuh 26% per tahun.

Anda tertarik berinvestasi di ROTI?
Selamat berinvestasi.

Arsip Analisa By : Royan Aziz
175110
Penulis

Alumni jurusan Manajemen Universitas Negeri Semarang yang aktif di bidang saham sejak masa kuliah. Royan berfokus pada analisa fundamental dalam memilih investasi potensial, khususnya valuasi emiten.