iklan |
iklan |
Dalam analisa teknikal, penggunaan indikator memegang peranan penting untuk mempertajam analisa seorang trader. Berbeda dengan indikator fundamental yang berasal dari data-data perekonomian dan kondisi negara, indikator teknikal mengumpulkan data historis pergerakan harga dan menyajikannya dalam bentuk garis atau titik.
Dari pengaplikasiannya, indikator teknikal dibagi menjadi 2, yaitu Oscillator (di bawah chart) dan Overlay (menumpuk pada chart). Salah satu indikator Oscillator paling veteran yang telah diciptakan adalah Momentum. Meskipun indikator ini telah cukup lama ditemukan, masih banyak trader yang menggunakannya dalam aktivitas trading mereka.
(Baca Juga: 4 Jenis Indikator Teknikal Yang Penting)
Indikator Momentum mengukur kecepatan dan besarnya perubahan harga dalam periode waktu tertentu. Pada umumnya indikator Momentum akan naik ketika arah trend sedang kuat, dan sebaliknya akan turun ketika trend sedang melemah. Pada artikel ini akan diulas mengenai penggunaan indikator Momentum yang asli, bukan turunannya seperti Commodity Channel Index (CCI), Relative Strength Index (RSI), atau Stochastics.
Indikator Momentum, Oscillator Yang Sarat Manfaat
Indikator Momentum lazim juga disebut dengan Rate of Change (ROC), karena mengukur persentase perubahan harga antara harga saat ini dan harga beberapa periode sebelumnya. Pada indikator Momentum, periode waktu n secara default yang sering digunakan adalah 14.
Momentum diukur pada suatu periode waktu tertentu dengan formula:
Momentum pada periode waktu n = (harga penutupan saat ini / harga penutupan pada periode n) x 100
Pada umumnya ada 3 cara dalam menggunakan indikator Momentum, yaitu: sebagai trend following indicator, sebagai indikator pembalikan trend (trend reversal) dan sebagai leading indicator dengan isyarat divergensi yang terjadi.
Mari kita pelajari satu per satu cara penggunannya, agar bisa mendapatkan manfaat lebih dari indikator Momentum.
1. Menentukan Arah Trend Dengan Indikator Momentum
Dalam platform trading Metatrader, indikator Momentum menggunakan level 100 sebagai acuan.
Jika garis kurva indikator Momentum memotong level 100 dari bawah ke atas, maka pergerakan harga akan cenderung bullish, dan sebaliknya jika memotong level 100 dari atas ke bawah maka pergerakan harga akan cenderung bearish.
Untuk menyaring (filtering) arah trend agar diperoleh Momentum entry yang probabilitasnya tinggi, bisa digunakan indikator Simple Moving Average (SMA), misalnya sma periode 20 seperti pada contoh EUR/USD daily diatas.
2. Sebagai Indikator Penerusan Arah Trend Atau Pembalikan Arah Trend
Dalam hal ini indikator Momentum bisa menunjukkan level Overbought dan Oversold seperti halnya RSI atau Stochastic, tetapi karena zona level overbought dan oversold tidak bisa ditentukan (relatif), maka kita mesti memperhatikan kondisi ekstrem dengan asumsi tertentu.
Jika indikator Momentum mencapai level tertinggi atau terendah (relatif), kita harus mengasumsikan arah trend masih akan berlanjut seperti sebelumnya hingga pergerakan harga berubah.
Sebagai contoh jika indikator teknikal Momentum mencapai level tertinggi dan kemudian turun maka kita asumsikan harga masih akan naik, dan kita hanya akan entry sell bila harga telah benar-benar turun. Untuk amannya, bisa juga dikonfirmasikan dengan indikator Moving Average. Arah panah menunjukkan penerusan arah trend karena pergerakan harga masih diatas garis kurva Moving Average. Perhatikan gambar di bawah ini:
3. Melihat Isyarat Dari Divergensi Antara Pergerakan Harga Dan Arah Pergerakan Indikator Momentum
Indikator Momentum membantu kita untuk mengenali divergensi Bullish (garis warna biru) dan divergensi Bearish (garis warna merah). Saat chart menunjukkan divergensi Bullish, maka langkah yang bisa diambil adalah Buy. Sebaliknya, jika yang muncul adalah divergensi Bearish, maka kita perlu bersiap untuk mengambil posisi Sell. Perhatikan gambar berikut:
Divergensi Bullish yang mengisyaratkan pembalikan arah trend (dari bearish ke bullish) adalah jika pergerakan harga menunjukkan level low yang lebih rendah dari sebelumnya (lower low), sementara indikator Momentum menunjukkan level low yang lebih tinggi dari level low sebelumnya (higher low).
Simak juga: Penyedia Sinyal Autochartist untuk Memaksimalkan Analisa Divergensi
Divergensi Bearish yang mengisyaratkan pembalikan arah trend (dari bullish ke bearish) adalah jika pergerakan harga menunjukkan level high yang lebih tinggi dari sebelumnya (higher high), sementara indikator Momentum menunjukkan level high yang lebih rendah dari level high sebelumnya (lower high).
Pada artikel ini, Anda telah memahami penggunaan indikator Momentum murni. Untuk menambah wawasan Anda, tak ada salahnya untuk mempelajari indikator Momentum turunan seperti RSI (Relative Strenght Index). Ulasan selengkapnya telah dihadirkan Seputarforex melalui artikel berjudul: "Cara Menggunakan Indikator RSI".