EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,317.32/oz   |   Silver 27.31/oz   |   Wall Street 38,460.92   |   Nasdaq 15,712.75   |   IDX 7,152.42   |   Bitcoin 64,276.90   |   Ethereum 3,139.81   |   Litecoin 83.16   |   Nilai kontrak baru PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) mencatatkan pertumbuhan sekitar 20,10% secara tahunan menjadi Rp4.9 triliun pada kuartal I/2024, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT) menetapkan pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp28.84 miliar, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Saham Meta Platforms Inc (NASDAQ: META) turun tajam sebesar 15.3% menjadi $417.83, mendekati level terendah dalam tiga bulan terakhir, 2 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 turun 0.6% menjadi 5,075, sementara Nasdaq 100 turun 1.1% menjadi 17,460 pada pukul 19.49 ET (23.49 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 38,591, 2 jam lalu, #Saham AS

Update Pasar Saham Dan Ekonomi: Be Careful Investor!

Penulis

Tulisan ini sejatinya akan saya rilis minggu lalu, setelah saya mengamati ada 'sesuatu' yang akan terjadi pada ekonomi dan pasar saham di Indonesia. Sejak terakhir IHSG sell-off medio 27-28 April lalu, hingga saat ini investor asing masih terus melakukan aksi jual.

Tulisan ini sejatinya akan saya rilis minggu lalu, setelah saya mengamati ada ‘sesuatu’ yang akan terjadi pada ekonomi dan pasar saham di Indonesia. Sejak terakhir IHSG sell-off medio 27-28 April lalu, hingga saat ini investor asing masih terus melakukan aksi jual, posisi IHSG juga belum kembali ke level asalnya (5,400-an). Trader, investor, ekonom, analis saham, di awal tahun memberikan angka yang optimis terhadap IHSG, (termasuk saya sendiri) namun saat ini saya harus realistis bahwa angka tidak dapat dibohongi.

Update Pasar Saham Dan Ekonomi: Be Careful

Apa yang terjadi dengan pasar saham Indonesia? Benarkah ketakutan akan koreksi dalam kembali terjadi pada bursa saham Indonesia? Saya akan memberikan gambaran disertai dengan data dan infografis untuk lebih memudahkannya..

Argumentasi yang berkembang saat ini keadaan ekonomi kita memang diliputi oleh ketidakpastian, (saya bukan orang yang pesimis) namun melihat realita yang ada saya melihat pemerintah berusaha mencetak sejarah dengan perubahan yang singkat namun mengorbankan kenyataan yang ada.

Ada beberapa sebab mengapa ekonomi Indonesia tidak berjalan dengan semesti-nya, pertama:
1). Belanja pemerintah yang turun
2). Konsumsi masyarakat rendah,
3). Kinerja ekspor-impor melambat.

Poin pertama adalah tentang belanja pemerintah yang turun, aneh, yaa memang aneh, Presiden Jokowi menegaskan dalam persentasi visi-misi di awal mencalonkan dirinya sebagai Presiden adalah membangun infrastruktur yang masif, dimulai dari pembangkit listrik 35,000MW, tol laut, pembangunan jalan, serta swasembada pangan, namun yang terjadi hambatan-hambatan riil masih kerap terjadi seperti: ketersediaan sumber energi, pendanaan proyek dan koordinasi antar BUMN, kesepakatan harga ganti rugi lahan yang bermasalah hingga irigasi yang bermasalah, total sebesar Rp 255 triliun akan digelontorkan oleh pemerintah untuk investasi awal.

Sejatinya permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah saat ini bukan hanya berasal dari fiskal namun juga berasal dari sisi moneter – (suku bunga – rupiah). Di saat pemerintah sedang membenahi dan memperbaiki sisi fiskal, di sisi lain pemerintah juga dituntut untuk ikut menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap US$. Hasilnya cukup carut marut, (04/06) lalu nilai tukar rupiah menyentuh level terendahnya sejak 1998 lalu di level Rp 13,288. Permasalahannya tidak sesederhana itu, berbicara mengenai sisi moneter, kita harus melihat 2(dua) sisi, yakni internal dan eksternal, bagaimana di domestik dan global, pertama, global – seperti diketahui (dalam penulisan artikel saya sebelumnya disebutkan masalah fed rate), dan ini terbukti, sesuai hukum ekonomi, penguatan mata uang dunia (USD) pasti akan melemahkan mata uang regional, mengapa US$ bisa menguat?

Pertama, ekonomi US terus membaik, orang-orang jadi ingin menukarkan mata uang selain US$ kedalam USD, permintaan yang meningkat membuat harga naik (hukum ekonomi), dan US$ dijadikan sebagai safe haven, lalu? Yaa, indikator-indikator ekonomi, baik dari aktivitas investasi, angkatan kerja dsb menunjukkan perbaikan, atas dasar itu pula The Fed berencana untuk menaikkan suku bunga acuannya (lihat grafik dbawah). Pelajaran yang saya dapat dulu di bangku kuliah menyebutkan begini, ketika suku bunga acuan di kerek naik, maka return investasi (imbal hasil) di suatu negara akan meningkat, - (sisi saving) – mendorong aliran dana keluar (capital outflow), kondisi ini jelas akan membawa struktur rupiah melemah dan memberikan pengaruh yang kuat terhadap rating investasi suatu negara.

