iklan | iklan |
Banyak trader pemula tidak berpikir dua kali ketika trading di broker forex. Para trader tersebut biasanya hanya fokus memperhatikan strategi, leverage, atau syarat lainnya sebelum bertrading. Padahal selain kriteria-kriteria tersebut, banyak hal yang perlu dipertimbangkan, salah satunya seperti apa model bisnis broker yang dipilih. Ada dua tipe utama model bisnis broker: menggunakan model A-Book, B-Book, atau gabungan keduanya (hybrid).
Model Bisnis Broker A-Book
Kamu mungkin pernah mendengar broker STP, broker ECN, non bandar atau non-dealing desk broker. Istilah-istilah tersebut mengacu model bisnis broker A-Book. A-Book didefinisikan sebagai model bisnis broker STP (Straight Through Processing). Artinya, broker menyalurkan langsung transaksi trader ke penyedia likuiditas sehingga tugas mereka hanya memberitahu level harga dimana kita bisa menempatkan order.
(Baca juga: Siapa Penyedia Likuiditas Bagi Broker Forex Anda?)
Bagi banyak trader, kebebasan sangat penting karena mereka ingin bertrading tanpa oposisi dari pihak manapun. Broker tipe A-Book mendapatkan profit dari spread atau menarik komisi setiap kamu membuka dan menutup trade. Sehingga, bila menggunakan model bisnis ini, konflik tidak akan muncul karena broker tetap menerima komisi terlepas dari apakah klien mendapatkan profit atau tidak.
Model bisnis ini merupakan apa yang kebanyakan orang anggap sebagai broker tradisional. Broker-broker jenis ini merupakan "fasilitator", bukan "supplier". Poin penting dari model A-Book ialah trade-mu akan dieksekusi jika ada order lain yang sesuai dengan permintaan transaksimu. Dalam model A-Book, broker tidak boleh menginterupsi order jual-belimu.
Model Bisnis Broker B-Book
Broker forex yang memakai model bisnis B-Book mengeksekusi trade secara internal: mereka berperan sebagai market maker untuk memproses perintah klien tanpa melalui penyedia likuiditas atau pasar riil. Di Indonesia, kita sering menyebutnya sebagai broker bandar. Ketika memasang trade pada broker, broker akan mengambil risiko dengan menggunakan dana pribadi dari balance mereka.
(Baca: Benci Broker Bandar? Cek Dulu 3 Salah Kaprah Ini)
Misalnya saja kamu memiliki USD dan ingin membeli EUR, maka broker akan langsung mengeksekusi ordermu tanpa menghubungkannya di pasar forex. Saat trade yang kamu pasang menguntungkan, semua profit akan diserahkan padamu sementara broker mengalami kerugian, begitu juga sebaliknya.
Trader dengan deposit kecil tetapi bertrading menggunakan leverage tinggi tentunya sangat berisiko. Oleh sebab itu, broker akan melakukan eksekusi B-Book kepadanya. Hal ini biasanya dilakukan oleh trader pemula yang belum punya skill, sehingga kesempatan mereka kehilangan uang cukup besar. Maka broker otomatis menempatkannya di model bisnis B-Book dengan tujuan meraup banyak profit.
Jelas saja model bisnis broker tipe ini mengundang konflik antara broker dengan trader. Trader juga sering merasa was-was apakah mereka menjadi subjek "taktik bawah tangan" broker B-Book. Broker-broker model begini bisa berpotensi memanfaatkan history dan pola tradingmu guna mengambil celah profit.
Akan tetapi jangan khawatir, karena model bisnis broker B-Book tetap legal dan teregulasi meskipun tidak seketat A-Book. Broker OANDA yang terkenal di Amerika Serikat adalah salah satunya.
Model Bisnis Broker Hybrid
Model bisnis broker lain yang cukup populer ialah hybrid. Menurut model ini, broker akan melemparkan transaksi trader-trader profitable ke pasar riil (A-Book), sementara trader sisanya akan di proses secara internal (B-Book). Dalam model hybrid, broker bebas mengeksekusi transaksimu melalui model A-Book atau B-Book tergantung dari profil risikomu dan parameter-parameter lainnya.
(Baca: Mengenal Broker Bandar (Dealing Desk) Dan Non-Bandar (Non-Dealing Desk/NDD))
Model bisnis broker ini menggunakan software khusus untuk memisahkan trader ke dalam dua kelompok. Program itu mampu merekam jejak deposit trader, leverage yang telah digunakan, risiko tiap transaksi, penggunaan stop loss, dan lain-lain.
Berikut ialah kriteria-kriteria klien yang kemungkinan akan dimasukkan ke kategori B-Book:
- Trader yang menggunakan leverage cukup besar.
- Trader yang mengambil risiko besar di tiap transaksi.
- Trader yang tidak memakai stop loss.
- Trader yang bertrading dalam ukuran kecil (semakin kecil balance, semakin kecil profit-nya).
Model Bisnis Broker Manakah Yang Sebaiknya Kita Pilih?
Jawabannya tergantung masing-masing trader. Jika kamu berada di zona waktu dimana jam operasional kantor dimulai saat pasar AS dan Eropa masih tidur, model bisnis B-Book mungkin tepat untukmu karena mereka bisa memberikan spread tetap. Tetapi jika kamu berada di zona waktu yang sama dengan Eropa di mana intensitas tradingnya sangat aktif, menggunakan model A-Book tentu saja lebih ideal karena kesempatanmu mendapat spread tinggi lebih banyak lantaran pasar bergerak sangat dinamis.
Simak Juga: Mulai Trading Dengan Spread Rendah
Faktor lain yang perlu diperhatikan ialah biaya. Apakah kamu memilih jalur A-Book atau B-Book, kamu tetap harus membayar broker dengan spread, komisi, dan overnight swap . Broker B-book biasanya lebih fleksibel untuk mengakomodasi kebutuhan trader pemula (seperti deposit dan ukuran trading yang rendah), sementara A-book biasanya ideal untuk trader berpengalaman yang sudah bertransaksi dengan modal besar.
Sebelum melakukan trading, ada baiknya membandingkan model bisnis mana yang sesuai sehingga membuatmu berpikir lebih matang dalam memilih broker dengan model bisnis yang ideal.
Kamu juga bisa mengunjungi tips Mengenal Kelebihan Dan Kekurangan Broker Forex sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan trading.
Komentar : 1