Banyak orang cenderung memilih emas sebagai aset investasi dibandingkan perak. Padahal, beberapa alasan berikut membuktikan bahwa investasi perak tak kalah menguntungkan.
Sejak booming-nya trading on-line, banyak yang mempertanyakan apakah emas (XAU) memang sudah pada harga yang sebenarnya, masih overvalued, atau sudah undervalued. Seorang fund manager perusahaan investasi besar memperkirakan harga emas per awal Maret 2014 yang sekitar USD 1,340 per troy ounce masih overvalued 75%, dan trend pergerakan XAU/USD masih akan cenderung bearish kecuali laju inflasi naik dengan cepat.
Seorang analis dari investing.com lebih merekomendasikan untuk investasi dalam perak (XAG) dibandingkan emas. Perak mempunyai karakteristik yang serupa dengan emas, selain sebagai pelindung inflasi dan dianggap sebagai salah satu asset safe haven. Menurut analis ini, perak memiliki 3 karakteristik tersendiri yang menjanjikan kenaikan harga logam tersebut di masa depan.
1. Perak Banyak Digunakan dalam Industri
Berbeda dengan emas yang secara luas digunakan sebagai alat investasi, sebagian besar perak digunakan untuk keperluan industri. Pada tahun 2013, sebesar 54% dari total permintaan perak datang dari sektor industri. Sebagian besar diantaranya merupakan permintaan dari industri elektronik dan fabrikasi.
Dengan meningkatnya aktivitas ekonomi global, terutama di sektor manufaktur; maka permintaan perak untuk industri elektronika, elektrik dan kimia diperkirakan akan terus naik. Belum lagi cepatnya pertumbuhan produksi photovoltaic solar panel yang menggunakan perak sebagai komponen utamanya. Di China, produksi photovoltaic solar panel naik 2 kali lipat setiap tahunnya sejak 2003. Penggunaan untuk produk ini saja bisa membuat permintaan sekitar 15 juta ounce perak setiap tahun.
2. Ketersediaan Perak Lebih Sedikit
Meskipun di bumi kandungan perak 17.5 kali lebih banyak daripada emas, tetapi ketersediaan perak jauh lebih sedikit dibandingkan emas. Hal ini disebabkan karena lebih dari 90% produksi perak ditujukan untuk konsumsi sektor industri. Di samping itu, produksi tambang perak saat ini tidak mampu memenuhi kebutuhan permintaan yang terus membumbung.
Pada tahun 2013, meskipun produksi tambang perak naik 3.5% dibandingkan tahun 2012, tetapi hanya mampu memenuhi 76% permintaan perak secara fisik pada tahun tersebut. Pertumbuhan perusahaan tambang perak memang tidak secepat naiknya permintaan, sehingga diperkirakan harga perak akan cenderung naik. Hal ini telah menyebabkan volatilitas pergerakan harga perak lebih tinggi daripada emas.
3. Gold-to-Silver Ratio yang Makin Tinggi
Sejak harga emas berhenti rally dan mulai merosot pada awal tahun 2013, harga perak juga merosot. Ketika harga emas telah turun 31% dari harga tertingginya USD 1,873.70 per troy ounce, harga perak turun 58% dari harga tertingginya USD 48.58 per troy ounce. Gold-to-Silver Ratio yang mengukur perbandingan berapa ounce perak yang dibutuhkan untuk 1 ounce emas terus mengalami kenaikan dari sebelumnya yang rata-rata 47 ounce saat ini 63 ounce. Dengan demikian, angka korelasi antara harga emas dan harga perak telah turun, dengan hasil: harga perak saat ini lebih murah.