iklan |
iklan |
Broker bandar sering jadi bahan umpatan trader. Stop loss hunter, manipulasi harga, makan duit haram, segala macam stigma negatif melekat pada istilah broker bandar. Namun, banyak anggapan yang beredar di kalangan trader terkait broker bandar itu sebenarnya kurang tepat atau bahkan agak menyesatkan. Berikut ini tiga fakta penting tentang broker bandar yang perlu diperhatikan oleh trader.
1. Broker Bandar = Market Maker?
Istilah "Market Maker" sering diterjemahkan sebagai "Broker Bandar" oleh trader Indonesia. Namun, penulis merasa kurang tepat.
Market Maker adalah pihak-pihak yang bertindak sebagai penjual ataupun pembeli (counterparty) bagi order trader. Dalam hal ini, bank-bank besar itu merupakan Market Maker kawakan. Tak perlu jauh-jauh, mari kita bahas salah satu contoh transaksi penukaran valas di perbankan lokal yang mirip dengan praktek Market Maker:
Si Fulan membutuhkan Dolar AS untuk berwisata ke negeri Paman Sam. Ia membawa Rupiah ke bank BCA untuk ditukarkan dengan Dolar AS. Dalam hal ini, bank BCA bertindak sebagai penjual Dolar AS dan pembeli Rupiah. Sebulan kemudian, si Fulan pulang ke Indonesia dan ingin menukarkan sisa Dolar-nya menjadi Rupiah. Ia pun membawanya ke bank BCA lagi, di mana mereka bertindak sebagai pembeli Dolar AS dan penjual Rupiah. Di sini, bank BCA mendapatkan keuntungan dari selisih kurs jual dan kurs beli USD/IDR.
Hal serupa dilakukan pula oleh pihak-pihak yang dikenal sebagai liquidity provider (penyedia likuiditas) dan Prime Broker dalam dunia trading forex. Tentu saja, skalanya jauh lebih masif via sistem perdagangan digital yang canggih. Namun, mereka tidak melakukan penyelewengan kelas kroco yang kerap dituduhkan terhadap broker bandar. Banyak broker forex ritel yang telah mengantongi lisensi dari NFA/CFTC AS, FCA Inggris, dan sederet regulator bergengsi lain juga menggunakan model Market Maker.
Istilah "Broker Bandar" berkonotasi kasino, merujuk pada broker-broker yang sengaja mencari keuntungan dari kekalahan trader. Dalam konteks ini, istilah "Broker Bandar" lebih tepat dilekatkan pada broker tak teregulasi dan broker offshore. Market Maker bisa juga teregulasi dan wajib mengikuti standar yang ditentukan oleh regulator forex negaranya. Namun, broker tak teregulasi dan broker offshore dibingkai oleh kerangka aturan yang lebih longgar, sehingga bonafiditas tergantung pada itikad masing-masing. Ada broker offshore yang bonafide, tetapi ada juga yang meragukan.
2. Broker Bandar Pasti Menilep Uang Trader?
Beberapa waktu lalu, ada trader yang mengajukan pertanyaan kepada Seputarforex.com: Jika broker bandar, broker tak teregulasi, dan broker-broker offshore itu buruk, kenapa banyak trader forex yang tetap saja bergabung dengan mereka?
Nah, di sinilah letak kesalahpahaman selanjutnya tentang broker bandar. Faktanya, trader forex memilih broker sesuai kebutuhan, bukan sesuai prestise. Dalam konteks ini, broker bandar memiliki keunggulan tersendiri.
Jika trader membutuhkan keamanan dana, maka tentu ia akan mendaftar ke broker forex yang memiliki lisensi terbaik dan kredibilitas tinggi. Jika trader membutuhkan ketajaman eksekusi dan spread minimal, maka tentu ia akan bergabung dengan broker ECN. Namun, bagaimana jika trader cuma punya modal pas-pasan, sehingga membutuhkan broker yang memiliki standar leverage tinggi, lot minimum, dan syarat deposit rendah? Atau barangkali trader mengincar bonus, rebate, atau malah modal gratisan? Tentu saja broker bandar, broker tak teregulasi, dan broker-broker offshore itu jadi pilihan utama.
Tahukah Anda, broker OANDA yang terkenal di AS, Inggris, dan Kanada itu juga menggunakan model Market Maker? Ya, sebagai pionir lot nano di jagad trading forex, mereka tanpa malu-malu mendeklarasikan dirinya sebagai Market Maker. Toh, broker ECN tak bisa menyediakan lot nano. Namun, kita tentu tak dapat menyamakan status broker teregulasi AS ini dengan penipu seperti MFX Broker, walaupun model eksekusinya sama-sama langsung menjadi counterparty terhadap order trader.
3. Broker Bandar Lebih Buruk Daripada Broker ECN?
Dari berbagai uraian di atas, tentu Anda bisa memahami bahwa tak semua broker bandar itu buruk. Secara sepintas, kita dapat menentukan kualitas broker forex berdasarkan status regulasinya. Semakin ketat regulatornya, maka kredibilitas broker makin baik. Akan tetapi, pengelompokan jenis broker berdasarkan kategori Market Maker, STP, atau ECN, tidak dapat dipergunakan sebagai standar kualitas.
Mayoritas broker forex saat ini menerapkan sistem hybrid dengan menyediakan akun Market Maker, STP, dan ECN sekaligus. Kalaupun mereka menerapkan model STP/ECN, maka Prime Broker atau penyedia likuiditasnya itu Market Maker. Secara kasar, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa semua broker forex itu pada dasarnya "broker bandar" (dalam arti Market Maker). Jadi, kita tak bisa menentukan kualitas broker berdasarkan acuan ini.
Simak Juga: Mulai Trading Dengan Akun ECN Zero
Apabila Anda tak mau jadi korban scam, maka hindari saja broker tak teregulasi. Berdasarkan pengalaman penulis, semua broker tak teregulasi itu terindikasi scam. Cepat atau lambat, trader yang bergabung dengan mereka bakal kehilangan uang. Kecuali jika Anda berhasil profit, lalu keluar cepat sebelum umur sang broker habis.
Bagaimana dengan broker offshore? Dapat diperkirakan sekitar 50 persen broker offshore cukup bonafide, tetapi 50 persen sisanya sama saja dengan broker tak teregulasi. Di sisi lain, broker teregulasi memang lebih kredibel, tetapi tetap ada saja yang mencari dan memanfaatkan celah regulasi. Sebaiknya, periksalah rekam jejak broker forex sebelum bergabung. Cek testimoni dan pengalaman trader lain, pastikan broker tak terlibat dalam kasus gagal withdraw dan sejenisnya.