Tingkat Suku Bunga AS

Update Pasar Saham Dan Ekonomi: Be Careful


Saya juga menemukan ini,

Update Pasar Saham Dan Ekonomi: Be Careful

Obligasi merupakan salah satu surat utang yang dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara yang biasanya di keluarkan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur yang dijalankan oleh suatu negara tersebut, dan memberi pemodal aset jangka panjang dengan yield tetap yang bebas resiko inflasi. Gagal bayar obligasi pernah terjadi pada pemerintahan Russia yang disebut krisis keuangan Russia, meskipun saya melihat ini bukan pertanda dari apa yang disebut dengan awal krisis keuangan Indonesia, namun umumnya investor global cukup was-was dengan outlook keuangan Indonesia saat ini.

Rupiah Terpuruk

Update Pasar Saham Dan Ekonomi: Be Careful

Jika kita mengambil data jangka pendek, dari tahun 2012-2015, pada dua tahun terakhir pertumbuhan ekonomi baru mengalami pertumbuhan yang signifikan pada kuartal terakhir di tahun tersebut, cukup masuk akal karena pemerintah sangat masif dan perusahaan-perusahaan berupaya untuk meningkatkan pendapatan mereka guna mencatatkan laba tahun berjalan yang positif. Berhasil tidaknya pertumbuhan ekonomi di kuartal terakhir tentunya juga dipengaruhi oleh poin-poin kebijakan penting yang dibuat pemerintah di kuartal sebelumnya, saat ini saya melihat ada benturan kebijakan antara Kementerian Keuangan dengan Bank Indonesia (fiskal–moneter).

Penurunan konsumsi masyarakat juga dirasakan turun, hal ini sejalan dengan kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok mengikuti inflasi yang menanjak.berkaca pada data historis dua tahun terakhir serta pencapaian di kuartal-I tahun ini yang hanya mencapai 4.71%, nampaknya sulit mengaharapkan pertumbuhan di atas 5%. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi sulit rasanya mengharapkan pertumbuhan di pasar modal. (Baca juga: Analisa Rupiah 8 - 12 Juni 2015)

Pertumbuhan Ekonomi Yang Menurun

Update Pasar Saham Dan Ekonomi: Be Careful

Jika kita mengambil data jangka pendek, dari tahun 2012-2015, pada 2(dua) tahun terakhir pertumbuhan ekonomi baru mengalami pertumbuhan yang signifikan pada kuartal terakhir di tahun tersebut, cukup masuk akal karena pemerintah sangat masif dan perusahaan-perusahaan berupaya untuk meningkatkan pendapatan mereka guna mencatatkan laba tahun berjalan yang positif. Berhasil tidaknya pertumbuhan ekonomi di kuartal terakhir tentunya juga dipengaruhi oleh poin-poin kebijakan penting yang dibuat pemerintah di kuartal sebelumnya, saat ini saya melihat ada benturan kebijakan antara kementrian keuangan dengan Bank Indonesia (fiskal–moneter).

Penurunan konsumsi masyarakat juga dirasakan turun, hal ini sejalan dengan kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok mengikuti inflasi yang menanjak.berkaca pada data historis 2(dua) tahun terakhir serta pencapaian di kuartal-I tahun ini yang hanya mencapai 4.71%, nampaknya sulit mengaharapkan pertumbuhan di atas 5%. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi sulit rasanya mengharapkan pertumbuhan di pasar modal.

Inflasi Tinggi

Update Pasar Saham Dan Ekonomi: Be Careful

Inflasi terus meningkat sejak awal tahun 2014 hingga saat ini, dimulai dari mekanisme pasar penetapan harga BBM yang dilakukan oleh kabinet ekonomi Jokowi tahun ini, dan depresiasi rupiah terhadap USD yang terus berlangsung sejatinya telah mengerek kenaikan tingkat inflasi di level yang tinggi. Terdepresiasinya rupiah membuat harga pangan impor naik 3%-5% di Indonesia, sedangkan kebutuhan pangan nasional masih banyak yang mengimpor, seperti jagung, daging sapi, kedelai, tahu-tempe, dll. Dengan meningkatnya harga pangan di dalam negri otomatis tingkat inflasi juga akan kembali meningkat.

Pengeluaran Pemerintah Baru Terasa di Kuartal Terakhir

Update Pasar Saham Dan Ekonomi: Be Careful

Ada hal yang penting yang dapat saya garis bawahi di sini, pertumbuhan ekonomi di kuartal terkahir atau semester kedua hampir 95% dipengaruhi oleh berhasil tidaknya investasi dan pengeluaran pemerintah terkait proyek-proyek infrastruktur, dan itu sudah terjadi selama bertahun-tahun. Jika kita mengambil gambaran di atas, sebetulnya pengeluaran pemerintah sudah lebih besar jika dibandingkan dengan kuartal-I dua tahun terakhir, namun menghadapi defisit neraca transaksi berjalan serta penurunan konsumsi masyarakat, sudah sewajarnya pengeluaran pemerintah diperbesar.

Satu catatan penting yang ingin saya garis bawahi disini adalah, investor sangat yakin dan cukup yakin, gagal-nya pertumbuhan ekonomi tahun ini yang disebabkan oleh rendahnya realisasi pengeluaran pemerintah di akhir tahun nanti akan menimbulkan efek psikologis dalam jangka menengah terhadap krediblitas kabinet ekonomi Jokowi.

Lalu bagaimana ke depannya? Saya hanya bisa menjawab, perhatikan terus data-data point penting yang menunjukkan recovery ekonomi, yang akan saya update di artikel ekonomi dan saham saya berikutnya.

Arsip Analisa By : Aditya Putra
235631
Penulis

Aditya Putra telah aktif di dunia saham selama lebih dari 6 tahun dan hingga saat ini masih menjadi seorang Equity Analyst di perusahaan sekuritas. Aditya menyukai Value Investing, selalu berhasrat menemukan Hidden Gems di saham-saham Small Caps Indonesia, dan terus mengamati saham-saham yang salah harga.