iklan | iklan |
Sudah umum dipahami oleh masyarakat bahwa kenaikan harga-harga (inflasi) itu berdampak buruk, karena bisa mengakibatkan ponurunan nilai uang yang kita miliki. Bahkan, inflasi tak terkendali bisa membahayakan perekonomian suatu negara. Namun, tahukah Anda bahwa kondisi penurunan harga-harga barang dan jasa (deflasi) juga sama berbahaya!? Penyebab deflasi bermacam-macam dan efeknya cukup mengerikan dalam jangka panjang.
Bahaya Deflasi
Baru-baru ini, bank sentral kawasan Euro (European Central Bank) telah memangkas tingkat suku bunganya hingga ke level 0.15%, sedikit di atas bank sentral Jepang (Bank oof Japan) yang 0.10%. Kedua negara tersebut, kawasan Euro dan Jepang, terpaksa mengambil kebijakan berisiko tinggi tersebut karena sama-sama mengalami deflasi. Jepang malah sudah lebih lama mengalaminya, hampir dua dasa warsa.
Masyarakat menerima inflasi sebagai kenyataan yang selalu terjadi karena berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari. Tetapi deflasi? Mungkin Anda mengira penurunan harga-harga di tingkat konsumen akan menyebabkan biaya hidup lebih ringan. Untuk sementara memang demikian; tetapi dalam jangka menengah dan panjang, Anda akan segera merasakan dampak negatifnya.
Keadaan deflasi terjadi ketika perekonomian suatu negara sedang menurun. Pada umumnya, keadaan deflasi ditunjukkan oleh meningkatnya tingkat pengangguran akibat pemotongan gaji atau macetnya kenaikan gaji, serta pemberhentian sementara atau pemutusan hubungan kerja yang merajalela.
Dalam kondisi deflasi, keuntungan sektor bisnis termasuk industri, manufaktur dan wholesaler terus turun sehingga akan sulit untuk melakukan ekspansi atau memperbarui sumber daya produksi. Sementara itu, output produksi sektor manufaktur dan industri terus turun, juga persediaan barang-barang di tingkat wholesaler dan retailer. Apabila berlanjut terus menerus, dalam jangka waktu lama akan menyebabkan sektor manufaktur dan industri menghentikan aktivitasnya, atau mengalihkan lokasinya (relocation) ke luar negara.
Fenomena ini sudah nampak di Jepang. Perusahaan-perusahaan Jepang sulit menaikkan harga produk yang dijual di dalam negeri maupun meningkatkan gaji karyawannya. Untuk ekspansi, para pebisnis akhirnya mengalihkan aliran modalnya ke mancanegara dan mendirikan pabrik-pabrik baru di luar Jepang.
Pertanyaannya, apa yang menyebabkan deflasi?
Penyebab Deflasi
Deflasi memang fenomena yang jarang terjadi dan tidak termasuk dalam siklus ekonomi normal. Jika keadaan ini terjadi, tentu ada yang salah dalam perekonomian. Ada beberapa faktor penyebab deflasi yang semuanya berakar dari permintaan dan penawaran.
Kita tahu bahwa harga barang dan jasa dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Jika permintaan turun, maka harga juga akan turun. Pada umumnya, penyebab deflasi antara lain:
- Terlalu banyak produsen dengan produk yang sama. Jika terlalu banyak perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang sama, maka persaingan akan ketat sehingga harga cenderung menurun. Faktor ini bisa disebabkan oleh rendahnya tingkat suku bunga atau perubahan kebijakan bank sentral, karena makin mudahnya produsen memperoleh pinjaman dari bank maka akan memicu ekspansi usaha atau produksi barang-barang baru.
- Inovasi dalam proses produksi menyebabkan efisiensi dan produktivitas meningkat sangat pesat, hingga akhirnya menyebabkan turunnya harga-harga barang dan jasa.
- Berkurangnya jumlah uang beredar yang menyebabkan harga-harga barang dan jasa turun agar bisa memenuhi daya beli konsumen. Keadaan ini disebabkan oleh kebijakan bank sentral seperti yang pernah diterapkan oleh The Fed yang menyebabkan deflasi hebat di AS pada tahun 1913.
- Program penghematan pemerintah, dimana pemerintah memangkas pengeluaran seperti yang terjadi di Spanyol pada tahun 2010.
- Penurunan permintaan agregat karena latar belakang apapun. Umpamanya kemerosotan populasi produktif Jepang telah lama disinyalir menyebabkan deflasi, lantaran pertumbuhan permintaan jadi cenderung stagnan.
Keadaan deflasi akan berdampak spiral atau terjadi dengan percepatan yang tinggi. Jika indikasi-indikasi penyebab deflasi tidak cepat diatasi, maka akan membutuhkan waktu lama untuk memperbaikinya dan mengembalikan perekonomian ke keadaan normal, sebagaimana terjadi di Jepang.
Tertarik bahasan mengenai topik ekonomi serupa? Simak juga artikel "Dampak Deflasi terhadap Perekonomian dan Mata Uang".
Komentar : 12