EUR/USD 1.066   |   USD/JPY 154.790   |   GBP/USD 1.235   |   AUD/USD 0.646   |   Gold 2,305.51/oz   |   Silver 26.89/oz   |   Wall Street 38,239.98   |   Nasdaq 15,451.31   |   IDX 7,116.76   |   Bitcoin 66,837.68   |   Ethereum 3,201.65   |   Litecoin 85.47   |   PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) pada kuartal I/2024 meraup pendapatan senilai $73.82 juta, menyusut 15.96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) akan menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) hari ini, guna memberikan keputusan pembagian dividen serta pengangkatan direksi baru, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Waskita Karya (WSKT) kembali memenangkan gugatan permohonan PKPU yang dilayangkan kedua kalinya oleh emiten keluarga Jusuf Kalla, Bukaka (BUKK), 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) melesat 20% seiring rencana perseroan melakukan kuasi reorganisasi untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham, 3 jam lalu, #Saham Indonesia

Ulasan Saham 21 November: Menu Trading Saham Hari Ini

Penulis

Kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global menyeret seluruh indeks saham tak terkecuali di Indonesia. Sampai kapan hal ini akan berlangsung?

IHSG View

Ulasan Saham 21 November: Menu Trading

Jakarta Composite Index Snapshot

Seperti yang sudah diprediksi sebelumya, laju kuat IHSG akhirnya terhenti kemarin Senin (19/11). IHSG ditutup melemah 0.17% di level 6,005. Hal ini cukup wajar, karena sebelum meyentuh level tertingginya kembali, indeks harus kembali turun untuk sementara waktu. Dengan tidak adanya data penting makro, justru pelemahan indeks yang hanya -0.1% menjadi pertanyaan, apakah indeks sudah cukup kuat untuk membuat resistance breakout, atau apakah ini hanyalah false signal yang kemudian membawa indeks kembali turun? We’ll see.

Beberapa sektor yang berkontribusi pada penurunan IHSG adalah:

  1. Industri Dasar: -1.7%
  2. Pertanian: -1.45%
  3. Infrastruktur: -2.09%

 

Macro View

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan alias 7-Days Reverse Repo Rate (7-DRRR), sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6% di bulan November 2018. Di tengah tren kenaikan suku bunga tersebut, BI akan memangkas Outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2019. Hal ini merupakan konsekuensi dari kebijakan BI yang mengerek suku bunga demi mencegah pelebaran defisit transaksi berjalan.

 

Komentar: Perlambatan Ekonomi Global, Harga Minyak Konsolidasi

Pasar saham menghadapi ketidakpastian untuk jangka panjang, hal ini setelah The Fed mengemukakan perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang akan terjadi di tahun depan (2019), sejalan dengan proyeksi dari World Bank dan IMF sebelumnya. Perlambatan ekonomi akan menggerus pendapatan perusahaan, sehingga pada akhirnya laba perusahaan diproyeksi turun. Valuasi yang mahal dan cenderung premium akan membuat pasar saham terkoreksi.

Menurut pengamatan kami, tahun 2019 akan cukup menarik, karena kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah di tahun ini akan sangat tercermin di tahun depan. Risiko perlambatan ekonomi global masih akan menarik dari sisi real gdp growth bagi Indonesia. Jadi intinya, pasar saham Indonesia tetap menjadi destinasi yang menarik bagi investor asing. Namun demikian, hal itu juga bergantung pada timing kondisi global. Kami estimasi, akhir kuartal-II 2019 menjadi awal dari bullish untuk IHSG.

Di sisi lain, harga minyak masih bergerak di rentang $52-54/barel sejauh ini, jatuh dari level tertinggi di tahun ini yang mencapai $76/barel.

 

Teknikal

secara teknikal, MACD saat ini masih condong naik, tapi RSI sudah jenuh beli. Hal ini menandakan sinyal konsolidasi. Koreksi level MA5 (5,955) akan menjadi support awal bagi indeks, yang memang kembali menjauh dari potensi break atas MA200. Uji support awal akan menjadi cukup krusial untuk melihat arah tren indeks selanjutnya.

Range IHSG: 5,935-6,000

Prediksi: Bearish

 

Saham-Saham Pilihan

1. EXCL (XL Axiata)

Last Price: 2,190

Konsolidasi berlanjut, tapi harga perlahan mulai membentuk higher high support. MACD Golden Cross, dengan RSI dan Stochastics berada di area jenuh jual. Harga akan mendekati area MA20.

Action: Trading Buy

  • TP: 2,280 dan 2,350
  • Support: 2,180
  • Cutloss: 2,120
  • Area Buy: 2.180-2,200

 

2. MNCN (Media Nusantara Citra)

Last Price: 790

Membentuk higher high support sejak bulan Oktober lalu, MA5 di MNCN berpotensi untuk memotong ke atas MA20 dan MA50. Harga berada di middle band secara Bollinger Bands.

Action: Sell on Strength

  • TP: 825 dan 850
  • Support: 760
  • Cutloss: 725
  • Area Buy: 765-775

 

3. ASII (Astra Internasional)

Last Price: 8,500

Menarik menunggu koreksi jangka pendek ASII. RSI dan Stochastic terkonfirmasi jenuh beli, tapi jika harga mampu bertahan di atas MA5, maka terbuka peluang bagi ASII untuk kembali menguat. Apabila terjadi breakdown MA5, sebaiknya tunggu harga mendekati level 8,100-an.

Action: Buy on Weakness

  • TP: 8,650 dan 8,750
  • Support: 8,150
  • Cutloss: 8,000
  • Area Buy: 8,150-8,200

 

4. TLKM (Telekomunikasi Indonesia)

Last Price: 3,950

Sama seperti ASII, TLKM masih menunggu koreksi konsolidasi. Jika harga mampu bertahan di atas MA20, maka area tersebut dapat digunakan sebagai entri poin buy. Saat ini, harga masih berada di atas MA5, dengan posisi MA5>MA50. Sementara itu, RSI dan Stochastic terkoreksi dari area jenuh beli sebelumnya.

Action: Buy on Weakness

  • TP: 4,020 dan 4,100
  • Support: 3,850
  • Cutloss: 3,750
  • Area Buy: 3,860-3,870

Arsip Analisa By : Aditya Putra
286258
Penulis

Aditya Putra telah aktif di dunia saham selama lebih dari 6 tahun dan hingga saat ini masih menjadi seorang Equity Analyst di perusahaan sekuritas. Aditya menyukai Value Investing, selalu berhasrat menemukan Hidden Gems di saham-saham Small Caps Indonesia, dan terus mengamati saham-saham yang salah harga.