EUR/USD 1.082   |   USD/JPY 151.420   |   GBP/USD 1.263   |   AUD/USD 0.653   |   Gold 2,188.79/oz   |   Silver 24.68/oz   |   Wall Street 39,760.08   |   Nasdaq 16,399.52   |   IDX 7,264.07   |   Bitcoin 69,455.34   |   Ethereum 3,500.12   |   Litecoin 93.68   |   BEI tengah merancang aturan tentang Liquidity Provider atau penyedia likuiditas untuk meningkatkan transaksi pada saham-saham di papan pemantauan khusus, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) meraup pendapatan usaha sebesar $1.70 miliar pada tahun 2023, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) siap memasok 120,000 ton semen curah dalam satu tahun untuk memenuhi kebutuhan semen di proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.1% menjadi 5,304, sementara Nasdaq 100 turun 0.1% menjadi 18,485 pada pukul 19:16 ET (23:16 GMT). Dow Jones turun 0.1% menjadi 40,119, 5 jam lalu, #Saham Indonesia

Spesial Reportase Seputarforex: Proyeksi WTI Crude Oil Tahun 2018

Penulis

WTI Crude Oil bertahan di atas USD60 pada awal tahun baru setelah meningkat pesat pada 2017. Namun, apakah momentum ini bisa dipertahankan hingga tahun 2018?

Prakiraan Fundamental WTI/USD 2018

Sepanjang tahun 2017, komoditas Minyak mengakhiri tahun 2017 dengan kenaikan sebesar lebih dari 11 persen. WTI melampaui ambang USD60 pada Jumat pagi (29/Desember) dan masih mempertahankan posisi tertingginya sejak pertengahan tahun 2015 tersebut hingga awal tahun baru ini. Namun, apakah momentum ini bisa dipertahankan hingga tahun 2018?

Di paruh pertama tahun 2017, kesepakatan pemangkasan output yang dijalankan OPEC dan beberapa negara produsen minyak lainnya, nampak tak berefek besar dan harga sempat goyah beberapa bulan. Namun, memasuki pertengahan tahun, harga Minyak mulai menggeliat, ditandai oleh kembalinya gejolak geopolitik di pasar. Berbagai ketegangan di Timur Tengah serta kerusakan sejumlah jalur pipa minyak turut berkontribusi dalam kenaikan harga Minyak, meskipun produksi minyak Shale AS perlahan meningkat.

Kesepakatan pemangkasan output OPEC dijadwalkan berlangsung hingga akhir tahun 2018, dan hal ini akan menopang harga Minyak. Akan tetapi, sejumlah faktor bisa kembali mematahkan reli, yaitu:

  1. Presiden Donald Trump mencabut aturan mengenai standardisasi fracking (proses penambangan minyak Shale) di lahan milik publik yang sebelumnya dicanangkan oleh Obama. Ini akan mendorong produksi AS makin tinggi, barangkali hingga setara output Saudi dan Rusia; sehingga bearish bagi Minyak, khususnya WTI Crude.
  2. Rusia mulai melirik potensi migas Shale, dan telah ditemukan sumber berjumlah besar di Siberia Barat yang diperkirakan merupakan formasi Shale terbesar di dunia. Kemungkinan output Shale Rusia baru akan banjir ke pasar di tahun 2020, tetapi ini menutup kemungkinan bullish-nya Minyak lantaran penutupan tambang-tambang tua.
  3. Krisis berkelanjutan di Venezuela dapat terus menekan output dan ekspor minyaknya, karena negara kehilangan daya untuk mengelola sumber daya tersebut.

Di sisi lain, ada pula hal-hal yang akan mencegah penurunan harga Minyak secara drastis. Diantaranya:

  1. Kesepakatan pemangkasan output antara OPEC, Rusia, dan sejumlah negara produsen lain.
  2. Arab Saudi berkepentingan untuk menjaga harga Minyak tinggi pada saat IPO Aramco. BUMN Migas milik keluarga kerajaan Saudi itu dijadwalkan go public di beberapa bursa saham pada pertengahan tahun 2018.
  3. Konflik bersenjata yang berulangkali meletus di negara-negara penghasil minyak yang berdomisili di benua Afrika. Hal ini berakibat pada kerusakan infrastruktur migas dan penurunan output minyak yang bersifat sementara, tetapi frekuensi kejadian cukup tinggi.

 

Prakiraan Teknikal WTI/USD Tahun 2018

Prakiraan Teknikal USD/WTI 2018 : Sideways berujung bearish.

  • Chart USD/WTI bulanan saat ini terlihat harga minyak akan mengalami koreksi panjang akibat mendekati batas resisten pola RISING WEDGE bulanan, namun akan ada perlawanan buyer yang akan menyundul kembali resisten tersebut.
  • Hingga menunggu momen saat penguatan dolar kembali (bisa terjadi saat rate hike USD bergema kembali), momen ini kami proyeksikan akan menumbangkan harga minyak menembus support pola RISING WEDGE bulanan tersebut, bahkan bisa jadi ke titik terendah terdekat.
  • Dari chart bulanan ini bisa jadi tahun 2018 ini harga minyak akan retest kembali ke area 45.00 bahkan tahun depan 2019 bisa ke area 35.00.

 

Spesial Reportase Seputarforex Akhir

Selamat berdagang dan selamat tahun baru 2018, gunakan manajemen modal untuk perdagangan yang bagus. Saya menggunakan MM 2-5% dari modal untuk setiap transaksi di perdagangan forex, bisa menggunakan kalkulator MM agar tidak over lot, klik disini.


 

*Penulis adalah expert analis forex, komoditi, dan saham, juga seorang trainer manager sebuah institusi keuangan. Pengalaman trading lebih dari 12 tahun bermacam pair dengan beberapa insider FX, selain itu juga sebagai seorang pembicara dan pelaku dunia FX.

Arsip Analisa By : Ahmed Sar
281697
Penulis

Ahmed Sar adalah expert analis forex, komoditi, dan saham, juga seorang trainer manager di sebuah institusi keuangan. Ahmed berpengalaman trading sejak tahun 2004 pada bermacam pair dengan beberapa insider FX, dan hingga kini masih aktif sebagai Trend-Trader. Strategi trading yang digunakan berbasis Quantitative Trend.